Bab 22 menjalani aktivitas

393 16 3
                                    

Paul akhirnya sembuh total dan kembali menjalankan aktivitasnya sebagai CEO. Di sisi lain, Salma semakin sibuk dengan urusan kampusnya karena dia akan segera lulus. Meskipun sibuk, Salma tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai istri. Dia selalu memperhatikan Paul, mulai dari hal-hal kecil sampai yang besar. Paul dan Salma selalu berusaha menjaga komunikasi dan saling mendukung.

Paul: "Sayang, kamu di mana?"

Salma: "Aku di dapur, Mas. Lagi siapin sarapan buat kita."

Paul: "Wah, makasih ya, Sayang. Aku udah lapar banget."

Salma: "Iya, Mas. Kamu kan udah mulai sibuk lagi, harus sarapan biar nggak sakit lagi."

Paul: "Iya, aku tau. Kamu juga jangan lupa makan, ya. Nanti malah kamu yang sakit."

Salma: "Iya, Mas. Aku makan kok. Ini roti bakarnya udah siap, mau kopi atau teh?"

Paul: "Teh aja deh, Sayang. Biar lebih segar."

Salma: "Oke, Mas. Ini tehnya."

Paul: Mencium tangan Salma "Makasih ya, Sayang. Kamu selalu perhatian banget."

Salma: "Iya, Mas. Itu kan udah tugas aku sebagai istri. Aku juga senang ngelihat kamu sehat dan semangat kerja lagi."

Paul: "Aku beruntung punya istri kayak kamu, Sayang. Kamu juga semangat ya di kampus. Sebentar lagi lulus nih."

Salma: "Amin, Mas. Doain aku ya, biar lancar semua."

Paul: "Pasti, Sayang. Aku selalu doain yang terbaik buat kamu."

Salma: "Makasih, Mas. Kita saling dukung terus ya."

Paul: "Iya, Sayang. Kita hadapi semua bareng-bareng. Nggak ada yang bisa ngalahin kita kalo kita kompak."

Salma: "Setuju, Mas. Ayo sarapan dulu, biar semangat seharian."

Paul: "Oke, Sayang. Sarapan spesial dari istri tercinta, nggak ada yang ngalahin!"

Paul: Sambil makan "Sayang, suapin aku dong."

Salma: Tersenyum "Ih, Mas, kamu tuh udah gede masih aja manja."

Paul: "Iya dong, kan enak kalau disuapin istri tercinta. Rasanya beda."

Salma: "Iya, iya. Nih, buka mulutnya."

Paul: Makan sambil tersenyum "Makasih, Sayang. Rasanya lebih enak kalau kamu yang suapin."

Salma: "Iya, Mas. Kamu tuh kayak anak kecil aja."

Paul: "Habisnya aku suka dimanja sama kamu. Biar semangat makannya."

Salma: "Iya deh, Mas. Kamu mau apa lagi? Nanti aku siapin buat kamu."

Paul: "Aku cuma mau kamu tetap di sini, Sayang. Nemenin aku sarapan."

Salma: "Iya, Mas. Aku di sini kok. Tapi habis ini kamu harus siap-siap kerja ya."

Paul: "Iya, iya. Aku ngerti. Tapi sekarang aku pengen nikmatin waktu sama kamu dulu."

Salma: "Oke, Mas. Yuk, habisin sarapannya. Biar kamu punya energi buat kerja."

Paul: "Kamu emang istri terbaik, Sayang. Selalu perhatian sama aku."

Salma: "Makasih, Mas. Kamu juga suami terbaik kok. Yuk, habisin makannya."

Paul: "Iya, Sayang. Nih, aku habisin. Tapi suapin lagi ya?"

Salma: Tersenyum dan mengangguk "Iya, Mas. Buka mulutnya lagi."

Paul: Makan dengan bahagia "Makasih ya, Sayang. Kamu selalu bikin hari-hari aku lebih indah."

Salma: "Aku juga senang bisa bikin kamu bahagia, Mas. Yuk, semangat buat hari ini."

Paul: Beranjak dari meja makan "Sayang, aku harus berangkat kerja nih, tapi masih mau di sini sama kamu."

Salma: "Iya, Mas. Aku tau. Tapi kamu kan harus kerja. Nanti aku juga berangkat ke kampus."

Paul: Memeluk pinggang Salma "Aku susah lepas dari kamu, Sayang. Gimana dong?"

Salma: "Mas, kamu tuh. Kan harus semangat kerja. Nanti kalau ada waktu , kita bisa liburan bareng."

Paul: "Iya sih, tapi aku maunya sama kamu terus."

Salma: Mengelus kepala Paul "Aku juga maunya sama kamu terus, Mas. Tapi kita punya tanggung jawab masing-masing."

Paul: "Iya, iya. Aku ngerti. Tapi satu ciuman lagi, boleh?"

Salma: Tersenyum dan mencium pipi Paul "Nah, sekarang semangat ya, Mas. Jangan lupa nanti telpon kalau udah sampai kantor."

Paul: "Pasti, Sayang. Kamu juga hati-hati di kampus ya. Nanti kalau pulang, langsung kasih kabar."

Salma: "Iya, Mas. Aku janji. Yuk, kamu berangkat sekarang. Biar nggak telat."

Paul: Menghela napas "Oke, Sayang. Aku berangkat dulu. Kamu jaga diri ya."

Salma: "Iya, Mas. Kamu juga. Semangat kerja!"

Paul: "Makasih, Sayang. Aku pergi dulu ya."

Salma: "Iya, Mas. Hati-hati di jalan. Aku sayang kamu."

Paul: "Aku juga sayang kamu, Sayang. Sampai nanti!"

Paul akhirnya berangkat kerja dengan senyum di wajahnya, meski masih merasa berat meninggalkan Salma. Di balik kesibukan mereka, keduanya selalu memastikan untuk saling mendukung dan menjaga komunikasi agar hubungan mereka tetap harmonis.

CINTA DI ANTARA AMBISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang