Selamat Malam semuanya..
Jangan lupa bintang dan comment nya yaa..🤍
.
.
.
.
Happy Reading All"Maaf Tante, Vi baru aku pulangin, tadi ada sesuatu yang harus Sean bicarakan," ucap Sean kemudian melirik Viona yang menatap Sean tak setuju. Andini meletakkan majalahnya kemudian menerima uluran tangan Sean.
"Nggak apa-apa, Se, Tante percaya sama kamu. Kamu boleh bawa Vi kemana aja," balas Andini senang.
"Mama, Sean cuma ngelamun doang di saung pohon mangga sana. Vi cuma disuruh nunggu sebentar, tapi Sean nggak mau bawa Vi pulang," rengek Viona manja. Andini terkekeh.
"Kalau begitu, Sean pamit pulang dulu, Tante, takut Bunda cari," balas Sean seraya mencium tangan Andini. Andini mengangguk kemudian mempersilakan Sean pamit.
Viona merajuk kesal.
"Mama percaya sama apa yang Sean bilang?" tanya Viona kesal.
Andini mengangguk ragu. "Memangnya kenapa?"
"Sean itu bohong, Ma," ucap Viona berusaha meyakinkan.
"Sudahlah, sayang, Mama mau masak," Andini meninggalkan Viona yang berdecak kesal. Sepeninggal Andini, Viona melangkah masuk untuk berganti pakaiannya. Setelah itu, ia kembali turun untuk makan malam bersama keluarganya.
"Papa," panggil Viona manja. Leo mencium pipi kanan dan kiri Viona. Sangat jarang sekali Leo berada di meja makan untuk makan malam bersama keluarganya, bisa dibilang karena ia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya.
"Long time no see, Vi," balas Leo tersenyum.
"Papa suka pergi sebelum Vi bangun, pulang juga selalu larut malam. Papa pasti lupa kalau punya Mama dan Vi di rumah," protes Viona kesal. Ia membalikkan piring yang sudah disiapkan Andini di atas meja makan.
"Maaf, sayang, kan kamu tahu kalau Papa sedang menyelesaikan project untuk pembangunan cabang di beberapa daerah," ucap Leo. Viona hanya mangut-mangut menjawabnya.
"Bagaimana kabar Sean? Kamu masih suka bermain dengannya?" tanya Leo lagi. Viona berdecak kesal.
"Anaknya Papa itu Vi, bukan Sean, kenapa Papa tanya kabar dia, harusnya Papa tanya kabar Vi, gimana sekolah Vi, apa yang Vi lakukan seharian ini, bukan malah Sean," protes Viona kesal. Andini dan Leo sama-sama tertawa. Putri bungsunya itu masih saja bersikap kanak-kanak, padahal usianya sudah hampir menginjak 18 tahun.
"Papa hanya bertanya, sayang, kan Papa juga sudah menganggap Sean sebagai putra Papa juga," kilah Leo. Lagi-lagi Viona mengerucutkan bibirnya.
"Sean baik, Pa, tadi sore saja Sean yang mengantarkan Viona pulang," jawab Andini mewakilkan.
"Bagaimana kalau kita ajak Sean dan Mamanya untuk makan malam di sini?" tawar Leo. Ucapan Leo baru saja sontak membuat Viona tersedak makanannya.
"Be careful, Vi," peringat Andini sembari memberikan segelas air putih.
"Sekarang?" tanya Viona memastikan.
"Bagaimana kalau besok malam saja, Pa? Ini sudah terlalu malam, takutnya Tessa dan Sean sudah punya kegiatan sendiri," usul Andini. Leo mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Neighbour To Life Friend
Ficção Adolescente#FOLLOW SEBELUM MEMBACA# Viona masih tak percaya dengan jalan pikir Mama dan Papanya. Ia masih tak menyangka jika dirinya dijodohkan dengan Sean, teman masa kecil sekaligus tetangganya. Sean memang sering mencari masalah dengan Viona, tak ada ha...