Yuhuu, I'm back again🤍
Sedikit bocoran aja, lanjutan cerita ini bakal nyambung sama lanjutan cerita sebelah👀 sebenarnya aku udah rilis spoiler gede di side story. Kalau kepo bisa baca duluan di karyakarsa, link ada di bio aku. Kalau udah baca jangan spoiler buat kaum wp yah🤣🤣
Hari libur sekolah telah usai, tahun ajaran baru sekolah telah mulai juga. Tapi karena status Arya dan Beby sekarang sudah menjadi maba, mereka akan masuk kuliah 2 bulan lagi. Di sela-sela mengisi waktu sebelum masuk perkuliahan, tentu saja Arya masih sibuk dengan agendanya—yaitu membantu Giandra mengurus perusahaan. Kalau Beby ia sedikit longgar karena jadwal belajarnya tidak seketat dulu. Yang ia lakukan di paviliun kalau tidak bersih-bersih ya memasak. Fyi, Beby yang dasarnya 0 pengalaman soal memasak akhirnya belajar ke kepala koki. Seumur hidupnya ia adalah anak bungsu yang kebutuhannya dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Jadi wajar ia tidak punya kemampuan memasak. Yah, kalau menggoreng telur atau tempe ia bisa. Tapi kalau sampai ke makanan berat ia tidak bisa.
Sebenarnya Beby merasa mudah lelah akhir-akhir ini entah karena apa. Mungkin karena perubahan cuaca yang ekstrim makanya ia jadi sakit. Beby sering mengeluh pusing dan mual. Tubuhnya juga gampang lemas. Ia tidak bilang ke siapapun kalau sakit karena pikirnya karena perubahan cuaca. Jadi wajar saja. Tapi saat Beby terus mual di pagi hari dan kehilangan nafsu makan juga, Putri akhirnya mulai sadar.
"Nyonya Muda, apakah anda sudah menemui Pak Hendra?" tanya Putri menghampiri Beby yang muntah di wastafel. Pak Hendra adalah dokter pribadi keluarga yang sudah mengabdi sejak Adijaya masih hidup.
"Tidak perlu, Kak. Paling cuma sakit biasa. Kak Putri gak liat kalau sekarang musimnya orang sakit? Mungkin aku salah satunya," jawab Beby santai. Padahal wajahnya sudah pucat pasi.
"Iya, tapi anda sudah 5 hari begini. Kalau makin parah bagaimana?" Putri tetap khawatir. "Apa Tuan Muda tahu?"
"Arya tidak tahu, karena aku sengaja gak bilang." Beby mencoba tersenyum seolah sakitnya bukan apa-apa. Ia hanya tidak mau membuat orang-orang khawatir karena penyakitnya yang sepele ini. Kalau cuacanya sudah normal mungkin ia akan sembuh.
"Kenapa tidak bilang? Nyonya Muda ingin saya dihabisi sama Tuan Muda, kah?" protes Putri kesal. Karena sering bersama, Putri dan Beby terlihat makin akrab. Putri hanya tua beberapa tahun dari Beby, jadi tidak terlalu jauh. Makin kesini Putri lebih mirip mengomeli teman dibanding atasan.
"Ish, bukan begitu. Karena ini memang sakit biasa saja. Entar juga sembuh. Santai aja kali, Kak." Beby tertawa kecil. Duduk anteng di meja makan sambil memakan makan siang yang sudah disiapkan. Tapi saat mencium aroma daging yang dimasak, Beby sontak menutup hidung. Bau yang menyengat itu seketika membuatnya pusing dan merasa ingin muntah lagi.
"Kak, tolong singkirin dagingnya. Baunya gak enak."
Putri dan juga kepala koki yang kebetulan masih disana hanya bisa saling menatap dengan muka bingung. Sejak kapan bau daging rasanya tidak enak—disaat Beby sangat suka daging dipanggang begini?
"Bukannya Nyonya Muda suka?" tanya sang kepala koki yang bertugas memasak menu untuk Arya dan Beby.
"Tapi baunya gak enak! Aku gak mau makan ini!" Beby menutup hidungnya kuat-kuat dan lari masuk ke kamar. Tidak jadi memakan menu yang sudah disajikan. Putri semakin bingung.
Sebenarnya Nyonya Muda mereka ini sakit apa?
"Apa dagingnya busuk makanya sampai bau?" tanya Putri asal. Ia mendekat untuk mengendus baunya. Baunya normal, justru malah enak. Kenapa Beby bilang baunya tudak enak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #2] - Bisa dibaca terpisah. Arya dan Beby sudah menikah, tapi backstreet. Bahkan Beby yang tinggal di rumah Arya juga tidak ada yang tahu, termasuk semua teman mereka. Eh ralat, yang tahu cuma teman terdekat saja. Kenapa bisa...