Bab 29 Harapan Baru

169 14 2
                                    

Pagi itu, suasana di rumah Paul dan Salma terasa berbeda. Setelah malam penuh cinta dan kehangatan, mereka berdua bangun dengan perasaan yang lebih tenang dan bahagia. Mereka merasa lebih dekat satu sama lain, seolah-olah semua kekhawatiran dan ketakutan yang mereka rasakan kemarin telah hilang.

Salma terbangun lebih dulu, merasakan tangan Paul masih memeluknya erat. Dia tersenyum kecil melihat wajah Paul yang tenang dalam tidurnya. Perasaan hangat menyelimuti hatinya, mengingat betapa berartinya Paul dalam hidupnya.

Salma: Berbisik lembut sambil mengusap pipi Paul "Mas, makasih ya buat semuanya. Aku nggak pernah nyangka bisa punya suami sebaik kamu."

Paul: Menggerakkan badannya pelan dan membuka mata "Hmm... pagi, Sayang. Kamu udah bangun?"

Salma: Tersenyum "Iya, Mas. Aku bangun duluan. Kamu tidur nyenyak banget, kayaknya capek ya?"

Paul: Tertawa kecil "Iya, capek, tapi seneng. Semalam itu indah banget buat aku."

Salma: Menggenggam tangan Paul "Aku juga ngerasa begitu, Mas. Aku seneng kita bisa lebih dekat lagi."

Paul menarik Salma ke dalam pelukan, merasakan kehangatan tubuh istrinya yang membuatnya merasa tenang dan bahagia. Mereka berdua menikmati momen itu, tidak ingin cepat-cepat berpisah dari pelukan satu sama lain.

Paul: "Sayang, aku pengen bilang makasih karena kamu selalu ada buat aku. Aku tau aku kadang-kadang terlalu khawatir, tapi aku cuma nggak mau kehilangan kamu."

Salma: "Aku ngerti, Mas. Aku juga kadang ngerasa takut, tapi aku janji kita akan selalu hadapi semuanya bareng-bareng."

Paul: "Iya, Sayang. Kita pasti bisa. Aku nggak bisa bayangin hidup tanpa kamu."

Salma: Tersenyum lembut "Aku juga, Mas. Kamu adalah segalanya buat aku."

Setelah beberapa saat berpelukan dan menikmati kehangatan pagi, Salma dan Paul mulai merencanakan hari mereka. Salma tahu bahwa mereka berdua perlu kembali ke rutinitas, tapi dia ingin memastikan bahwa mereka tidak melupakan momen-momen berharga seperti ini.

Salma: Mengusap tangan Paul dengan lembut "Mas, hari ini kamu ada kerjaan apa aja di kantor?"

Paul: Menghela napas "Ada beberapa meeting sama klien penting, tapi jujur aja, aku masih pengen ngabisin waktu sama kamu."

Salma: Tersenyum "Aku juga pengen, Mas. Tapi kita kan punya tanggung jawab masing-masing. Yang penting, kita bisa nyempetin waktu buat satu sama lain."

Paul: Mengangguk "Iya, Sayang. Aku setuju. Kita harus pintar-pintar bagi waktu biar hubungan kita tetap kuat."

Salma: Mencium pipi Paul "Nah, itu baru suami yang bijak. Aku yakin kita bisa hadapin semua bareng-bareng."

Paul: Menatap Salma dengan penuh cinta "Sayang, makasih ya. Kamu selalu bikin aku ngerasa tenang dan dicintai."

Salma: Tersenyum manis "Mas, itu karena kamu juga selalu bikin aku ngerasa spesial. Aku bahagia banget punya suami kayak kamu."

Paul merasa hatinya hangat mendengar kata-kata Salma. Dia tahu bahwa mereka berdua telah melalui banyak hal bersama-sama, dan setiap tantangan yang mereka hadapi hanya membuat cinta mereka semakin kuat.

Paul: "Sayang, aku janji akan selalu ada buat kamu. Aku akan selalu jadi suami yang bisa kamu andalkan."

Salma: Menggenggam tangan Paul lebih erat "Aku tau, Mas. Aku percaya sama kamu. Dan aku juga akan selalu jadi istri yang setia dan mendukung kamu."

Paul: "Kita berdua tim yang hebat, ya. Aku nggak sabar nunggu masa depan kita bareng-bareng."

Salma: Tersenyum bahagia "Iya, Mas. Masa depan kita pasti indah, selama kita selalu bersama."

Pagi itu, Salma dan Paul merasa lebih kuat dan lebih yakin dari sebelumnya. Mereka tahu bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang datang dalam hidup mereka, selama mereka tetap bersatu dan saling mendukung. Dengan senyum di wajah mereka, mereka bersiap untuk memulai hari, membawa cinta dan harapan baru yang akan terus menemani mereka.

CINTA DI ANTARA AMBISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang