Hallo, selamat datang.
Jangan lupa vote, comment nya 🤍
.
.
.
.
Happy reading AllPada akhirnya semua akan terungkap, walaupun sejauh apapun itu disembunyikan. Bagaimana dan apapun caranya.
Sean mengacak rambutnya dengan kasar, napasnya memburu bersamaan dengan langkah besarnya. Bahkan disaat hubungannya dengan Viona merenggang, gadis itu masih menemui Arsya, laki-laki yang sedang ia usahakan untuk menjauh dari Viona.
"Gue suka sama lo dari awal lo masuk sekolah, Vi, dari awal lo jadi murid baru."
Pernyataan yang ia dengar dari Arsya beberapa jam yang lalu membuat ia semakin geram. Bagaimana bisa Arsya jatuh cinta pada Viona yang kini menjadi istrinya. Namun Sean tak ingin gegabah, ia tak ingin mengambil langkah mengumumkan pernikahannya dengan Viona pada orang sekolah. Ia masih ingat dengan ucapan Viona sesaat setelah akad nikah diucapkan.
"Gue masih mau sekolah. Gue masih mau melanjutkan pendidikan gue. Gue mau jadi psikolog."
Sejak tadi, Viona belum menampakkan batang hidungnya. Entah ke mana ia pergi, Sean tak tahu. Selama ini, Sean hanya menjaga Viona dari kejauhan, ia mengawasi Viona dengan GPS ponselnya. Dari situ ia bisa tau Viona berada di mana. Seperti kali ini, Sean menemukan Viona sedang di rumah Olla, entah apa yang gadis itu lakukan di sana, Sean tak ingin tahu.
Pintu rumahnya terketuk, Sean kira yang datang adalah Viona, karena itu ia tak membukakan pintu. Namun ternyata dugaannya salah, justru Tessa yang datang dengan berbagai makanan yang ada di tangannya.
"Bunda?" tanya Sean tak percaya.
"Kenapa tidak membukakan pintu untuk Bunda?" balas Tessa balik bertanya. Sean menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"I-itu Bun, Sean kira yang datang, Vi," jawabnya jujur. Tessa menggelengkan kepalanya. "Lalu, kalau yang datang Vi, apa kamu juga tak ingin membukakannya?"
Skak. Sean tak bisa menjawabnya.
"B-bukan gitu, Bun," elaknya.
"Lalu apa?" Tessa menatap intens putra tunggalnya.
"Vi kan bisa buka pintunya sendiri, lagipula Sean nggak pernah kunci pintunya," balasnya akhirnya. "Kamu ini," Tessa tak habis pikir. Sean bernapas lega, akhirnya ia menemukan jawaban supaya bundanya tak curiga.
Tessa mengedarkan pandangannya, seperti sedang mencari sesuatu. "Viona mana?".
Benar saja, Bunda Sean itu mencari keberadaan menantu kesayangannya. Sean mengendikkan bahunya. Jujur, ia tak tahu di mana keberadaan istrinya itu saat ini.
"Ada di rumah Olla, Bun," jawab Sean tak pasti. Ia tak tahu Viona masih di rumah sahabatnya itu atau sudah dalam perjalanan pulang.
"Kenapa nggak bareng kamu?" tanya Tessa curiga. Tidak biasanya Sean tak bersama Viona.
"Nanti Sean jemput, Bun, Viona mau sendiri dulu katanya," jawab Sean berbohong. Aslinya, ia juga tak tahu asa urusan apa istrinya dengan Olla itu. Bunda mangut-mangut, ia beranjak ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Semua pandangan sama-sama membelalak ketika pintu utama dibuka. Sean san Tessa terkejut melihat Viona yang datang seorang diri, dan Viona yang terkejut karena melihat Tessa yang berada di dalam rumahnya.
"Lho, Vi?" tanya Tessa mengernyitkan dahinya, pandangannya kemudian ia alihkan pada Sean yang sesekali menunduk dan menatap dirinya.
"Bunda di sini dari tadi?" tanya Viona lemas. Sepertinya kegiatan hari ini berhasil membuatnya seperti ini. "Baru aja, sayang. Kamu dari mana? Katanya tadi Sean mau jemput kamu?" Tessa memborong pertanyaan Viona. Viona justru mengernyitkan dahinya, ia melirik ke arah Sean yang berbicara lewat matanya seolah berkata 'jangan bikin Bunda curiga.'
"Aah iya, Vi sengaja pulang pakai taxi, Bunda. Vi pikir Sean pasti capek banget. Jadi, Vi pulang pakai taxi saja," jawab Viona. Tessa tersenyum mendengar jawaban Viona. Sean menghela napas panjang.
"Lain kali kalau urusannya sudah selesai, kamu hubungi saja Sean, dia pasti bersedia menjemput kamu," ucap Tessa mengelus punggung tangan Viona. Viona mengangguk sembari tersenyum.
****
Sean mendengus napas kasar sembari merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia lupa charge ponselnya semalam. Siang ini ia harus menerima resiko jika tak bisa mengawasi Viona dari kejauhan.
Aah, paling nanti dia pulang sendiri. Tau jalan pulang juga, kalaupun main dia pasti ke rumah Olla. Pikirnya. Sean melakukan motornya dengan kencang, berniat menunggu Viona di rumahnya. Ia ingin menyesali perbuatannya yang kekanakan, istirahat tadi ia mendengar semuanya dari Arsya.
"Viona cuma jaga perasaan lo. Sewaktu sadar di gudang tadi, yang dia panggil cuma nama lo. Dia juga yakin kalau lo masih nunggu di depan sekolah, dan asal lo tahu dia berharap kalau yang nyelamatin dia di gudang itu diri lo, Ocean Samudera."
Sean menyesal, mengapa ia tak membicarakan semuanya dengan Viona. Mengapa ia terlalu kekanakan menghadapi sifat cemburunya. Ia juga merutuki dirinya sendiri mengapa ia cepat pergi meninggalkan Arsya dan Viona di cafe tanpa mendengar kelanjutannya.
"Gue emang ngaku sama Viona kalau gue suka sama dia. Tapi ternyata dia mempertahankan hubungannya dengan lo. Dia bilang hubungan kalian sudah sangat jauh, dan gue nggak berhak buat hancurin hubungan kalian. Gue juga mau Viona bahagia, Se," ucap Arsya disambut dengan ekspresi terkejut Sean.
Gue minta maaf ya, Vi, gue salah paham. Seharusnya gue yang selametin lo waktu itu. Gumam Sean.
Hari sudah semakin sore, tetapi Viona belum juga menampakkan batang hidungnya di rumah. Sean masih berpikir jika Viona di rumah Olla. Ponselnya masih dalam keadaan mati, Sean baru charge sepulang sekolah tadi. Pikirannya mulai terlintas bayang-bayang buruk.
Sean membuka ponselnya. Pesan-pesan dari Viona baru ia buka. Ia tercekat melihat pesan terakhirnya.Boleh tolong jemput aku?
Mobil Pak Deni harus masuk bengkel.
Jalanan sekolah sudah sangat sepi, aku takut.
Gimana nanti kalau ada yang culik?
Dia pasti nggak bisa kasih makan enak.Sean bergegas menuju sekolah, ini sudah semakin sore, sudah pasti gadisnya sudah menunggu sangat lama. Ia tersenyum geli membayangkan bagaimana Viona akan mengomel karena telat menjemput, itu yang Sean rindukan setelah tiga hari ia tak mendengarnya.
Sean memutarkan pandangannya, tak ada Viona di sekitar sekolahnya. Dengan cepat ia menghubungi Olla, barangkali ia berada di rumah sahabatnya itu.
"Hah? Viona? Dia nggak ada di rumah gue. Udah pulang kayaknya, soalnya gue pulang duluan tadi."
Jawaban yang sama sekali tidak Sean harapkan. Di mana gadisnya itu berada? Sean membuka ponselnya, melacak keberadaan Viona dari sana. Dahinya berkerut melihat lokasi Viona yang sama sekali tak pernah ia kenal.
"Ini di mana? Ngapain Viona di dalam daerah hutan seperti ini? Atau jangan-jangan..." ucapannya terhenti. Dengan cepat Sean menginjak gas menuju tempat Viona berada. Ia tak ingin gadisnya dalam bahaya.
***
Hayoo,, baru sadar kalau Viona ilang.
Kemana aja Sean?
Sini, omelin dulu Seannya.See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
From Neighbour To Life Friend
Teen Fiction#FOLLOW SEBELUM MEMBACA# Viona masih tak percaya dengan jalan pikir Mama dan Papanya. Ia masih tak menyangka jika dirinya dijodohkan dengan Sean, teman masa kecil sekaligus tetangganya. Sean memang sering mencari masalah dengan Viona, tak ada ha...