Hello, welcome back sama aku 🤍
Jangan lupa vote yaa.. Ada di bawah sebelah kiri.
Terima kasih
.
.
.
.
Happy Reading AllKalau emang lo nggak mau buat terusin pernikahan ini, gue bisa ngomong ke Tante Andini dan Om Leo buat nyudahin semuanya.
Gue kecewa sama lo.
Semua kata-kata yang keluar dari mulut Sean berhasil melukai hati Viona. Bagaimana bisa Sean percaya pada berita bohong yang sengaja dilakukan oleh seseorang yang membenci dirinya hingga mengakibatkan keadaan fatal seperti ini. Tapi, siapa yang menyebarkan berita ini? Sepertinya orang itu sangat membenci dirinya? Apa jangan-jangan mantan Sean yang melakukan semua ini, atau seseorang yang menyukai Sean? Tidak, Viona tak boleh berprasangka buruk pada siapapun.
"AARGH!"
Ia melemparkan bebatuan yang berada di sekitarnya. "Mama.." kemudian berlirih pelan.
Tidak. Mamanya pernah berpesan jika setelah akad nikah diucapkan, semua masalah yang terjadi di rumah tangganya harus diselesaikan berdua, tidak ada yang boleh tau jika rumah tangganya sedang tidak baik-baik saja. Komunikasi adalah jalan paling ampuh untuk menyelesaikan masalah. Tapi, bagaimana masalah ini akan selesai jika tak ada komunikasi di dalamnya. Bukan, bukan Viona yang menginginkan putus komunikasi seperti ini, melainkan sikap Sean semacam singa buas itu yang membuat Viona tak mampu mengeluarkan sepatah kata apapun di hadapannya.
Ia menghembuskan napas pelan. Kemarin, ia dan Arsya dipanggil ke ruang guru untuk menjelaskan rumor yang tersebar di sekolah. Semua guru percaya karena memang Arsya ingin mengambil barang yang ada di dalam gudang berdasarkan perintah guru olahraga mereka, Pak Johan.
Lain guru, lain murid. Bahkan seluruh murid di sekolah tak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Arsya. Mereka menganggap jika Arsya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Berulang kali juga Arsya meminta maaf pada Viona yang telah membawanya dalam masalah ini.
Viona melangkahkan kaki untuk pulang. Sebelum masuk ke dalam rumahnya, ia melirik rumah Sean yang sepi. Ya, karena Tessa sedang mengunjungi rumah kedua orang tuanya di Magelang. Viona menghela napas panjang.
Degup jantungnya semakin berdebar tak karuan ketika melihat motor dan mobil Sean yang terparkir di rumahnya. Ia yakin Sean ada di dalam, ia menghirup napas kemudian membuangnya. Viona harus menata mental menghadapi Sean.
"Dari mana aja?" tanya Sean dingin. Viona menoleh pada sumber suara, dilihatnya Sean sedang duduk di ruang depan seraya memainkan ponselnya. "Dari danau," jawab Viona pelan.
"Sama pacar lo itu?" tanya Sean lagi.
"Se, berkali-kali gue bilang kalau..."
"Gue capek. Gue mau istirahat. Oh iya, nggak perlu masakin gue, gue udah makan pulang sekolah tadi. Kalau lo mau masak, masak aja buat sendiri," ucap Sean datar, sama sekali ia tak menatap netra Viona yang mulai mengeluarkan bulir-bulir beningnya.
"Sean, aku bisa jelasin semuanya," ucap Viona tercekat. Sean menghentikan langkahnya, ia menghembuskan napasnya pelan.
"Aku ditarik ke gudang sama orang, Arsya cuma bantu aku keluar dari gudang. Dia juga nggak tau ada aku di dalam gudang," jelas Viona. Sean masih membelakangi dirinya, tak mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Aku sama Arsya udah dipanggil guru dan menjelaskan semuanya. Pak Johan yang jadi saksi kalau beliau yang minta Arsya buat ambil barang di gudang. Kalau bukan Pak Johan, dia nggak akan ke gudang dan nemuin aku," ucap Viona lagi, "tolong percaya, Sean!" sambungnya dengan nada rendah.
