Bab 32

311 11 2
                                    

SEBELUM BACA JANGAN LUPA KASIH BINTANG YANG TEMAN"😘😘 DAN JANGAN LUPA KOMEN,SUPAYA PENULIS TAMBAH SEMANGAT
_________________________________________

Salma masih terdiam dalam pelukan Paul, mencoba menenangkan diri. Dia tidak mau terlihat lemah di depan suaminya. Paul yang merasa ada sesuatu yang tidak beres mencoba menenangkan Salma dengan membelai rambutnya.

Salma: Menghela napas dan melepaskan diri dari pelukan Paul "Mas, tadi aku dapat telepon dari Mama. Dia bilang besok ada acara tunangan Bang Raka, Mama minta kita jangan sampai nggak dateng."

Paul: Mengangguk pelan, meski sedikit khawatir melihat Salma "Oh, iya? Kapan acaranya, Sayang? Kita pasti harus dateng dong, kan ini momen penting buat Bang Raka."

Salma: Berusaha tersenyum "Iya, Mas. Mama bilang acaranya sore, jadi kita bisa siap-siap dari pagi. Aku juga udah lama nggak ketemu keluarga, jadi kangen juga."

Paul: "Iya, aku juga seneng kalau kita bisa kumpul keluarga. Aku bakal siapin semuanya biar besok kita bisa berangkat tenang."

Salma: Mengangguk dan mencoba mengalihkan pikirannya "Makasih, Mas. Maaf ya, kalau tadi aku kelihatan aneh. Mungkin cuma capek aja."

Paul: Menggenggam tangan Salma dan menatapnya dengan penuh perhatian "Nggak apa-apa, Sayang. Aku ngerti kok. Kamu udah kerja keras banget, wajar kalau capek. Tapi kalau ada apa-apa, bilang ya, aku selalu ada buat kamu."

Salma mencoba mengabaikan perasaan gelisahnya dan fokus pada acara keluarga yang akan datang. Dia tahu betapa pentingnya acara tunangan Bang Raka bagi keluarganya, dan dia tidak ingin merusak momen itu dengan perasaannya yang tidak menentu. Meskipun begitu, di dalam hatinya, ada perasaan yang masih mengganjal dan dia belum tahu apa penyebabnya.

Malam itu, Salma berusaha tidur lebih awal, berharap esok hari perasaannya akan lebih baik. Sementara Paul, yang masih khawatir dengan kondisi Salma, memastikan istrinya bisa beristirahat dengan tenang.

Keduanya berharap, acara besok akan membawa kebahagiaan dan membuat Salma melupakan kegelisahannya, setidaknya untuk sementara.

Keesokan paginya, Salma terbangun lebih awal dari biasanya. Perasaan gelisahnya masih ada, tapi dia mencoba menekannya dalam-dalam. Dia tidak ingin merusak hari ini, apalagi ini adalah hari penting bagi Bang Raka. Setelah membereskan rumah dan menyiapkan sarapan untuk Paul, Salma pergi mandi dan bersiap-siap untuk acara tunangan.

_______keesokan harinya____________

Salma memilih gaun sederhana tapi elegan, berwarna pastel yang lembut. Dia berdandan dengan rapi, memastikan semuanya terlihat sempurna. Meski di wajahnya tersirat senyuman, ada perasaan yang sulit dijelaskan di hatinya. Dia terus berusaha menenangkan diri, meyakinkan dirinya bahwa ini hanya masalah waktu dan perasaan itu akan hilang.

Paul yang baru saja selesai mandi, menghampiri Salma yang sedang merapikan rambut di depan cermin.

Paul: Tersenyum sambil memperhatikan Salma "Wah, istriku cantik banget hari ini. Nanti di acara tunangan pasti jadi pusat perhatian nih."

Salma: Tersenyum tipis, sambil merapikan rambut "Makasih, Mas. Aku cuma pengen tampil rapi, biar Mama seneng liat kita."

Paul: Memeluk Salma dari belakang "Kamu selalu cantik kok, Sayang. Nggak perlu berlebihan. Yang penting kamu nyaman."

Salma: Mengangguk pelan "Iya, Mas. Aku cuma nggak mau bikin Mama kecewa aja."

Paul: Mencium kepala Salma lembut "Nggak bakal kecewa, kamu pasti bikin mereka bangga. Sekarang kita siap-siap berangkat, ya? Aku udah siap kok."

Mereka berdua bersiap-siap untuk berangkat ke acara tunangan. Sepanjang perjalanan, Salma berusaha mengalihkan pikirannya dengan berbicara tentang hal-hal ringan bersama Paul. Dia tertawa, bercanda, meski di dalam hatinya masih ada perasaan yang mengganggu. Paul, yang mulai merasa bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal di hati istrinya, berusaha menciptakan suasana yang nyaman, berharap bisa sedikit mengalihkan perasaan gelisah Salma.

Sesampainya di tempat acara, suasana meriah langsung menyambut mereka. Keluarga besar sudah berkumpul, menyapa Paul dan Salma dengan hangat. Salma pun berusaha membaur, meski sesekali dia merasa sedikit tersisih dari kebahagiaan yang dirasakan orang-orang di sekitarnya.

Mama Salma: Menyambut mereka dengan senyum lebar "Nah, akhirnya kalian dateng juga! Salma, kamu cantik sekali hari ini, pasti Bang Raka seneng lihat kamu datang."

Salma: Tersenyum dan mencium tangan ibunya "Iya, Ma. Gimana acaranya? Lancar kan?"

Mama Salma: "Lancar banget, semua udah siap. Tinggal nunggu tamu-tamu lain datang. Kamu harus banyak foto-foto nanti sama Raka, biar ada kenangan indah."

Paul: Menyapa ibu mertuanya "Selamat ya, Bu. Semoga semuanya lancar sampai acara selesai."

Mama Salma: "Makasih, Paul. Kamu juga harus jaga Salma ya, dia keliatan capek. Udah banyak kerja keras nih anak satu."

Salma: Tersenyum sedikit kaku "Iya, Ma. Aku baik-baik aja kok.

Salma berusaha menikmati momen itu. Dia ikut berfoto, mengobrol dengan anggota keluarga, dan mencoba melupakan perasaan aneh yang masih mengganggunya. Namun, setiap kali dia berpaling, perasaan gelisah itu kembali menghantui pikirannya.
Meskipun begitu, Paul tetap setia di sampingnya, memastikan bahwa Salma tidak merasa sendirian. Dia memegang tangan Salma erat, seolah ingin mengirimkan kekuatan dan cinta melalui genggaman itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA DI ANTARA AMBISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang