"Arya, selamat ulang tahun."
Jessica mendekati tempat duduk Arya, dan menyerahkan sebuah kado. Arya menerima itu dengan maksud menghargai pemberian Jessica. Toh, yang memberi kado tidak cuma Jessica. Teman sekelasnya semua membawa kado. Tapi saat melihat kotak yang familiar, dahi Arya sedikit mengerut.
"Jam tangan?"
Benar saja, Jessica juga memberikannya jam tangan. Dan itu sama persis dengan punya Beby yang rusak. Senyum miring Arya naik. Sekarang ia tahu apa alasan Jessica ada di pasaraya nya dan mengganggu Beby.
"Gue tau lo suka ngoleksi jam tangan. Maaf gak bisa ngasih jam tangan yang harganya ratusan juta seperti punya lo yang lain. Tapi gue ngasih ini tulus. Gue harap lo mau memakainya.
"Little fiance, let me show you what she gave for me." Arya menunduk. Melihat Beby yang duduk disampingnya sambil mengangkat jam itu kearahnya. "Sama loh dengan punya lo. Gimana?"
Beby meneguk ludahnya kasar. Ia ingin memprotes kenapa Jessica membeli yang sama persis—tapi ia ragu. Siapa tahu Jessica memang suka dengan modelnya, kan? Beby hanya takut Arya makin marah dengannya gara-gara ia protes ke Jessica. Tapi usapan lembut di wajahnya membuatnya mendongak.
"It's okay. Siapapun bisa membelinya," jawab Beby akhirnya.
Sial, bukan itu jawaban yang Arya harapkan. Arya ingin Beby marah lalu memohon padanya agar memilih jam tangan miliknya yang rusak tadi. Kembali meyakinkan Beby, Arya mengambil jam tangan itu. Hendak memakainya—di depan wajah Beby.
"Boleh gue pakai?"
Senyum kemenangan Jessica terbit. "Boleh banget."
Beby makin berkeringat dingin. Matanya sudah memanas melihat gerak-gerik Arya yang sudah menempelkan jam tangan itu ke lengan. Tinggal menyatukan pengaitnya saja. Bibirnya mengerucut meski sejak tadi Arya terus menatapnya.
"Arya."
"Kenapa?" Arya mengusap sisi wajah Beby lagi. Sepertinya Beby sudah masuk ke jebakan yang ia buat. Ia ingin tertawa melihat mata bulat ini kembali berkaca-kaca.
"Jangan dipakai."
Great job! Inilah yang Arya inginkan. Arya ingin Beby yang mengatakannya sendiri dengan mulutnya. Meski harus dipancing duluan tidak masalah. Ia gemas sekali ingin mencium bibir kecil yang sejak tadi terus menggodanya. Suara lembut yang menginginkannya—berhasil membuat Arya bereaksi. Ada yang meledak-ledak karena ia baru kali pertama merasakannya.
"Lo gak mau gue pakai ini?" tanya Arya lagi. Suaranya lebih lembut dan memusatkan atensinya penuh ke gadis kecil yang mirip bocah lagi ngambek. Di luar dugaan, Beby malah meraih tangan Arya dan mengambil jam itu sendiri.
"Aku sampai kayak gini karena beliin kamu kado, tapi kamu malah milih kado dari gadis lain? Kalau ujung-ujungnya kamu pilih kado dari dia, lebih baik buang saja punyaku tadi!"
Bukan hanya Arya, yang lain sampai kaget mendengar suara keras Beby yang baru pertama kali mereka dengar. Dan Arya kembali terpaku karena air mata itu kembali turun perlahan. Ini diuar rencana. Ia hanya ingin menggoda dan menjebak gadis itu.
"Iya iya, maaf. Cengeng banget sih, lo? Nih, udah gak gue pakai. Gitu doang mewek." Arya menganggap kejadian ini lucu makanya ia tertawa. Diraihnya Beby ke pelukan karena tangisannya masih keluar.
His little girl is too fragile.
"Maaf ya, jam tangan lo persis sama punyanya Beby. Tetep gue terima kok, tapi gak gue pakai. Gak masalah, kan?"
Jessica tersenyum tipis. Ia tidak suka situasi ini. Beby diprioritaskan oleh Arya—bahkan itu tidak pernah Ia dapatkan dari Arya. Selama berhubungan dengan Arya, dia selalu sibuk dan tidak ada yang spesial. Yang ia lakukan adalah sibuk menyembunyikan hubungannya dari Flora dan Giandra. Jessica jadi tidak bisa tenang karena Arya juga diawasi beberapa pengawal. Semuanya serba terbatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #2] - Bisa dibaca terpisah. Arya dan Beby sudah menikah, tapi backstreet. Bahkan Beby yang tinggal di rumah Arya juga tidak ada yang tahu, termasuk semua teman mereka. Eh ralat, yang tahu cuma teman terdekat saja. Kenapa bisa...