Sean membalikkan tubuhnya, ia menatap Viona yang sedari tadi menunduknya. "Gue coba buat percaya sama lo," balas Sean. Tak ada kata apapun lagi yang keluar dari mulut Sean. Ia bergegas keluar kamar dan meninggalkan Viona seorang diri.
"Aku mau ke cafe, sama Olla," izin Viona sebelum Sean melangkah lebih jauh.
"Pergi aja!".
****
Viona terisak dalam pelukan Olla, ia tak tahu lagi bagaimana cara membujuk Sean kembali percaya kepadanya. Olla terus mengusap punggung Viona, memberikan sedikit kehangatan padanya.
"Gue minta maaf ya, Vi, karena gue yang datang ke gudang itu, lo yang jadi kena imbasnya. Gue bener-bener nggak tau kalau ini juga berakibat fatal ke hubungan lo sama Sean. Gue bakal coba ngomong ke Sean," ucap seorang lelaki yang tiba-tiba berada di sampingnya. Olla dan Viona sontak menoleh pada sumber suara.
"K-Kak Arsya?" tanya Viona gugup. Arsya tersenyum pada Olla dan Viona kemudian menarik kursi untuk mendudukkan tubuhnya di sana.
"Gue baru aja denger kalau lo sama Sean ada hubungan, ya?" tanya Arsya. Viona mengangguk tertunduk. Arsya menatap dalam, ia berpikir keras, mungkin ini waktunya ia mengungkapkan yang selama ini menjadi pikirannya.
"Sudah sejauh apa hubungan kalian?" tanya Arsya lagi. Olla menatap keduanya secara bergantian. Apa Arsya tau jika Viona menyukai dirinya?
"Gue pamit ke belakang dulu, ya, kalian selesain dulu aja masalahnya. Komunikasi baik-baik gimana caranya mengembalikan kepercayaan orang-orang sekolah dan menghapus semua rumor itu," ucap Olla. Dirinya mulai beranjak meninggalkan, tetapi Viona mencegah langkahnya. Menatap Olla seolah berkata 'Tolong jangan pergi'.
"Gue kebelet banget, Vi, secepatnya gue bakal ke sini lagi," ucap Olla. Sedetik kemudian ia pergi meninggalkan Arsya dan Viona seorang diri.
Viona kembali tertunduk setelah Olla pergi. Arsya menaikkan alisnya sebelah, pertanyaannya belum terjawab.
"Pertanyaan gue belum dijawab," ucap Arsya mengingatkan. Viona menghela napasnya. "Sudah sangat jauh, bahkan sudah melibatkan orang tua," jawab Viona tanpa mengatakan status yang sebenarnya. Arsya mangut-mangut.
"Sayang sekali," balas Arsya. Viona mengernyitkan dahinya. "Maksud Kak Arsya?".
"Gue suka sama lo dari awal lo masuk sekolah, Vi, dari awal lo jadi murid baru," ungkap Arsya akhirnya. Viona membulatkan matanya, bersamaan dengan perginya seseorang dengan kecewa yang sedari tadi mendengar pembicaraan keduanya.
"Kak?"
"Tapi kalau emang lo punya hubungan dengan Sean, lo lanjutin aja. Gue yang mundur, tapi gue bakal tetap bantu lo buat keluar dari masalah ini. Gue yakin Sean kecewa banget," ucap Arsya. Berulang kali Viona mengucapkan rasa terima kasihnya.
Menyakitkan sekali perasaan Viona, jika ia tau Arsya memiliki perasaan yang sama dengan Viona, tentu ia akan menolak perjodohan ini. Nasi sudah menjadi bubur, sekarang Viona harus siap dengan segala risiko yang akan menimpanya. Seperti pesan Arsya padanya, "Cintai Sean setulus hati kamu."
****
Sakit sih kalau aku 😭
Kalian gimana?
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
From Neighbour To Life Friend
Teenfikce#FOLLOW SEBELUM MEMBACA# Viona masih tak percaya dengan jalan pikir Mama dan Papanya. Ia masih tak menyangka jika dirinya dijodohkan dengan Sean, teman masa kecil sekaligus tetangganya. Sean memang sering mencari masalah dengan Viona, tak ada ha...