"Kamu yakin gak mau ikut?"
"Itu kan cuma buat kelas IPA A, sedangkan aku IPA 1. Rasanya gak etis aja kelas lain ikut nganter Jessica ke bandara."
Beby menolak dengan menggeleng pelan. Ia memakan sarapannya sambil melihat Arya yang bersiap-siap dibantu beberapa pelayan. Sedangkan di meja, ada sebuah kotak besar yang Beby tidak tahu apa isinya. Mungkin itu hadiah Arya yang ingin dia berikan sebagai kado perpisahan. Toh, ini memang rencana sekelas kan? Beby tidak bertanya isinya apa karena ia memang tidak mau tahu.
"Siapa yang ngelarang? Semua orang sudah tahu kamu istri aku sekarang. Nanti kamu datang disana sebagai orang yang menemani aku, bukan karena nganter Jessica." Arya mendekat untuk merapikan rambut Beby yang berantakan. Karena Beby baru bangun dari tidurnya dan bangun siang karena sedang libur sekolah.
"Aku gak mau—"
"Ketemu Jessica?" potong Arya cepat. Ia mengangkat wajah Beby agar mendongak menatapnya, lalu ia menunduk untuk memberi ciuman selamat pagi di kening. "We're already over. Apa yang kamu takutkan?"
Beby hanya diam tidak menjawab. Sebenarnya alasan utamanya memang itu, tapi Beby sulit untuk mengakuinya. Istilah lainnya, denial. Ia terus mendoktrin pikirannya dengan bilang kalau Jessica adalah masa lalu yang sudah selesai. Tapi hatinya tidak bisa bohong. Ada rasa mengganjal dan Beby sangat tidak ingin untuk melihat wajahnya.
Bahkan ia juga tidak rela jika Arya pergi.
"Toddler, don't worry too much." lihatlah, Beby memang gampang kehilangan kepercayaan diri jika menyangkut Jessica. "Makanya kamu ikut. Kamu bisa memastikannya sendiri disana. Ya?"
Tidak ada jawaban, justru mata berkaca-kaca yang Arya lihat. "Apa aku terlalu banyak menuntut? Terlalu banyak meminta ini dan itu? Aku sangat merepotkan, ya?"
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Arya dengan suara lembut. Setelah pakaiannya dirapikan oleh pelayan, Arya mengambil tempat duduk disamping Beby yang sejak tadi belum menyentuh makanannya.
"Selama ini, aku terlalu banyak minta ke Arya. Kalau tidak dituruti aku akan ngambek atau kabur. Semuanya harus sesuai keinginanku. Dan Arya selalu mengabulkannya tanpa protes. Padahal aku tahu Arya sibuk dan selalu mengerti, tapi yang aku lakukan hanya menangis lalu kabur." tak butuh waktu lama untuk air mata itu mengucur deras ke pipi putihnya. Arya hanya bisa terdiam mendengarnya.
"Semua itu aku lakukan—karena aku kesepian." Beby menggigit bibir bawahnya. "Hidup denganmu itu artinya—aku akan hidup sendirian tanpa keluargaku. Awalnya perjodohan ini membuatku terkekang dan tersiksa. Aku harus belajar dan menjalani semua peraturan disini dalam waktu singkat, yang seringkali membuatku kewalahan. Dan kabur adalah rencana yang selalu terlintas jika aku sudah lelah dengan semuanya. Apa kamu tahu apa alasan terkuat aku masih betah tinggal di Keluarga Lukito?"
Arya masih diam. Ia memandang lekat bola mata dengan binar polos itu yang tampak sendu. Cairan bening terus keluar dari sana. Arya sudah sering melihat Beby menangis, tapi yang ini entah kenapa terlihat memilukan. Bahkan Arya sampai ikut merasakan sakit yang teramat sangat.
"Alasannya itu kamu, Arya."
Jantung Arya berdetak dengan keras.
"Hidup di mansion memang sulit. Tapi aku merasa aman karena ada kamu. Aku juga merasa nyaman dan terlindungi saat bersama kamu. Semua perlakuan baikmu ke aku, membuatku menjadi pribadi yang kuat. Awalnya aku memang khawatir dengan perjodohan ini, tapi melihat semua kebaikanmu selama ini aku jadi merasa beruntung. Setidaknya aku harus bisa menahan semuanya, karena Arya sudah baik padaku. Aku rela melakukan semua ini, asal Arya terus bersamaku. Aku memang menderita, tapi karena ada Arya aku bisa kuat. Itulah kenapa..... aku sangat takut Arya pergi. Jadi aku mohon—jangan buang aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Ficção Adolescente[Hartawan-Lukito Series #2] - Bisa dibaca terpisah. Arya dan Beby sudah menikah, tapi backstreet. Bahkan Beby yang tinggal di rumah Arya juga tidak ada yang tahu, termasuk semua teman mereka. Eh ralat, yang tahu cuma teman terdekat saja. Kenapa bisa...