Maafkan yang up lama lagi :)
Beby sudah kembali ke paviliun karena ia tidak mau lama-lama bersama keluarga. Banyak yang harus ia kerjakan, seperti les privat. Keluarga Lukito akan kembali nanti malam. Dan Beby setelah selesai belajar, ia bermain dengan para kucing yang sudah menjadi miliknya. Ia pergi ke mansion dan mengajak mereka bermain.
"Nyonya Muda, kenapa ada duduk di atas rumput? Nanti baju anda kotor!" Putri yang melihat atasannya duduk lesehan di atas rumput memekik kaget. Ia berjalan terburu-buru saking terkejutnya. "Bangun, Nyonya Muda. Kalau Tuan Giandra tahu nanti saya bisa dimarahi."
"Mereka pulangnya masih nanti malam. Santai aja, Kak." Beby tersenyum santai dengan memangku Lula—kucing kesukaannya karena kalem.
"Masalahnya, anda pakai dress putih. Nanti gampang keliatan kotor, Nyonya Muda." Putri sudah panik sendiri saat melihat kucing ini malah ada di pangkuan Beby. Seorang istri Nararya bajunya kotor? Tidak mungkin, kan.
"Gapapa kalau kotor. Kan bisa dicuci." Beby menjawab dengan polos. Ia makin terheran karena Putri seperti frustasi. "Tenang, Kak. Nanti aku buat alasan lain. Kak Putri gak akan dimarahin."
Dengan kepala pening, Putri menganggukkan kepalanya saja. Lagipula tingkah Beby memang begini. Jadi Putri hanya berdiri disana dan mengawasi Beby dari jauh.
DRTT!! DRRRTT!!!
Karena ponselnya bergetar, Beby mengambilnya dan ternyata ada panggilan dari Katrina. Beby segera menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilannya. Dengan masih bermain dengan kucing, Beby menempelkan ponselnya ke telinga.
"Halo? Ada apa?"
"Beby, lo dimana?"
"Di rumah. Kenapa?"
"Main, yuk! Kan udah selesai nih masa abu-abu kita, hangout gimana? Sekalian sebagai tanda kita menyambut masa perkuliahan September nanti. Ini Ghea sama Nabila udah mau nih, tinggal lo doang."
Beby berpikir sebentar. Setelah tinggal bersama keluarga Lukito, ini pertama kalinya ia pergi keluar sendiri—tanpa Arya. Tapi tidak sendiri sih, kan ada ketiga temannya. Tetap saja ini hal yang pertama bagi Beby. Boleh tidak, ya? Minta izin tidak, ya? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"Woyy, lo masih disana kan?" suara Katrina terdengar lagi.
"Iya, aku denger kok. Gimana, ya...." Beby jadi bingung sendiri. Ingin mengiyakan langsung juga takut. Kalau misal Arya tidak memberi izin disaat ia sudah pergi, kan tidak enak sama teman-temannya. "Aku tanya Arya dulu, deh," ujarnya.
"Oh iya, gue lupa lo udah nikah. Yaudah, izin sana sama suami lo. Nanti kabari gue lagi. Dadah!"
Panggilan terputus. Beby ganti mencari nomor Arya dan mengubunginya. Lama terhubung dan tidak kunjung diangkat. Beby jadi cemas sendiri. Kenapa Arya tidak mengangkat teleponnya? Kalau begini, bagaimana ia bisa mendapat izin? Beby terus mengubungi nomor itu tapi selalu tidak diangkat. Beby jadi capek sendiri dan melempar ponselnya ke atas rumput.
"Kenapa, Nyonya Muda?"
"Arya, tidak menjawab panggilanku." bibir Beby mencebik. "Padahal aku ingin keluar, tapi Arya tidak bisa dihubungi. Apa aku tidak usah minta izin?"
Mata Putri langsung menajam bagai laser. "Nyonya Muda, kalau anda ingin berpergian sendiri tanpa Tuan Muda, anda harus minta izin darinya. Tuan Muda harus tahu anda ada dimana. Nyonya Muda tidak bisa pergi begitu saja."
"Tapi dia tidak bisa ditelepon!" kesalnya.
"Berarti anda tidak boleh pergi sampai Tuan Muda memberi izin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Teen Fiction[Hartawan-Lukito Series #2] - Bisa dibaca terpisah. Arya dan Beby sudah menikah, tapi backstreet. Bahkan Beby yang tinggal di rumah Arya juga tidak ada yang tahu, termasuk semua teman mereka. Eh ralat, yang tahu cuma teman terdekat saja. Kenapa bisa...