Prolog

38 15 26
                                    

Hai, selamat datang di lapak baru aku.
Semoga kalian suka yaa sama ceritanya.
Jangan lupa pencet bintangnya,
Terima Kasih
.
.
.
Happy Reading All

    "SEAANN!!"

    Di seberang sana seorang lelaki menjulurkan lidahnya tanda penuh kemenangan. Ini bukan pertama kalinya Viona dapat kejutan yang membuatnya kesal di pagi hari. Ia sudah hapal, pasti Sean yang merupakan dalang dari rasa kesalnya pagi ini.

   Viona kembali bergidik geli melihat lima ekor tikus putih berputar-putar di dalam kardus. Sepertinya, mereka sedang mencari jalan untuk keluar.

   "TIKUSNYA LO AJAK MANDI YA, VI," balas Sean tertawa dari seberang. Viona berdecak gemas. Ini bukan pertama kalinya, Viona harus mengembalikan kardus beserta isinya pada sang empunya.

   "Lo liat aja." Dengan cepat, ia menyusuri anak tangga, mengabaikan Andini yang menatapnya penuh dengan penuh tanda tanya.

   "Itu apa, Vi? Mau dibawa ke mana?" tanya Andini heran. Pagi ini ia sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

   "Punya Sean, Ma, Vi mau kembalikan dulu." Viona membalas sang mama sembari berlalu. Tak perlu waktu lama, rumah Sean dan Viona hanya bersebrangan. Ia mengetuk pintu rumah Sean.

    "Permisi, Tante, Sean ada?" tanya Viona ketika melihat siapa yang membukakan pintu. Tessa tersenyum melihat siapa yang datang.

    "Tante kira siapa yang datang. Masuk, sayang, Sean ada di kamarnya," ucap Tessa meminta Viona masuk.

   Viona tersenyum kemudian mengangguk pelan. Ia segera menuju kamar Sean dan mengetuknya dengan keras. Viona sudah sering main ke rumah Sean, jadi ia sangat hapal dengan tata letak rumah lelaki yang berumur sebaya dengannya.

   Pintu kamar Sean terbuka, tampak seorang lelaki dengan kaos putih oblong dan celana pendek berwarna hitam. Matanya masih sedikit terbuka, sepertinya ia baru saja bangun dari tidurnya.

   "Apa, Bun?" tanya lelaki itu tanpa sadar. Viona menjatuhkan kardus yang sedari tadi berada di tangannya sehingga tikus-tikus itu keluar dan masuk ke dalam kamar Sean. 

   "AAA!!"

   Viona tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Sean. Padahal ia sendiri yang mengerjainya tapi ternyata justru ia takut dengan tikus.

   Sean menarik tangan Viona kemudian menjatuhkannya di kasur. Viona tak berani menatap Sean yang kini jaraknya hanya beberapa senti saja dari dirinya.

   "Please, Se, masa depan gue masih panjang. Gue masih mau sekolah," ucap Viona dengan mata yang masih terpejam. Sean mengernyitkan dahinya, ia tak mengerti dengan apa yang Viona bicarakan.

   "Lo ngomong apa? Lo kira gue mau.."

   Jari telunjuk Viona mendarat tepat di antara dua bibir Sean. Viona dan Sean sama-sama terdiam, Sean menikmati manik indah milik Viona.

   "Lo cantik kalau dilihat dari dekat, Vi," gumam Sean pelan. Viona berusaha menjauhkan tubuh Sean.

   "Kenapa lo? Jatuh cinta ya sama gue?" tanya Viona. Sean membelalakkan matanya.

   "Amit-amit gue jatuh cinta sama nenek lampir kayak lo," balas Sean mengelak. Viona tertawa meremehkan. Seketika, Sean sadar dengan tujuan Viona datang ke kamarnya.

   "Tanggung jawab lo! Masukin lagi tikus-tikusnya, nanti mereka pada makan baju-baju gue," pinta Sean. Viona mengangkat sebelah alisnya.

   "Ogah! Salah siapa masukin kardus ke kamar gue, ya gue bales dong," balas Viona memutar malas bola matanya.

   "Terus kenapa lo bawa balik tikusnya? Harusnya kan lo mandi sama mereka," ucap Sean tak mau kalah.

   "Lo kira gue apa, sampai mandi juga harus bareng sama tikus?" tanya Viona mengangkat wajahnya.

   "Mana gue tahu," jawab Sean lagi.

   Viona berdecak kesal. Ia meninggalkan kamar Sean dengan menutup pintunya dengan sangat keras.

    "WOYY!!"

   Viona tertawa penuh kemenangan melihat reaksi Sean. Pikirannya membayangkan jika Sean harus kewalahan menangkap lima ekor tikus yang sedang berkeliaran di dalam kamarnya.

   Ia menyapa Tessa yang sedang bersantai di ruang keluarga dengan memegang sebuah majalah dan secangkir kopi yang menemaninya. Ia meminta izin untuk pamit setelah urusannya dengan Sean berakhir.

   "Sudah, Vi?" tanya Tessa.

   "Sudah, Tante, Vi mau pamit dulu," Viona mencium punggung tangan Tessa.

   "Pasti kalian ribut lagi, ya?" goda Tessa. Viona tersenyum menggaruk kepalanya yang tak gatal.

   "Kebiasaan kalian dari dulu kecil, Tante pasti nggak akan pernah bisa melupakannya, Vi, tapi kalau boleh Tante jujur, Sean cuma bisa bahagia kalau lagi sama kamu aja, Vi," ucap Tessa. Viona tak bisa mencerna ucapan Tessa baru saja.

   "Maksud Tante?" tanya Viona pelan.

   "Aahh, lupakan saja, sayang," balas Tessa tersenyum sembari membelai lembut kepala Viona. Viona merasa sungkan dengan keadaan ini, ia memutuskan untuk kembali pulang dan bersiap pergi sekolah. Sepanjang perjalanan, Viona masih terus mencerna ucapan Tessa.

   "Sean hanya bisa bahagia kalau lagi sama kamu aja, Vi."

****

Hayooo,, ada apa sama Sean.
BTW,, selamat datang di dunia Sean dan Viona. Teman kecil yang selalu ribut setiap bertemu.
Siapa di sini yang juga punya Sean versi nyata?

Bantu vote dan spam comment siniii
Makasii semuaa🤍

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang