05-Berita Sekolah

23 14 48
                                    

Hello,, welcome back with me ☺️
Aku minta Vote dan Comment nyaa yaa..
Terima kasih🤍
.
.
.
.
.
Happy reading All

Sean sudah bangun sejak pagi buta tadi, membiarkan Viona yang masih terlelap di ranjang. Malam tadi Sean benar-benar tidur di sofa menuruti kemauan sang istri. Sean bersiap pergi ke sekolah, mandi dan memakai seragamnya.

Setelah siap dengan seragam putih abu-abu nya, ia mendekati Viona untuk membangunkannya.

"Vi, udah siang," panggil Sean. Tangannya menggoyang-goyang tubuh Viona supaya cepat bangun. Namun usahanya tak berbuah, Viona masih asyik tidur menikmati mimpinya.

"Vi," panggil Sean lagi. Kali ini ia memencet hidung Viona supaya ia kesulitan napas dan terbangun. Lagi-lagi usahanya gagal, Viona justru bernapas menggunakan mulutnya.

"Dasar kebo banget nih anak," umpat Sean kesal. Ia mengambil bantal dan melemparkannya tepat di wajah Viona.

"Vi, bangun. Lo mau sekolah nggak? Ini udah jam tujuh," teriak Sean akhirnya.

"Jam tujuh? Kenapa lo nggak bangunin gue? Gue kesiangan gara-gara lo," Sean tersenyum miring melihat nyawa Viona yang masih belum terkumpul.

"Gue udah bangunin lo dari tadi, lo nya aja yang nggak bisa bangun. Kayak orang mati, kebo lo," jawab Sean kesal. Ia merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia hanya menggelengkan kepalanya kecil melihat Viona yang berlari menuju kamar mandi.

Tak sampai lima menit, Viona selesai mandi lengkap dengan memakai seragam sekolahnya.

"Buset, cepet banget, biasanya cewek mandinya lama," gumam Sean pelan, tapi suaranya masih mampu didengar Viona.

"Suka-suka gue," balas Viona berlalu. Dengan sabar, Sean menunggu Viona sampai siap sekolah, setelah itu keduanya turun untuk cepat pergi sekolah.

"Kenapa kalian baru turun, sayang?" tanya Andini seraya merapikan meja makan. Viona dan Sean bisa menerka jika mereka telah selesai sarapan dan meninggalkan mereka.

"Kesiangan, Ma, Sean nggak bangunin Vi," jawab Viona.

"Sean sudah bangunkan, Ma, tapi Vi nggak mau bangun," jawab Sean datar. Andini hanya tersenyum sembari menggeleng kecil.

"Sarapan dulu, sayang. Mama siapkan dulu," pinta Andini seraya berlalu. Viona dan Sean sontak menolaknya.

"Vi bisa telat ke sekolah, Ma, nanti saja Vi sarapan di kantin sekolah," ucap Viona. Ia mencium tangan Andini, bergantian dengan Sean.

"Beneran?" tanya Andini. Viona mengangguk antusias. Meski begitu, tangan Vi tetap mengambil beberapa cookies di toples.

"Sean?" tanya Andini menatap menantu lelakinya.

"Sean juga langsung berangkat aja, Ma, sebentar lagi bel masuk," jawab Sean tersenyum kecil.

"Yasudah, Mama titip Vi ya, Se," ucap Andini. Viona mengangkat sebelah alisnya.

"Vi berangkat sama Pak Deni kok, Ma," sanggah Viona. Andini mengernyitkan dahinya. Heran.

"Lho mana bisa begitu? Mulai sekarang kamu harus berangkat dan pulang sekolah bareng Sean, kalau kamu mau kemana-mana juga harus dengan izin Sean, kalau bisa Sean yang mengantarkan kamu kemanapun itu," ucap Andini tegas. Viona menatap kesal Andini.

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang