03-Kabar Baik Atau Buruk

12 9 17
                                    

Selamat datang lagi gess..
Bantu vote dan comment nyaa siniii🤍
.
.
.
.
Happy reading All

   "Mama, Vi mau ikut," rengek Viona manja ketika Andini menyampaikan kabar jika ia harus terbang ke Singapura dalam waktu yang lumayan lama.

   "Nggak bisa, Vi, kamu harus tetap di sini. Kamu kan harus sekolah," balas Andini lembut. Ia membelai kepala putri manjanya. Mata Viona sudah berkaca-kaca. Ditinggal lima bulan untuk pergi ke Singapura itu sangat-sangat lama bagi seorang Viona yang masih terlalu manja pada kedua orang tuanya.

   "Ngapain sih Mama harus ke sana mendadak? Kenapa nggak Bang Alex sama Kak Mita aja yang ke sini?" protes Viona manja. Andini tersenyum membalas ucapan Viona.

   "Kasihan Kak Mita, sayang. Dia sudah hamil tua, pihak bandara nggak akan mengizinkan. HPL Kak Mita hanya tinggal menghitung hari. Kamu nggak kasihan dengannya?" tanya Andini. Viona mengerucutkan bibirnya. Benar apa yang dikatakan Mamanya, kakak iparnya itu takkan mungkin terbang ke Indonesia dengan kondisi hamil tua dan waktu melahirkan yang sudah sangat dekat.

   "Tapi kenapa harus lima bulan di sana?" tanya Viona lagi. Padahal Andini sudah menceritakannya di awal tadi. Mungkin Viona belum bisa menangkap ucapannya.

   "Kan tadi sudah Mama bilang, sayang, sekalian Papa ada tugas di Singapura, Mama juga bisa lebih lama di sana untuk membantu Kak Mita mengurus cucu Mama, Kak Mita pasti belum bisa sepenuhnya mengurus bayi sendirian," jawab Andini.

   "Terus Vi?" bibir Viona sudah mengerucut sejak tadi, Andini mencubitnya dengan tersenyum gemas.

   "Ya, kamu di rumah sendiri," balas Andini menggoda.

   "Mama," pengen Viona manja. Ia memeluk Andini sangat lama. Ini pertama kalinya Andini meninggalkan Viona dengan waktu yang sangat lama. Andini dan Leo sepakat tidak kembali memperkerjakan ART di rumahnya. Sejak kejadian pencurian beberapa tahun yang lalu, Andini memilih resign dan fokus mengurus rumah dan Viona seorang diri.

   "Atau kamu mau tinggal di rumah Tante Tessa? Biar nanti Mama yang bilang padanya, kan ada Sean juga yang bisa menjaga kamu," balas Andini.

   "Mama yang benar aja, masa iya Vi tinggal di rumah Tante Tessa lima bulan, nanti Tante Tessa repot," ungkap Viona kesal.

   "Kan sebentar lagi Tante Tessa jadi Bunda kamu juga," ucap Andini keceplosan. Viona mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti dengan ucapan Mamanya baru saja.

   "Maksud Mama?"

   "Enggak. Biar nanti Papa yang jelaskan ke kamu semuanya, ya," balas Andini berusaha menutupi.

   "Mama dan Papa nggak bermaksud buat jadiin Sean menantu Mama kan?" terka Viona. Andini mengernyitkan dahinya sembari tersenyum menggoda.

  "Kamu mau Sean jadi suami kamu?" pertanyaan Andini terasa sebuah jebakan bagi Viona. "Kok suami aku?"

  "Hei, putri Mama cuma kamu seorang, lalu siapa lagi yang akan jadi menantu Mama?"

  Skakmat. Viona tak bisa lagi menjawab pertanyaan Andini.

   Sejak siang hari tadi, ucapan Andini selalu terngiang di kepala Viona. Ia berharap Andini hanya bergurau saja, tidak serius menjadikan Tante Tessa sebagai Bundanya juga.

From Neighbour To Life FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang