Secret Relationship | 23. Melewati Batas

369 44 25
                                    

Maaf lama hehehehe karena proses editnya lama :) aku sibuk kerja jadi waktu buat ngetik juga dikit :)


Happy reading🤍

















Sepanjang perjalanan, Beby hanya tertidur. Mungkin karena kelelahan menangis berjam-jam. Marah-marah juga. Arya memangkunya—sambil terus menggulirkan layar iPad nya. Pemuda itu tidak terusik atau mengeluh karena sang istri meringkuk tidur didadanya. Ia hanya ingin menebus semua rasa bersalahnya. Apapun akan Arya lakukan.

"Tuan Muda, jika anda pegal, Nyonya Muda bisa saya—"

"Jangan sentuh istriku," peringat Arya tegas saat salah satu pengawal merasa tidak enaak melihat Arya memangku Beby. Niatnya hanya ingin membantu, tapi jawaban sang atasan membuat mereka terdiam lagi.

"Tuan Muda, mereka hanya membantu. Lagipula, paha anda apa tidak kram?" Wijaya yang duduk disamping kemudi menoleh ke spion. Menatap sang atasan yang duduk di jok tengah dengan tatapan lembut.

"Tentu saja kram," sahut Arya jujur. Ia meringis dan menunduk sedikit. Memperhatikan wajah polos Beby yang tampak tenang di tidurnya. "Tapi biarkan saja. Aku bisa mengurusnya sendiri." dan kembali lanjut ke iPad.

Wijaya diam-diam tersenyum. Melihat pemandangan manis ini, membuat hatinya adem dan tenang. Dan baru kali ini ia melihat sang atasan yang tampak lembut dan perhatian. Sebuah peningkatan yang baik, bukan?

Arya sendiri berusaha fokus sebenarnya. Tapi jujur, ia sedang menahan mati-matian gejolak yang mulai muncul. Hey, ia juga laki-laki yang normal! Beby yang terus bergerak dan mengenai titik sensitifnya, tentu membuat Arya menahan diri. Sial, niatnya berbaik hati ingin membantu—malah ia yang tersiksa.

"Beby, lo sedang ngehukum gue ya?" lirih Arya. Pemuda tampan yang sudah rapi dengan setelan jas itu meletakkan iPad nya dan menunduk. Kalau saja ia hanya berdua dengan Beby, sudah ia terkam gadis ini. Tidak peduli Beby akan memberontak atau menangis, salahkan Beby yang memancingnya duluan. Tangan Arya terkepal. Belum lagi Beby ini hanya memakai piyama tipis saja. Piyama favoritnya yang sering ia pakai—dan hanya dilapisi jaket. Siapapun, bakal tetap tergoda.

"Kalian bisa keluar?"

Wijaya dan yang lain bingung. "Maksudnya?"

"Aku ingin berkendara sendiri. Kalian bisa ikut mobil lain." Arya tidak bisa menahannya. Ada iring-iringan 3 mobil yang mengawali perjalanannya ke Lukito Group. Dan Arya ingin mereka yang ada disini, ikut ke mobil lain. Arya hanya ingin berduaan saja dengan Beby.

Tanpa ada orang lain.

Wijaya yang mengerti mengangguk patuh. Ia mengkode sang sopir dan sopir tadi berbicara lewat earphone. Tak lama mobil pun berhenti, begitu juga mobil-mobil yang dibelakang. Sebelum keluar, Wijaya sempat ditahan dulu oleh Arya.

"Bisa undur rapatnya 1 jam?"

"Apa?" Wijaya kembali dibuat kaget. Sebenarnya apa lagi yang atasannya ini rencanakan?

"Ini perintah, Pak Wijaya. Ada hal lain yang harus lakukan, urgent. Bisa, kan?"

Wijaya yang awalnya bingung akhirnya mengangguk saja. Menyalakan iPad dan mulai mengecek yang lain. Setelah itu, Wijaya pamit keluar. Masih dengan menggendong Beby, Arya keluar dan membuka pintu bagian kemudi. Duduk disana dengan tenang dan mengawasi mobil-mobil yang ada dibelakang. Arya meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Kalian bisa jalan lebih dulu. Ini perintah."

Sedetik setelah Arya menutup panggilannya, mobil-mobil itu langsung pergi satu-persatu. Arya ikut menjalankan mobilnya. Kali ini pelan dan bukan lewat jalur menuju Lukito Group. Arya malah belok ke sebuah jalan sepi lalu berhenti disana.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang