13-Itu Bohong

4 1 0
                                    

Selamat pagi buat yang baca di pagi hari
Selamat siang buat yang baca di siang hari
Dan, selamat malam buat yang baca di malam hari.
Bintang nya ada di pojok bawah kiri, silakan di klik 🤍
.
.
.
.
Happy reading All

   Sepanjang perjalanan, Viona dan Sean sama-sama terdiam, Sean yang kecewa dengan Viona, dan Viona yang takut jika Sean salah paham dengannya. Sampai di rumah, masih tak ada pembicaraan antara keduanya. Suasana rumah yang biasanya selalu ramai sebab pertengkaran keduanya kini menjadi dingin, sedingin kutub bagian utara.

   "Makan dulu, Se," ucap Viona sembari menyodorkan semangkuk sup ayam kesukaan Sean. Namun Sean sama sekali tak meliriknya, ia masih tetap fokus pada ponsel yang digenggamnya. Hati dan pikirannya masih berkecamuk memikirkan Arsya yang merangkul Viona.

   "Gue kenyang," ucap Sean datar. Viona mengernyitkan dahinya, benar dugaannya jika Sean marah karena ia terlambat pulang dan membuatnya terlalu lama menunggu.

   "Gue minta maaf. Tapi tadi..."

   "Gue mau keluar sebentar," ucap Sean memotong ucapan Viona. Ia meraih kunci mobilnya kemudian melenggang pergi begitu saja meninggalkan Viona yang terdiam menatap kepergiannya. Otak Viona berputar kencang, mengapa tiba-tiba sikapnya berubah drastis seperti itu? Padahal ia yang seharusnya marah karena Sean tak berusaha mencari dan menolongnya ketika ia benar-benar ketakutan di dalam gudang. Ia berharap Sean yang menolongnya keluar dari gudang itu, tapi mengapa justru Arsya yang datang? Viona memandangi sup ayam yang ia buat, biasanya Sean selalu antusias menyantap sup ayam buatannya.

   "Lo masih inget makanan favorit gue ternyata," ucap Sean. Tangannya tak berhenti memasukkan sayuran dan beberapa potongan ayam ke dalam mulutnya, ia tak lupa ia menyeruput kuah sup yang menurutnya sangat enak.

   "Inget dong, kan Bunda selalu bawain lo bekal ini, lo juga yang selalu ajak gue makan bareng. Kata lo, sup ayam buatan Bunda selalu enak," jawab Viona tersenyum. Ia memandang senang Sean yang selalu antusias menyantap masakannya, apapun itu.

  "Kalau sekarang?" sambung Viona.

   "Masakan Bunda masih paling enak sih bagi gue," goda Sean sambil kembali menyantap sup ayamnya. Viona memukul gemas punggung Sean.

   "SEANN!!"

   Viona tersenyum pahit mengingatnya. Mengapa kini Sean menjadi tak selera memakan masakannya, apa ia masih cemburu ketika tadi Arsya merangkulnya? Apa Sean mengerti jika Viona menyukai Arsya? Viona mengusap wajahnya kasar.

   Sementara di lain tempat, Sean menghembuskan napas panjangnya. Kali ini, Sean benar-benar terbakar api cemburu, ia masih tak terima jika Arsya merangkul istrinya. Bagaimana bisa Arsya bisa bersama wanita yang ternyata juga menyukainya. Ucapan Viona kalau itu benar-benar mengusik pikirannya.

     "Tapi gue masih belum terima kalau gue nikah sama Sean. Kak Arsya gimana?"

   "AARGH!" Sean mengusap wajahnya kasar, ternyata wanita yang dicintanya sejak lama justru banyak menorehkan luka untuknya. Bagaimana bisa ia percaya jika Arsya dan Viona tak memiliki hubungan apapun sedangkan ia tahu jika Viona memiliki rasa padanya.

    
   Sampai malam hari Sean masih terus mendiamkan Viona. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Sean juga sama sekali tak menyentuh makanan Viona. Sejak tadi pula bantal Viona basah dengan air matanya.

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang