Hallo,, back sama aku 😍
Jangan lupa bintangnya di pojok kiri bawah yaa.. Makasii 🤍
.
.
.
.
Happy Reading AllViona tak sanggup menahan tangisnya sejak kedatangan jenazah Andini dan Leo didampingi dengan Alex yang menyertai perjalanan keduanya. Viona memeluk Alex sangat erat ketika keduanya bertemu di bandara beberapa jam yang lalu.
"Ikhlas ya, Vi, Mama sama Papa udah tenang di sana," kata Alex menenangkan. Pelukannya semakin ia eratkan.
"Tapi, Mama janji mau balik ke rumah lagi, Bang. Dia mau lihat Vi jadi juara kelas lagi kayak dulu. Mama sama Papa juga mau lihat Viona jadi istri yang baik buat Sean. Mama sama Papa harusnya pulang buat Vi," ucap Viona dalam isak tangisnya. Alex mengusap air mata Viona dengan kedua jempolnya.
"Abang percaya Vi bisa mewujudkan semua yang Mama sama Papa inginkan," ucap Alex menenangkan.
"Mari! Mama dan Papa harus segera dimakamkan." Alex mengurai pelukannya dengan Viona. Viona mengangguk kemudian berjalan beriringan di samping Alex dengan dirangkul oleh Sean.
Viona mendongakkan pandangannya, menatap Sean dengan mata sembabnya. "Sean.." panggilnya lirih.
Yang dipanggil hanya menjawab dengan sorotan matanya. "Mama dan Papa sudah tenang di alam sana, ya?" Pertanyaan yang selalu Viona lontarkan akhir-akhir ini. Sean mengangguk tersenyum kemudian mengusap bahu Viona penuh kelembutan. Ia teringat dengan janjinya dengan Leo beberapa bulan yang lalu.
"Saya dan Mama Vi tidak bisa selalu menjaga Vi sepanjang masa, pasti dia akan temukan jalan hidupnya sendiri. Tapi, kami tak pernah mau Vi salah arah. Kami ingin kamu yang menjadi pelindung untuk Vi saat kami berdua tidak ada di sampingnya nanti." Leo mengusap bahu Sean yang masih duduk di kursi depan rumahnya.
"Apa Om tidak salah pilih? Saya masih jauh dari kata baik, bahkan saya merasa tidak mampu untuk melindungi Vi," sanggah Sean. Leo lagi-lagi tersenyum seraya mengusap putra tetangganya yang sudah ia anggap sebagai bagian dari keluarganya.
"Saya pernah berjanji dengan ayahmu untuk menjodohkan kalian berdua. Saat itu kamu masih terlalu kecil, Sean, dan mungkin ini waktu yang tepat untuk melaksanakannya. Saya dan Mama Vi akan terbang ke Singapura untuk bertugas di sana, Mama Vi juga akan menemani kakak ipar Vi melahirkan dan merawat bayi pertamanya." Ucapan Leo membuat Sean terlonjak kaget.
"On serius ingin menikahkan saya dengan Vi?" tanya Sean menatap lekat netra Leo.
Leo tersenyum. "Apa kamu melihat ada keraguan di mata Om?"
"Tolong jaga dan lindungi putri kecil kami, saya dan Mama Vi berharap besar kamu bisa menjadi rumah untuk Vi. Dia putri manja kami, jadi kamu harus banyak sabar menghadapinya. Saya ingin menepati janji dengan ayahmu untuk menjodohkan kalian berdua, meski sekarang ayahmu entah kemana, tapi pasti dia bahagia jika kamu berhasil mendapatkan Viona," ucap Leo. Sean terdiam, tampak seperti ragu dengan keputusan laki-laki paruh baya yang ada di hadapannya.
"Bagaimana, Sean?" tanya Leo seolah membaca raut wajah Sean.
"Insyaallah saya bersedia, Om," balas Sean cepat.
Nyatanya, ucapan Papa mertuanya itu benar-benar terbukti, Leo dan Andini begitu yakin menikahkan keduanya karena Papa dan Mama mertuanya itu akan kembali ke hadapan Tuhannya secepat ini.
"Terima kasih telah mempercayakan Sean untuk menjaga putri kecil kalian. Sean janji akan berusaha untuk membahagiakan dan melindungi Vi seperti kalian menjaga dan melindungi Vi sejak kecil," gumam Sean pelan.
****
Suasana duka masih menyelimuti perasaan Viona, ia berjongkok lemah di depan nisan Mama dan Papanya setelah orang-orang yang ikut mengantar keduanya sampai ke peristirahatan terakhirnya pulang, tersisa Sean, Viona, Tessa dan Olla di sana.
"Mama kenapa pergi? Vi masih mau tinggal sama Mama Papa. Kata Sean, Vi sudah jadi istri yang baik buat dia. Tapi, Vi masih mau berusaha, Ma. Vi masih mau berusaha lagi buat jadi yang lebih baik daripada hari ini," ungkap Viona sembari sesekali mengusap air matanya. Sean ikut berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan Viona.
"Ikhlas ya, sayang," ucap Sean pelan. Ia membelai kepala Viona.
****
Saat ini, Viona dan Sean sedang berada di salah satu cafe dekat rumahnya. Sengaja Sean melakukannya supaya Viona terhibur dan kembali makan. Sudah hampir dua hari tak ada sedikitpun makanan yang masuk, Viona masih terpukul dengan kepergian orang tuanya.
"Ini bukan sepenuhnya salah kamu, aku percaya. Segitunya kamu sayang sama aku sampai kamu nggak memastikan bahwa berita itu bohong atau benar." Viona menggenggam tangan Sean yang sedari tadi meminta maaf dengannya.
"Tapi sepertinya keadaan kamu masih diincar oleh Tuan Hendri dan anak buahnya, kamu jaga diri, ya!" Pinta Viona sembari mengerjapkan matanya. Sean mengangguk tersenyum seraya membelai lembut kepala Viona.
"Aku bakal terus jaga dan lindungi kamu, nggak peduli seberapa besar resikonya," jawab Sean. Viona tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di bahu Sean. "Sekarang kamu bisa terima pernikahan ini?"
"Dari dulu juga udah terima," balas Viona sangat pelan, hanya Sean yang mampu mendengar suaranya.
"Se.." panggil Viona setelah keduanya terdiam cukup lama. Sean mengangkat kedua alisnya.
"Kirana dan wanita itu bagaimana?" tanya Viona. Ia ingat, terakhir ia berinteraksi dengan Kirana saat gadis itu memberi tahu jika Sean ada dalam jebakannya.
"Semua sudah aku serahkan ke hukum, tinggal prosesnya saja. Kamu tenang, ya! Tidak ada lagi yang berani mengganggu kamu," ucap Sean tersenyum. Viona mengangguk, kini ia percaya dengan pepatah mati satu tumbuh seribu. Terkadang kita perlu mengalami kehilangan untuk menikmati hasil indah yang telah lama disiapkan.
****
Hai,, terima kasih yaa🤍
Jangan lupa terus dukung akuu dengan pencet tombol bintangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/371289308-288-k941916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Neighbour To Life Friend
Teen Fiction#FOLLOW SEBELUM MEMBACA# Viona masih tak percaya dengan jalan pikir Mama dan Papanya. Ia masih tak menyangka jika dirinya dijodohkan dengan Sean, teman masa kecil sekaligus tetangganya. Sean memang sering mencari masalah dengan Viona, tak ada ha...