"Surat apa ini? Masih untung Beby belum menemukannya!"
Arya memejamkan matanya. Baru sampai ke mansion, ia sudah dimarahi Flora karena sebuah surat yang ia yakin dari Jessica. Gadis itu masih bebal rupanya. Jessica mengirimnya surat lagi, yang diterima oleh Tika. Untung saja Tika melapor ke Flora bukan ke Beby, yang ada malah perang dunia lagi.
"Yaudah sih Mi, kan yang nerima Tika. Aku gak bales ataupun gak baca juga. Surat yang sebelumnya aku bu—" Arya menghentikan ucapannya karena kebablasan. Ia berdecak kesal. Merutuki mulutnya yang tidak bisa diajak kerjasama.
"Surat sebelumnya? Jadi kalian masih saling surat-menyurat? Iya?" nada suara Flora meninggi. "Kamu sudah menikah, Arya! Dan citramu sedang naik berkat kunjungan kerja pertamamu ini. Kamu ingin merusaknya dengan berita selingkuh?"
"Aku tidak selingkuh, Mami!" balas Arya dengan nada tinggi juga. "Oke, aku akui kalau Jessica juga mengirimku surat. Tapi aku hanya membacanya, lalu aku buang ke tempat sampah. Tidak ada alasan untukku kembali padanya, Mi."
"Membuangnya ke tempat sampah? Kamu pikir Mami bodoh?" Flora berjalan menuju tempat sampah yang sudah bersih. "Tika tadi membersihkan tempat sampah dan tidak menemukan hal yang mencurigakan. Tapi ada abu yang berceceran di sampingnya."
Deg! Jantung Arya seketika berpacu cepat. Ada abu? Apa ada yang terbakar? Kalau Tika tidak menemukan surat itu, pasti surat itu dibakar. Tapi siapa yang membakarnya?
"Jangan-jangan—" Arya tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Hal yang ia takutkan terjadi—Beby membaca surat itu. Sial, pantas saja Beby uring-uringan saat ia di Bali. Istrinya itu sampai sakit juga.
"Sudah paham kamu sekarang?" sindir Flora. Ia menghembuskan nafas panjang lalu merobek kertas itu didepan Arya. "Surat ini, penyebab Beby jatuh sakit."
Arya diam tidak membantah. Semuanya makin rumit. Masih dengan kemejanya, ia duduk di kasurnya sambil mengacak rambutnya sendiri. "Kenapa Beby kehilangan selera makan?"
"Stress ringan," jawab Flora singkat. "Jangan membuatnya kesulitan lagi. Dia anak yang sangat baik. Meski sering kabur, dia tidak pernah mengeluh didepan Mami. Didepan Papi dan Mami, dia selalu tersenyum seolah-olah tidak ada masalah. Dia berusaha menjadi istri dan menantu yang sempurna. Sejauh ini, Beby sudah melakukannya dengan baik."
Pemuda itu masih diam. Pikirannya berkecamuk. Kalau Beby sudah tahu, kenapa dia diam saja? Beby bahkan tidak melapor atau marah padanya. Yang Beby lakukan, hanyalah menangis saat bertemu dengannya—tanpa bicara apapun.
Apa Beby berniat ingin menyembunyikannya?
"Aku ke paviliun dulu, Mi. Nanti kita sambung lagi," ujar Arya akhirnya. Otaknya terasa panas dan siap mengebul.
"Perbaiki hubungan kalian. Jangan sampai ada kesalahpahaman lagi."
***************
"Lagi apa?"
Beby terlonjak saat kepalanya diusap. Ia mendongak dan kembali terkejut karena keningnya juga dicium. Beby merasa awkward dan reflek menyentuh keningnya sendiri.
"Why are you so surprised? Gak boleh emang nyium istri sendiri?" Arya tergelak melihat gelagat panik Beby sekarang.
"Bukan begitu! Kamu tuh jangan—" Beby tak sanggup melanjutkan kalimatnya karena Arya menatapnya teduh. Sorot matanya penuh kehangatan dan Beby langsung menunduk untuk menutupi wajahnya. "Jangan tatap aku kayak gitu."
"Tumben seorang Beby yang pemberontakan handal ini—bisa malu?" sejak kapan Arya sadar, kalau Beby sangat kecil. Melihat Beby yang duduk meringkuk diatas karpet sekarang—terlihat mini dan kecil. Arya berjongkok di depannya untuk mengelus kepala Beby lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #2] - Bisa dibaca terpisah. Arya dan Beby sudah menikah, tapi backstreet. Bahkan Beby yang tinggal di rumah Arya juga tidak ada yang tahu, termasuk semua teman mereka. Eh ralat, yang tahu cuma teman terdekat saja. Kenapa bisa...