TP - 08

2.9K 392 18
                                    


Jennie pov.

Mendengar lutut Lili lecet aku tidak bisa menerimanya, selama Lili hidup aku belum pernah melihatnya terluka. Baru kali ini dan aku sangat marah sampai-sampai ingin membakar orang yang melukai putriku.

Saat Lisa menghempaskan Lili saja aku sangat marah, apalagi ini sampai Lili terluka? Uugh akan ku potong tangannya!

"Silahkan Mrs. Jennie" supirku membuka pintu mobil.

Aku langsung turun dan melangkahkan kakiku memasuki rumah.

"Baby, Mommy pulang nak"

"Mommy! Yeayy Mommy pulang!" Lili berlari menghampiriku.

Hap

Aku menangkapnya dan langsung menggendongnya.

Chup

Chup

Chup

Aku mencium seluruh wajahnya.

"Xixixi Mommy Mommy" Lili terkikik senang memegang wajahku.

"Iya ini Mommy nak" aku tersenyum lalu melangkahkan kakiku menuju ruang tamu.

"Honey" aku mencium bibir Lisa.

Lisa tersenyum, dia menepuk sisi kanannya menyuruhku duduk.

"Coba Mommy liat lukanya" aku mendudukkan Lili di pangkuan ku, mengecek luka di lututnya.

"Ck sialan sekali anak haram itu. Honey kenapa tidak langsung di obati, nanti infeksi bagaimana" aku mengomeli Lisa.

"Tanyakan sendiri pada anakmu" Lisa melipat kedua tangannya sambil menatapku.

"Lili?"

"Maaf Mommy, Lili mau Mommy yang obati" Lili menunduk memainkan jari-jarinya.

Aku menghela nafas.

"See? Dia cukup keras kepala sayang" Lisa geleng-geleng kepala.

"Yasudah biar Mommy yang obati. Honey tolong ambilkan kotak p3k"

Lisa langsung bangkit mengambil kotak p3k.

"Lili sudah makan?"

"Belum mom, kata Dadda nunggu Mommy dulu soalnya bibi Lee pelgi"

Aku mengerutkan keningku.

"Pergi kemana?"

"Lili kulang tau Mommy"

"Ini sayang" Lisa meletakkan kotak p3k di atas meja.

"Honey, bibi Lee pergi kemana?"

"Anaknya sakit jadi bibi Lee mengambil cuti selama tiga hari"

"Terus siapa yang akan menjaga Lili?" Tanyaku sambil menuangkan alkohol ke kapas.

"Anak buah ku sudah menemukan dua orang baby sitter sementara. Mereka sedang dalam perjalanan"

"Pastikan mereka jelas Lisa" aku serius jika menyangkut tentang Lili.

"Aku jamin sayang. Jika mereka macam-macam kamu boleh membunuh mereka" Lisa menyeringai.

"Aww pelan-pelan Mommy, sakit.." Lili merengek saat aku membersihkan lututnya.

Hufff

Aku meniup lututnya.

"Itu saja sakit, lemah" dengan sengaja Lisa menekan lutut Lili.

"Aaakk sakit Dadda!" Pekik Lili.

Puk

Aku memukul lengan Lisa.

"Jangan menyakiti anakku"

"Lebay, itu hanya luka kecil tapi Lili sudah berteriak kesakitan seperti dia patah tulang. Bagiamana menjadi anak kuat jika Lili sangat cengeng?"

"Tapi ini sakit Dadda" Lili melengkungkan bibirnya kebawah.

"Yaak Lili masih kecil, bukan orang dewasa seperti kita yang bisa menahan rasa sakit" protes ku.

"Maka dari itu Lili harus belajar jadi anak yang kuat agar dia tidak mudah menangis dan merasakan sakit"

"Lili manusia bukan robot"

"Aku juga tidak bilang bahwa Lili robot"

"Kamu uhghh, mending diam saja daripada nanti kita malah jadi ribut" aku menyudahi perdebatan kami daripada nanti kami malah bertengkar dan saling menyakiti.

"Lili memang cengeng Mommy, Lili mau kuat sepelti Dadda, Dadda bisa meninju Daddy Bentley dan menampal Mommy Bentley. Dadda sangat kelen Mommy" Lili mengacungkan jempolnya.

Lisa memang sangat keren jika sudah menghajar orang.

"Kenapa tidak sekalian kamu patahkan tangan anak itu?" Aku menatap Lisa.

"Aku tidak melukai anak kecil. Sebagai gantinya aku mematahkan tulang hidung Daddy nya"

"Good. Tapi aku merasa kurang, kamu tidak mematahkan kakinya sekalian"

"Itu hanya ancaman sayang, kita lihat jika dia berani menuntunku besok maka dia habis di bawah tanah. Chill"

"Cih menuntut katanya? Biar sekalian saja ku bakar rumah mereka, mereka pikir mereka siapa menuntut keluarga Manoban? Haha bahkan jaksa agung saja tunduk pada kita"

Lisa tertawa sambil meminum tehnya.

"Lucu bukan?"

"Sangat"

"Mommy, plestel nya" Lili menggoyangkan tanganku.

Ah aku ku sampai lupa kan, ck.

"Sudah beres. Lili jangan luka lagi ya, Mommy tidak suka" aku mencium lutut Lili.

"Ya Mommy. Telimakasih sudah mengobati luka Lili" Lili mencium pipiku.

"My pleasure baby" ku elus pipinya.

"Meeting mu di Busan bagaimana?"

"Di undur, besok aku harus pergi jam lima pagi ke Busan setelah itu balik ke lagi kantor. Sekitar jam sembilan malam mungkin aku sudah pulang ke rumah"

"Mommy pulang cepat" Lili mendongak menatap ku.

"Kkkhh apakah itu cepat?"

"Eum, biasanya kan jam sebelas malam atau jam satu pagi"

Aigoo anak ini hafal sekali jadwal pulang ku.

"Hafal ya" Lisa mengacak-acak rambut Lili.

"Kalau Dadda pulang jam berapa biasanya?" Tanyaku.

"Emm jam dua belas malam, tiga pagi, kadang ndak tentu Mommy"

"Yang penting kami pulang, menyempatkan diri bertemu Lili dan tidur bersama Lili" kata Lisa.

"Benar kata Dadda" lalu aku mengecup kening Lili.

Lili tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sayang Mommy dan Dadda.." Lili memelukku dan menarik baju Lisa supaya bergabung dengan kami.

Lisa tersenyum tipis kemudian memelukku dan Lili.

"Sayang Lili juga.." balasku dan Lisa bersamaan.

Aku berharap keluarga kecilku terus di berikan kesehatan dan kebahagiaan selamanya, amin.

•••

Tbc

14/07/24

Bahagianya Lili sesimpel itu padahal.

Vote komen lanjut.

Toxic parents✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang