ALONE

6 1 0
                                    

Karakter yang sudah berdamai dengan kesendirian, tidak akan repot dengan kesepian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karakter yang sudah berdamai dengan kesendirian, tidak akan repot dengan kesepian.

Letter to D

*****








"Si Luky ngeselin banget asli," ucap Puja dengan nada kesal.

Entah apa yang dilakukan si Luky sampai membuat Puja terlihat sangat kesal. Melihat itu, Dirra yang sering menjadi korban kejahilan dan kini menjadi musuh bebuyutan Luky hanya terkekeh.

"Emang gitu, rada-rada"

"Gak abis pikir gue, kok ada orang yang suka sama dia"

Mendengar ucapan Puja itu, Dirra baru ingat. Tentang berita bahwa Luky balikan dengan mantannya.

"Denger-denger dia balikan"

"Iya sama si Qila"

"Udah putus dong sama mas Devan?" ucap Dirra, dengan santai. Karena seingatnya Qila sedang berpacaran dengan mas Devan.

"Iya, udah lumayan lama putusnya"

Mendengar itu entah kenapa hati Dirra rasanya lega "Oh"

"Dan sekarang dia balikan sama mantannya, gila sih"

"Qila?" tebak Dirra dengan terkekeh.

Sampai ucapan Puja selanjutnya membuatnya terkejut.

"Gak Qila doang, mas Devan juga"

"Hah?"

"Lo gak tau, dia balikan lagi sama mbak Selma"

Saat itu rasanya hati Dirra nyeri, ada rasa janggal yang membuatnya tidak nyaman. Dia pikir Devan tidak mengenal yang namanya mantan, tapi mendengar itu. Ahh, Dirra tidak bisa menjelaskan perasaannya kini. Rasanya rumit dan sakit.

"Ayok pulang"

Tersentak mendengar seruan Reina, Dirra memilih untuk kembali bodo amat atas segala hal yang membuatnya patah. Namun, sepertinya dunia memang suka sekali bercanda. Disaat Dirra menuruni tangga, matanya tidak sengaja menatap seseorang yang sepertinya dia tahu. Dan tepat ketika itu, seseorang itu menoleh melihat tepat kearah Dirra. Dan entah kenapa, sosok itu hanya melihat ke arah Dirra sampai Dirra benar-benar turun. Sementara Dirra langsung mengalihkan pandangannya. Memilih berjalan cepat, Dirra menghampiri sepeda motornya.

"Ayok mel," ucapnya pada Pamela. Mereka memang sering berangkat bersama.

"Iya iya sabar dong"

Setelah memastikan Pamela benar-benar sudah naik, Dirra pun mulai menyalakan motornya, mengendarai dengan kaki menapak tanah. Perlahan, karena mereka masih diparkiran. Otomatis harus mengantre untuk melewati gerbang.

"Dir dir" Pamela mengguncang bahu Dirra.

"Apaan?"

"Itu bukannya mas Devan ya"

Letter to D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang