10-Sisi Baik

4 2 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nyaa yaa🤍
Bintangmu semangatku
.
.
.
.

Suhu badan Viona sudah menurun sejak pagi tadi. Namun Sean belum mengizinkan Viona untuk pergi ke sekolah. Tubuhnya masih lemas, pasti Viona masih sangat butuh istirahat. Ia menitipkan Viona pada Tessa. Sepulang sekolah, sebelum Sean kembali ke rumah, Olla sudah lebih dulu datang ke rumahnya, ia ingin menjenguk sahabatnya yang sudah beberapa hari ini izin karena sakit.

"Lo sakit apa, Vi?" tanya Olla seraya meletakkan parsel buah di meja samping tempat tidurnya. Viona melirik sekilas Olla yang duduk di sampingnya kemudian kembali berfokus pada ponsel yang dibawanya.

"Kangen Mama," gerutunya pelan. Olla membelalakkan matanya.

"Astaga, Vi, ternyata Lo kayak bayi banget, ya. Pantesan sabarnya Sean seluas samudera banget. Mama Papa lo juga bakal pulang," ucap Olla sembari menghadiahi jitakan kecil di kepala Viona.

"Tapi, ternyata Sean sayang banget sama gue," ungkap Viona. Ia melihat arah pintu, memastikan jika Sean belum pulang dan mendengar semua pembicaraannya dengan Olla.

"Gue lihat Sean sayang banget sama lo itu udah dari dulu, Vi, bahkan jauh sebelum hari pernikahan lo sama dia. Lo nya aja yang nggak pernah sadar," balas Olla. Viona terkekeh pelan.

"By the way, kenapa lo bisa tau kalau gue sakit?" tanya Viona. Olla mengangkat sebelah alisnya.

"Apa yang nggak gue tau tentang lo. Lo masih suka nangis ditinggal orang tua aja gue tau."

Viona terkekeh pelan, memang Olla adalah sahabat yang selalu mengerti dirinya. Hanya Olla satu-satunya tempat cerita bagi Viona. Semua rahasia ada padanya.

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan seorang lelaki dengan postur tubuhnya yang tegap dan berwibawa ditambah dengan tatapan elang dan hidung yang menawan membuat Olla menganga ketika menyambut kehadirannya. Sean hanya meletakkan tas kemudian mengambil baju gantinya. Viona bisa mengerti jika Sean akan mengganti pakaiannya di kamar bawah.

"Ganteng juga suami lo," cicit Olla. Viona mengernyitkan dahinya.

"Ambil aja, gue nggak pengen," balas Viona acuh.

Sore harinya Sean mengajak Viona keluar supaya Viona tak merasa bosan atau kembali teringat dengan kedua orang tuanya. Sean tak ingin Viona kembali bersedih. Awalnya Tessa tak mengizinkan Sean mengajak jalan Viona, namun Sean tetap berusaha dengan mengeluarkan semua alasannya, hingga akhirnya Tessa mengizinkan dengan satu syarat, tidak boleh pulang terlalu larut. Viona masih butuh banyak istirahat, Sean menyetujuinya.

"Mau es krim," pinta Viona manja. Sean menggeleng cepat. "Baru sembuh jangan langsung makan es krim, kita cari makanan lain," ajak Sean. Viona menggeleng, bibirnya mengerucut.

"Gue cuma mau es krim, nggak banyak kok," pintanya lagi. Ia memohon pada Sean supaya mau membelikannya dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah Sean.

"Please," gumamnya pelan. Pipinya mulai menggembung, Sean terkekeh melihatnya, ia seperti melihat seorang anak kecil yang dilarang jajan oleh ibunya. Ia mengusap kepala Viona.

"Ayo kita beli. Tapi kamu harus janji mau makan banyak setelah ini. Janji?" tanya Sean mengacungkan jari kelingkingnya. Viona menerimanya disertai anggukan antusiasnya.

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang