09 - The Reason

86 6 4
                                    

Jongdae ngambek beneran.

Serius!

Dia sudah menutup mulut rapat-rapat, pandangan yang lurus menatap layar televisi yang menayangkan animasi One Peace, dan kedua tangan sudah terlipat sempurna di depan dada.

Baekhyun mencicit, melirik pemuda yang duduk di sebelahnya takut-takut.

"Jongdae?" Toh Baekhyun memanggil juga. Sedangkan yang dipanggil tidak menanggapi dan menganggap tak ada siapapun yang berbicara.

Tangan Baekhyun mengibas tepat di hadapan wajah Jongdae. Namun tetap ia tidak mendapat jawaban apapun.

"Jongdae," Baekhyun kembali memanggil dan ini sudah ke sekian kali. Namun Jongdae tidak kunjung menoleh.

Akhirnya anak laki-laki dengan nama keluarga Byun itupun berdiri, berkacak pinggang di hadapan Jongdae kemudian menghadang dan menutupi televisi dengan tubuhnya. Baekhyun merebut remote yang berada pada genggaman Jongdae juga mematikan televisi. Ia mendecakkan lidah pelan.

"Kita akan berbicara baik-baik."

Tapi lagi-lagi Jongdae tidak menjawab dan dia hanya menatap Baekhyun sebal.

"Jongdae, ku mohon." Kata Baekhyun seraya duduk kembali di sebelah Jongdae.

"Katakan dengan jelas apa yang tadi kau sebutkan."

Jongdae menoleh, masih menatap Baekhyun sebal.

"Aku akan tinggal dengan Chanyeol?" Baekhyun kembali bertanya, memastikan bahwa memang itu yang ingin didengar oleh Jongdae.

"Kau yang merengek padaku untuk tinggal denganmu, ingat?"

Ya.

"Tapi aku akan menginap di sini dua kali dalam seminggu."

"Kenapa tidak kau yang menginap di sana dua kali dalam seminggu?"

Karena itulah kesepakatannya.

Jongdae menatap Baekhyun tidak percaya. "Kau tidak menjawab," Tambah Jongdae.

Bukan begitu, Jongdae.

"Dulu kau seperti itu karena Chanyeol, kau tidak lupa kan?"

Ya. Pemuda bermata sipit itupun mengangguk.

Akhirnya Jongdae berdiri dengan tetap menatap Baekhyun.

"Aku tidak akan bertanggung jawab kalau-kalau kau kenapa-kenapa karena Park Chanyeol itu,"

Lalu Jongdae membalikkan tubuhnya, "Terserah padamu saja."

Jongdae melangkahkan kaki menuju kamar tidur. Dia diam berdiri di balik pintu tepat setelah pintu kamarnya tertutup.

Kepala Jongdae terangkat, menatap tempelan bintang dan bulan berwarna hijau pudar di langit-langit kamar. Dia tidak sedang menunggu Baekhyun mengejar dan mengetuk pintu kamar. Dia hanya butuh ruang untuk menjernihkan pikiran.

Bagaimanapun, dia khawatir. Dia adalah saksi dari kehidupan Baekhyun beberapa tahun belakang. Dia tidak ingin Baekhyun merasakan derita yang lebih dari ini.

Hingga pada akhirnya dia meraih ponsel dan membuka galeri. Menampakkan gambar sesosok perempuan yang belum ia kenal. Perempuan tersebut adalah seorang anak dari kenalan ibunya. Dan kemudian Jongdae mendial nomor sang ibu.

"Ibu? Bagaimana kalau aku besok bertemu dengan dia?"

Jongdae memutuskan sambungan begitu sang ibu memekik senang dan memuji Jongdae karena telah menjadi anak yang patuh. Bagaimana tidak, baru tadi siang Jongdae menolak keras.

ROPE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang