Lisa pov."Itu Dadda" Lili menunjuk dua bocah yang sedang main kejar-kejaran.
Bersenang-senang di atas penderitaan anakku eoh? Enak sekali mereka.
Mereka pikir siapa mereka bisa menyakiti anakku? Aku saja sudah sangat menyesal karena telah menghempaskan tubuh Lili ke kasur.
"Hoi" aku berdiri di hadapan mereka.
Keduanya mendongak menatapku.
Bisa kulihat bocah pria itu sudah ketakutan meremas jari-jarinya.
Aku menurunkan Lili kemudian berjongkok di depan mereka.
"Yang mana yang melukai Lili?" Tanyaku sambil menatap keduanya dengan tajam.
"Bentley Dadda" Lili menunjuk bocah ingusan yang ketakutan.
"Bagiamana cara dia membuat lutut Lili lecet?"
"Dia mendolong Lili caat main bola" jelas Lili.
Aku manggut-manggut.
"Hebat sekali" aku menyeringai.
"Sekarang lakukan seperti dia mendorongmu tadi Lili. Dadda ingin lihat"
"Tapi Dadda.."
"Anak Dadda tidak boleh lemah, tunjukkan kalau Lili itu kuat" tegasku.
Lili meremas jemarinya kemudian berdiri di belakang Bentley.
Sementara bocah perempuan itu hanya menunduk ketakutan tidak berani melihatku.
"Do it" perintahku pada Lili.
Lili mengangguk lalu mendorong Bentley sampai dia tersungkur ke tanah.
Aku tersenyum.
"Bravo" aku bertepuk tangan lalu menepuk-nepuk pundak Lili.
"Huwaaaa Daddy!" Bentley menangis dan berlari, mungkin pulang ke rumahnya untuk mengadu.
Ini yang aku inginkan, anak itu sendiri yang membawa kami ke rumahnya.
Kalian pikir dengan Lili membalas anak itu maka masalah akan selesai? Oh tentu tidak kawan, aku harus menghajar orang tuannya agar mereka bisa mendidik anaknya dengan benar.
"Dadda" Lili mendongak.
"Bagus nak" aku menepuk-nepuk pelan puncak kepala Lili.
"Sekarang ayo ikuti dia, Dadda ingin menunjukkan pada Lili bagaimana cara menghajar orang dengan benar" aku menggendong Lili setelah itu pergi mengikuti Bentley.
Tidak jauh dari taman, ternyata rumah Bentley sangat dekat.
Aku menurunkan Lili, membuka dua kancing kemejaku lalu menggulung lengan panjang ku.
"Kita tunggu diluar Lili, Dadda tidak sabar meninju Daddy nya" aku berkacak pinggang.
"Lili takut Dadda" Lili memeluk kaki ku.
"Ck ini agar kamu terbiasa, aku tidak mau anakku lemah"
Lili diam saja.
Ceklek
"Yaaak kamu yang membuat anakku menangis?!" Pria itu berjalan tergesa-gesa menghampiri ku.
"Hahahaha come to Mama, boy" aku meledeknya.
"Liat saat Dadda meninjunya Lili Manoban, jangan berani menutup matamu. Dadda melarang" tegasku.
"Ya Dadda" angguk Lili patuh.
Pria itu semakin mendekat dan aku mengangkat tinjuku tinggi-tinggi lalu melayangkannya tepat di hidungnya.
Bugh
Krrk
Gotcha! Aku berhasil mematahkan tulang hidungnya.
"Aaaaak! Fuck you bitch aaarggh!" Pria itu mengerang sakit sambil memegangi hidungnya.
"Sialan beraninya kamu meninju suamiku!" Istrinya mendekat dan aku dengan senang hati menampar pipinya.
Plakk
"Yaaak!" Pekiknya memegangi pipinya yang ku tampar.
"Kalian sepertinya belum tau siapa aku eoh" aku meregangkan pergelangan tanganku.
"Tidak penting mengetahui siapa kamu sialan. Aku akan menuntut mu lihat saja!" Kata wanita itu.
"Lakukanlah. Tapi ingat, namaku adalah Lalisa Manoban. Sampai bertemu di pengadilan keluarga pecundang" aku mengedipkan mata kemudian pergi membawa Lili.
"Dadda kelen" Lili menatapku dengan bangga.
"Itu belum seberapa"
"Tapi tetap saja Dadda kelen di mata Lili. Lili mau sepelti Dadda"
"Dadda akan menunjukkan padamu dunia luar yang sesungguhnya Lili. Kamu tunggu saja"
"Benalkah, Dadda ingin mengajak Lili kelual?" Mata Lili berbinar.
"Uh'um" aku menyeringai.
"Yeayy!" Lili kegirangan memelukku erat-erat.
Kkkhh mungkin Lili mengira aku membawanya ke luar untuk jalan-jalan? Hahaha tidak nak, Dadda akan menunjukkan kerasnya hidup di dunia ini padamu. Dadda melakukan ini agar kamu kuat dan tidak mudah di injak-injak harga dirinya.
Aku merogoh ponselku ingin menelpon istriku.
Kami belum bertegur sapa hari ini, jadi aku berinisiatif membuka obrolan duluan.
My queen ❤️
"Hem"
"Pulang, lutut Lili lecet"
"Apa!"
"Ya, ada anak ingusan yang mendorong Lili ke tanah"
"Dadda, itu Mommy?" Bisik Lili dan aku mengangguk.
"Shit! Beraninya dia membuat anakku terluka, aku akan pulang saat ini juga. Tunggu aku di rumah honey, kamu jangan pergi"
"Iya sayang"
"Mommy cepat pulang, lutut Lili sakit" kata Lili.
Kemudian aku memencet loud speaker.
"Mommy lagi di jalan, tunggu ya nak"
"Lili tunggu, hati-hati di jalan Mommy. Love you, muach"
"Love you more, muach"
Aku tanpa sadar tersenyum mendengar interaksi mereka.
"Love you honey"
"Love you more wife"
Tutt
Aku kembali menyimpan ponselku.
"Xixixi Lili bahagia Dadda, Lili bisa belkumpul dengan Dadda dan Mommy di sole hali" Lili tersenyum lebar.
Aku terenyuh mendengarnya.
•••
Tbc
13/07/24
Dadda mode balas dendam emang keren👏
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic parents✓
Fiksi Penggemar"Lili sudah biasa" plagiat menjauh cok! start : 07/07/24 end : 18/08/24 hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 13.