Rosé mengisi hari libur sekolahnya dengan mengambar dua tema yang di berikan oleh sang guru sebagai pekerjaan rumah.
Gadis cilik itu terlihat serius namun sesekali keluar gusaran kecil dari mulut manisnya.
Sementara sang Ibu juga sibuk menulis perincian keuangan bulanan.
Karena kini Rosé sudah mulai bersekolah, maka ia harus pintar-pintar berhemat mengelola keuangan.
Karena gaji pensiunan Tuan Hyunbin bisa-bisa tak mencukupi jika ia masih menjalankan pola hidup seperti dulu, sementara ia tak dapat bekerja lagi karena penyakitnya ini.
Meskipun Jendral Joong Ki selalu menyuruhnya untuk melaporkan apapun yang menjadi keinginannya, tapi ia tak semudah itu untuk mau melakukannya."Eomma.. Bolehkah aku bertanya sesuatu.?!" tanya Rosé.
"Hmm.. Apa itu.?" tanya Chaeyoung tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Kenapa margaku tidak sama dengan marga Appa.?!" tanya Rosé murung.
Chaeyoung tentu terkesiap mendengar ucapan Rosé, hingga ia menghentikan kegiatannya sejenak.
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya hal itu?" tanya Chaeyoung.
"Tadi teman-teman mengejekku karena margaku dan Appa tak sama.
Mereka bilang Joong Ki Appa, bukan Appa'ku.
Apakah benar begitu.!?"Tenggorokan Chaeyoung tercekat, ia bingung harus menjawab apa.
Ia takut jika mengatakan yang sebenarnya, akan membuat sang putri bersedih."Roséanne..
Jika Eomma mengatakan sesuatu yang sebenarnya, apakah kau akan paham!?" tanya Chaeyoung menatap lekat mata bulat di depannya."Mengatakan apa Eomma.?!"
"Kau bilang ingin tahu tentang Appa'mu bukan.?!
Appa'mu adalah orang yang hebat dan baik, maka Tuhan lebih cepat untuk memanggilnya dan menggantikannya dengan Joong Ki Appa untukmu.""Maksud Eomma, apakah Appa sekarang berada di samping Tuhan.?
Dan Appa tidak mungkin kembali.?!"Dengan pelan Chaeyoung mengangguk dan itu sukses membuat Rosé kembali ingin menangis.
Namun sekuat tenaga ia menahannya, karena ingat ucapan Chanyeol bahwa ia tidak boleh lagi menjadi gadis cengeng."Dengar sayang, kau masih punya banyak orang yang menyanyangimu di sini.
Eomma, Kakek, Paman Haejin, dan Chanyeol Oppa mu tentu saja." ujar Chaeyoung kini memeluk putrinya."T.. Tapi kenapa Appa harus pergi sebelum bertemu dulu denganku.?!!
Itukah yang di namakan sayang.?!" rengek Rosé."Berdoalah agar suatu saat Tuhan akan mempertemukanmu dengannya." jawab Chaeyoung.
"Apakah itu suatu keajaiban?
Bukankah Eomma tak percaya keajaiban?!?""Itu janji Tuhan, sayang.
Dan Eomma selalu percaya, suatu saat kita akan berkumpul bersama" jawab Chaeyoung tersenyum.Rosé berjalan dengan riang gembira, sesekali di iringi lompatan kecil dengan sebuah es krim strawberry di tangannya.
Namun ia terpaksa harus merelakan es krimnya terjatuh karena menabarak seseorang yang tak ia lihat sebelumnya."Aakh.. Es krimku..!!" pekik Rosé.
Matanya menatap seorang pria asing berjaket orange berdiri menjulang di depannya dengan wajah datar.
"Waktu cepat sekali berlalu, ternyata anak itu sudah sebesar ini.
Jika saja aku tak jatuh cinta padanya, aku bisa menjamin ia sudah mati bersama anak ini.""Berhati-hatilah saat berjalan, jangan karena hanya sebuah es krim, kau mengabaikan keselamatanmu" ujar pria itu.
"Maaf Paman, aku tidak sengaja." jawab Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend Of Bakeneko
FantasyMereka ada didekatmu hingga kamu sulit menyadarinya.