08-Sean Nakal

4 1 0
                                    

Balik lagi sama aku 😍
Jangan lupa Vote dan Comment nyaa yaa..
Share cerita ini juga bolee bangett.
.
.
.
.
Happy reading All

"BUNDA!!"

Viona bergidik geli melihat banyak tikus yang berkeliaran di sekitar tempat tidur Sean. Sudah lebih dari satu minggu ia berada di rumah Sean. Bunda Tessa yang memintanya. Sementara Sean hanya diam dan sibuk memainkan ponselnya, membiarkan Viona yang menangis ketakutan.

"Bunda nggak ada di rumah, Bunda lagi ke pasar," jawab Sean datar. Viona menautkan kedua alisnya.

"Please, buang tikus ini, Se, gue geli banget," mohon Viona. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Biarin. Mereka lagi cari makan," balas Sean masih dengan pandangannya ke arah ponselnya. Sean sama sekali tak menatap Viona yang kini memojokkan diri di atas tempat tidur Sean.

"Sean, gue mohon, bawa tikus-tikusnya pergi, gue mau mandi. Jangan bikin mood gue hancur pagi ini. Gue mau menikmati hari libur. Gue mohon, Se," Viona memejamkan kedua matanya. Ia meringkuk di atas ranjang, meraih selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Sean benar-benar merusak hari liburnya.

"Sean, Vi--astaga, ini kenapa tikus-tikus pada berkeliaran di kamarmu, Sean? Kamu jorok banget ya, sudah punya istri tapi kamu belum juga bisa merapikan tempat tidurmu. Bersihkan kamarmu sekarang juga! Kalau sudah, Bunda tunggu di bawah untuk sarapan," Tessa mengomel panjang ketika melihat salah satu tikus berada tepat di bawah kakinya. Sean menghela napas panjang, untung saja ia tak melihat Viona yang tertutup seluruh tubuhnya dengan selimut, kalau saja Bundanya melihat Viona, hukuman berat harus Sean jalani.

"Vi, tikusnya udah gue masukin kandang, jangan nangis! Cepat mandi habis itu sarapan di bawah. Bunda sudah tinggu di bawah," ujar Sean menatap tubuh Viona yang masih terbungkus selimut. Tak ada jawaban dari Viona, Sean membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

"Astaga Viona!!"

"Kebo banget sih lo," geram Viona. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Viona yang sudah berada di alam bawah sadar. Sean mengguncang keras tubuh Viona, namun Viona masih tak ingin membuka matanya.

Sean tertawa nakal sebelum memasang ancang-ancang berteriak di telinga sang istri.

"VI KEBAKARAN! KEBAKARAN."

"Haah?! Kebakaran? Mana apinya? Mama, Vi mau selamat," ucap Viona tanpa sadar. Sean tertawa puas, jurus jitu membangunkan Viona ampuh. Setelah melihat Sean tertawa puas, ia baru sadar jika Sean sedang menjahilinya untuk yang ke sekian kali.

"SEAAN!!" Teriaknya geram.

"Bisa nggak sehari aja lo nggak cari ribut? Gue capek jadi korban lo, gue bakal balas dendam. Lihat aja lo!" Sinis Viona. Sean mengangkat sebelah alisnya, ia tak yakin jika Viona berhasil membalaskan dendam untuknya.

"Coba aja kalau bisa," jawab Sean menyambar handuk putihnya.

"Gue duluan yang mandi, lo tunggu di sini, kalau lo nggak mau sabar, lo bisa mandi di kamar mandi bawah. Bunda udah tunggu di bawah buat sarapan," ucap Sean panjang. Viona menatapnya sembari berkacak pinggang.

"Bawel," ucap Viona. Ia berlalu menyambar handuknya. Viona berpikir akan lebih cepat mandi di bawah daripada menunggu Sean mandi. Ia menjulurkan lidahnya pada Sean sebelum keluar dari kamar.

"Bunda," sapa Viona yang melihat Tessa sedang menyiapkan sarapan untuk keduanya. Tessa menatap heran Viona yang mengalungkan handuk di lehernya dan beragam peralatan mandi di tangannya.

"Kamu belum mandi, nak?" tanya Tessa. Viona menggeleng. "Belum, Bunda, Vi mau mandi di kamar mandi bawah aja. Sean mandinya lama banget," keluh Viona. Tessa terkekeh gemas melihat kelakuan menantunya.

"Ya sudah, Vi mandi di kamar mandi sana aja." Tessa menunjuk sebuah pintu berwarna pink di pojok ruangan. Viona mengangguk kemudian berlalu.

Viona mengusap sisa air yang masih menempel di lehernya. Tessa tersenyum menyambut kehadiran menantunya bersamaan itu, Sean juga turun dari kamarnya.

Viona menjulurkan lidah pada Sean yang meliriknya dengan sinis ketika ia berhasil duduk di samping Tessa.

"Bunda, dari pagi Sean nakal," bisik Viona di sela sarapan paginya. Tessa menatap Sean penuh intimidasi.

"Kenapa, Bun?" tanya Sean dengan wajah datarnya.

"Benar kamu usil sama Vi?" tanya Tessa mengintrogasi.

"Enggak. Bohong, Sean dari tadi diem aja, dia aja yang caper sama Bunda. Pengen banget dibela Bunda," jawab Sean masih fokus dengan makanan yang ada di depannya. Viona berdecak kesal mendengar jawaban Sean.

"Bundaa, Vi nggak bohong. Tadi Sean lepasin semua tikusnya. Vi jijik banget sama tikus. Terus Sean juga bangunin tidur Vi nggak baik-baik, dia teriak di telinga Vi," bak anak kecil yang mengadu pada orang tuanya, Viona mengeluarkan semua kekesalannya pada Sean pagi ini. Tessa melirik ke arah putra semata wayangnya.

   "Bohong, Bun," jawab Sean sebelum pertanyaan keluar dari mulut Tessa. Viona mengerucutkan bibirnya. Sean benar-benar membuat mood nya hancur di pagi ini.

****

    Kesel sama Sean nggak?

   Aku jadi Viona sih marah bangett

   Bantu vote comment nyaa yaa best 🤍

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang