13 - Coke

100 8 3
                                    

Telepon genggam Chanyeol tidak berhenti bergetar semenjak beberapa belas menit yang lalu sedangkan si pemilik tidak menanggapi.

Alih-alih mengangkat telepon, mengeluarkan dari saku celanapun Chanyeol malas. Bukannya apa, tapi Chanyeol memang sedang tidak dalam mood untuk menanggapi sang sepupu yang merepotkan itu.

"Chanlie!"

Nah kan, panjang umur sekali.

Luhan meletakkan makan siang tepat di sebelah Chanyeol. "Teleponku tidak diangkat?" Dia menuding Chanyeol menggunakan sendok bergagang panjang.

"Aku malas." Jawab Chanyeol sekenanya.

Kemudian Luhan mendecakkan lidah dan hendak mengetuk kepala Chanyeol menggunakan sendok. Chanyeol memang terkadang menyebalkan, dia kerap mengabaikan Luhan meski tahu jelas jika Luhan sangat membenci itu.

"Aku berkencan dengan Sehun."

"Syukurlah, kau tidak perlu ngejar-ngejar dia lagi." Sebelah alis Chanyeol terangkat, menyelipkan nada mengejek di dalam kalimatnya.

Tepat setelah itu Chanyeol merasakan sebuah pukulan di bahu, siapa lagi kalau bukan karena Luhan.

"Setidaknya aku tidak merasakan penyesalan." Jawab Luhan membalas Chanyeol. "Kau sendiri bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

Rusa itu mendengus dan benar-benar ingin menusuk Chanyeol dengan garpu yang berada dalam genggaman.

Hal lain yang membuat Chanyeol menyebalkan adalah saat seperti ini, bersikap sok misterius. "Jangan kau pikir aku tidak tahu," dia kembali memasukkan sesendok makan siang ke dalam mulut. "Kau mengejar dia, kan?"

"Itu." Telunjuk Luhan menunjuk seseorang yang duduk tidak jauh dari mereka, "si adik kelas". Lanjutnya menutup kalimat.

Refleks Chanyeol menoleh dan mendapat Baekhyun yang ternyata juga tengah melihatnya. Pemuda berambut magenta itu mengalihkan pandang kemudian ia menenggak air jeruk dan mengaduk-aduk pasta di hadapannya.

Bukannya apa, dia sedikit malu. Apakah yang dia lakukan dini hari tadi sangat tidak gentleman? Selain itu juga tadi pagi dia meninggalkan Chanyeol tanpa membangunkan pemuda itu.

Memang dia ada mengajak bicara Chanyeol, namun pertanyaan mengenai kode apartemen tidak akan membuat seorang Park Chanyeol sepenuhnya sadar.

Habis mau bagaimana lagi, salah sendiri dia melarangku pergi.

Akhirnya pun Baekhyun meyakinkan dirinya kalau ia memang tidak salah.

Baekhyun masih setia mengaduk-aduk pasta dan entah mengapa perutnya tiba-tiba terasa penuh. Kyungsoo masih memiliki kelas, Zitao dan Jongdae'pun tak tahu sedang berada dimana.

Dan alhasil di sinilah Baekhyun, makan seorang diri tanpa siapapun yang mengajak bicara. Mulanya Baekhyun berniat untuk menghampiri Chanyeol karena dia kebetulan melihat Chanyeol duduk seorang diri. Tapi, berterimakasihlah pada saudara sepupu yang seperti anak rusa tersebut.

"Berhenti melihat ke sini, bodoh." Baekhyun menundukkan kepala karena lagi-lagi ia bertemu pandang dengan manusia kelebihan kalsium— Chanyeol, tentu saja.

"Siapa yang bodoh?"

Jaehyun datang dengan sedikit mengagetkan, kepalanya tiba-tiba muncul tepat di sebelah kepala Baekhyun dan hampir saja membuat si rambut magenta menempelkan bibirnya tepat di pipi kanan Jaehyun ketika dia menoleh.

Bersyukur karena Baekhyun memiliki refleks yang baik saat ini sehingga hal tersebut tidak terjadi.

"Bisakah kau datang dengan tidak tiba-tiba?"

ROPE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang