BROKEN HOME

11 1 0
                                    

He said "namanya juga hidup"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He said "namanya juga hidup"

Letter to D

*****








Setelah penjelasan panjang yang menyakitkan yang dilontarkan oleh sang ibu. Kini Devan duduk di teras rumahnya, menikmati semilir angin malam dengan sebatang rokok. Pikirannya sedang kacau.

"Pulang tu kabar-kabar dulu kek, bikin orang kaget aja," ucap Yuda. Yang datang tiba-tiba membawa dua cangkir berisi air kopi.

Devan tak menoleh barang sedetik. Dirinya terlalu kalut akan yang terjadi.

"Abang tau? Sejak kapan?"

Mendengar pertanyaan adik satu-satunya, Yuda hanya menghela nafas panjang.

"Sejak kamu masuk SMA"

Mendengar itu Devan hanya diam. Sudah setahun yang lalu. Keluarganya renggang. Dan dia dinegri orang bahagia tanpa tahu apa-apa. Dirinya merasa bersalah.

Cerita sedikit keluarga Devan. Ayahnya yakni Ayah Johan merupakan seorang pekerja Kantoran, beliau adalah tipe ayah penyayang yang selalu memberikan apapun yang diminta anaknya. Oleh karena itu, Devan yang hidup merantau meskipun jauh dia tidak pernah kekurangan. Sedangkan, Ibunya adalah seorang guru PNS di sekolah SMA. Beliau adalah sosok ibu yang tegas namun selalu mengerti apa yang dirasakan anak-anaknya. Keluarga mereka termasuk keluarga terpandang di kota. Mereka termasuk keluarga berkecukupan. Bahkan dulu mereka dinilai keluarga sempurna. Karena memiliki kekayaan dan anggota keluarga yang memiliki garis keturunan yang bagus. Bisa dibilang gen Chindo.
Namun, kini semua hanya kenangan.
Setelah Johan tertarik kepada partner kantornya yang baru. Sandra namanya. Hingga membuatnya memilih keputusan yang membuat keluarganya kecewa.

"Gue gak nyangka bisa kayak gini. Kenapa ayah tega banget," ucap Devan, matanya menatap langit-langit malam.

Yuda tersenyum tipis, menyalakan korek apinya lalu memantik rokok digenggamnya.

"Seseorang itu bisa berubah kapan aja Van, gak peduli seberapa baik kita memperlakukannya."

"Gue pikir selama ini mereka baik-baik aja" Devan berucap sambil terkekeh, merasa bodoh. Karena benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

"Iya, sampe wanita itu datang"

Mereka berdua menghela nafas panjang. Tak habis pikir dengan apa yang dilakukan sang ayah kepada ibu mereka.

"Pantes, mereka udah jarang vidcall gue bareng-bareng. Mereka juga jarang nelfon gue"

"Mereka sibuk urusan masing-masing"

"Gak mereka doang lo juga tau"

Yuda sempat melongo mendengar pernyataan sang adik. Namun, akhirnya dia terkekeh melihat raut kesal adiknya "Ehe, Maaf ya. Abang cuma takut nanti kelepasan curhat ampe nangis-nangis"

Letter to D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang