21-Salah Paham

5 1 0
                                    

Hello, welcome back.
Vote dan comment nya yaa..
Terima kasih
.
.
.
.
Happy Reading All


   Wanita berambut hitam pekat itu berdecak kesal, ia menatap musuhnya dengan sinis. Mengapa dia bisa terus hidup bahagia? Gumamnya.

   Yang ditatapnya kemungkinan merasa, ia tersenyum menatap gadis yang berdecih itu. Bagaimana mungkin ia masih mampu tersenyum padanya? Gadis berambut hitam itu meninggalkannya seraya memutar malas bola matanya.

   "Kabur? Bagaimana bisa?" tanyanya, perasaan bencinya semakin besar. Dua laki-laki berbadan tegap itu berulang kali memohon ampun dengan wajah yang penuh ketakutan.

   "Ampun, Nona. Pria itu sangat kuat, kami kewalahan menghadapinya. Saat kami sadar, Viona sudah tidak ada di dalam gudang itu, Nona. Tolong maafkan kami," ucap Pria berambut gondrong.

   "Iya, Nona. Maafkan kami. Kami juga nggak pernah tau kalau laki-laki itu sangat kuat, kami kewalahan," sahut pria satunya. Yang dipanggil Nona itu menghela napas kasar.

   "ARGH! Percuma gue bayar kalian dengan harga mahal kalau ternyata kaliang nggak bisa kerja! Tugas kalian hanya untuk menjaga gadis sialan itu. Sedari awal juga gue udah bilang kalau bakal ada yang berusaha menyelamatkan dia. Harusnya kalian bisa waspada dari awal," omelnya lagi. Lagi-lagi kedua pria berbadan kekar itu memohon ampun.

   "Pergilah! Bayaran kalian gue potong," putus wanita itu cepat. Ia melemparkan amplop cokelat berisikan uang yang sudah ia persiapkan sejak awal.

   Matanya memanas ketika mengingat kejadian yang baru saja ia lakukan bersama dengan kedua temannya. Dia selalu bahagia, dan itu semua milik gue. Kebahagiaan yang dia punya itu punya gue. Geramnya kesal.

****

    +6285xxxxxx
   Datanglah ke Jalan Mawar no. 27, Sean. Viona terluka di sini. Keadaannya sangat parah.

   Membaca nama Viona yang sedang dalam keadaan genting, Sean langsung menancapkan gas motornya menuju alamat yang sudah diberikan oleh nomor asing itu. Pikirannya cemas, takut jika Viona kembali diculik untuk yang kedua kalinya.

   Tak ada siapapun di sana, hanya ada dua orang penjaga dengan wajah sangarnya. Tanpa aba-aba, Sean langsung menghajar dua pria itu.

   "Di mana Viona?!" tanyanya penuh amarah.

   "Santai, Tuan. Jangan pakai kekerasan seperti ini, kami akan beritahu keberadaan Nona Viona," jawab salah satu pria itu. Ujung bibirnya terluka akibat pukulan Sean.

   "Di mana?! Gue butuh Viona sekarang!" sambungnya lagi. Lagi-lagi Sean menghajar keduanya dengan beberapa pukulan. Merasa kedua pria itu sudah tak memiliki kekuatan untuk melawannya lagi, Sean mendobrak pintu dan masuk ke dalamnya. Tak ada siapapun, bahkan ia juga tak mendengar ada suara di dalamnya. Tak ada suara Viona seperti saat ia disekap dalam gudang.

   "Viona?!" panggil Sean kencang. Langkahnya terus maju mencari gadis kesayangannya.

   "Viona, sayang?!" panggil Sean lagi. Tak ada jawaban, hingga Sean masuk ke sebuah kamar. Pandangannya ia edarkan ke sekitar, tak ada siapapun. Viona tak ada dalam sana.


  Sean membalikkan tubuhnya ketika mendengar sebuah langkah mendekati dirinya, matanya membelalak melihat siapa yang berjalan mendekati dirinya. Sean berjalan mundur, ia berusaha menghindari wanita yang menurutnya gila itu.

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang