Hello, selamat datang lagi😍
Siapkan tissue yaa..
Part ini mengandung bawang sekilo.
.
.
.
.
Happy Reading AllViona mengurung dirinya di kamar, ia meminta izin pada Tessa supaya mengizinkannya menginap di rumahnya sendiri tanpa ada gangguan dari Sean. Ia benar-benar ingin sendiri. Tessa mengerti keadaan menantunya, ia mendengar cerita dari mulut Viona sendiri. Tessa yakin jika Viona butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Ternyata lo jahat banget ya, Se, gue mati-matian buat bisa sayang dan cinta sama lo. Tapi, di saat gue udah punya semuanya, lo malah berkhianat gitu aja. Ternyata permusuhan lo sama Tuan Hendri itu cuma drama, ya, Se. Nyatanya, lo turut andil juga di dalamnya." Viona mengusap air matanya kasar. Apa yang ia lihat beberapa jam lalu mampu menyayat hatinya dalam sekejap. Pandangan Viona mengarah ke salah satu pigura foto keluarganya. Ada Andini, Leo, Mita serta dirinya sendiri. Mereka begitu menjaga kebahagiaannya, tetapi dengan cepat Sean menghancurkannya begitu saja.
"Mama, sakit. Sean khianat, Sean nggak bisa jaga Vi seperti apa yang Mama sama Papa bilang." Viona meraih pigura foto keluarganya.
"Mama kapan pulang? Ini sudah bulan ke lima, tetapi Mama belum juga ada kabar kalau Mama mau pulang," ucap Viona sedih. Kesedihan yang Viona rasakan membawanya ke alam mimpi, Viona tertidur dengan foto keluarga di pelukannya.
Sementara di tempat lain, di sebuah danau yang selalu menjadi tempat pelariannya, Sean mengusap air matanya dengan kasar.
Air mata yang paling Sean benci untuk melihatnya adalah air mata Bunda dan Viona.
Ia teringat dengan ucapannya beberapa hari yang lalu, tetapi ia tak pernah menyangka jika air mata keduanya turun adalah sebab dari perbuatannya.
"MAAFIN GUE, VI. GUE EMANG LELAKI PENGECUT, NGGAK SEPANTESNYA GUE BERSANDING SAMA LO YANG EMANG BENER-BENER BAIK. GUE NGGAK BISA PERCAYA SAMA LO YANG JELAS-JELAS KENA FITNAH, DAN SEKARANG GUE TEGA NGEBIARIN LO NANGIS KARENA LUKA YANG GUE BUAT. GUE BUKAN SUAMI YANG BAIK BUAT LO, VI,!" Sean mengungkapkan seluruh perasaannya, suasana danau yang sepi dari orang-orang membuat Sean leluasa mengeluarkan apa yang mengganjal di hatinya.
"GUE PENGECUT, VI!"
"ARRGH!!"
"Lo lagi apa di sana? Pasti lo lagi nangis-nangis karena liat gue sama tante gila tadi. Itu nggak seperti apa yang lo bayangin, Vi. Dia yang jebak gue, dia yang gila, Vi," ucap Sean dengan nada rendah. Percayalah, siapapun yang melihat Sean seperti ini pasti akan menyangka dirinya adalah orang gila. Rambut yang berantakan, pakaian yang tidak beraturan, wajah yang penuh dengan air mata dan berbicara seorang diri semakin menambah kesan gila bagi siapapun yang melihatnya.
Pulang, nak. Bicarakan semuanya dengan baik-baik. Viona gadis pemaaf, dia pasti memaafkan kesalahan kamu. Mama dan Papa yakin kalau itu bukan salahmu. Temui Viona, nak. Raih maaf darinya.
Sean mengerjapkan matanya, berusaha sadar dari apa yang dilihatnya. Bukannya menghilang, kedua bayangan orang tua Viona itu semakin berjalan mendekatinya. Sean memundurkan duduknya.
"Maafin Sean, Om, Tante. Sean sudah melukai perasaan anak kalian. Sean minta maaf, Sean minta maaf," ucapnya dengan menekankan kalimat akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Neighbour To Life Friend
Fiksi Remaja#FOLLOW SEBELUM MEMBACA# Viona masih tak percaya dengan jalan pikir Mama dan Papanya. Ia masih tak menyangka jika dirinya dijodohkan dengan Sean, teman masa kecil sekaligus tetangganya. Sean memang sering mencari masalah dengan Viona, tak ada ha...