Chaeyoung menjalani hari-harinya kini terasa hampa.
Berita menghilangnya Seagul benar-benar mampu memporak porandakan perasaannya saat ini.
Seperti sekarang, sudah beberapa hari Chaeyoung mengabaikan kesehatannya.
Jangankan makan, susu hamil pun berkali-kali ia lewatkan untuk meminumnya.
Seolah hilang gairah untuk hidup, setiap harinya ia hanya menghabiskan waktu untuk menyendiri di kamarnya.
Tuan Hyunbin pun merasa terpukul dengan nasib yang menimpa putrinya tersebut.
Tentu beliau tak ingin terjadi sesuatu pada Chaeyoung dan juga cucu yang ada dalam kandungannya.Jendral Joong Ki pun nyatanya tak mampu juga membujuknya hanya untuk sekedar makan.
Bahkan Chaeyoung enggan bersuara dengan orang-orang di sekitarnya kini.
Park Hae Jin sang sepupu pun kini sedang sibuk dengan pekerjaannya dan belum bisa datang untuk menjenguknya kembali.Chaeyoung akan menghabiskan waktu dengan menulis dan menulis, entah apa yang di tulisnya.
Namun dari setiap yang Tuan Hyunbin ataupun Jendral Joong Ki lihat, hanya ada tatapan kesakitan di tiap jeda tulisannya.
Setelahnya Chaeyoung akan menghentikannya begitu saja dan mmembiarkan kertas-kertas itu berserakan memenuhi meja kamarnya seperti sekarang.Tuan Hyunbin perlahan mendekat dan masuk ke dalam kamar sang putri yang sedang terlelap memunggunginya.
Perlahan ia dekati satu persatu lembaran kertas itu, yang ternyata kebanyakan adalah puisi.
Dengan penasaran pria itu mengambil satu kertas dan mencoba untuk membacanya.Taman indah dengan rentetan mawar-mawar
Harum semerbak menusuk hidung
Terpaku diriku dibuatnyaHembusan angin meniup kelopaknya
Beterbangan laksana daun musim gugur
Diantara ribuan itu
Ada satu yang berbedaTaksama dengan yang lainnya
Ia biru
Benar benar biru
Seperti es yang terpahat dengan indahMenatapnya membuatku merasa beku
Mawar disekitarnya layu
Entah kenapa
Namun masih ada beberapa kumbang dan kupu-yang menggampirinyaAromanyapun berbeda
Tak sama dengan yang lainnya
Kelopaknya kuat
Tak rontok ditiup anginAkankah ia kecewa
Akankah ia menangis
Akankah ia protes akan ketidak adilan tuhan terhadapnya
Ia hanya diam mengikuti alur anginBisu seolah apapun yang menatapnya akan beku
Diam seolah apapun yang menemaninya akan bisu
Layu dan mati
Mawar biru di tengah ribuan mawar merahYa.. Itu puisi yang Chaeyoung tulis, tampak menyedihkan.
Netra Tuan Hyunbin beralih pada mawar biru dalam pot yang terletak di samping jendela kamar Chaeyoung kini.
Dan selembar kertas menyandar pada pot bunga tersebut.
Dengan pelan pula Tuan Hyunbin mengambil kertas tersebut dan membaca isinya."Roséanne."
Seperti biasa beberapa anak buah penculik tersebut kini melepaskan jeratan borgol yang mengekang kedua tangan Seagul kedepan tersebut setelah memberikan jatah makanan untuknya.
Setelah seminggu lebih ia di culik seperti itu, kini Seagul sudah mulai terbiasa dan tak berniat berontak lagi.Pria tersebut segera beranjak pergi setelah meletakkan nampan makanan Seagul di lantai.
Namun dalam sekejap ia merasa lehernya di cekik oleh seutas kawat dari belakang, dan pelakunya adalah Seagul.
Dengan sekuat tenaga Seagul terus menekan cekikannya pada korbannya hingga rontaan itu lama-lama menjadi melemah dan korbannya pingsan.Setelah berhasil, maka kini buru-buru ia berlari keluar ruangan tersebut sebelum korbannya segera sadar.
Ia merasa beruntung sebab kini para penjaga yang biasanya menunggu di depan pintu bunker tersebut nampak tak telihat.
Dengan sangat hati-hati ia mulai menyelinap melewati labirin ruangan bawah tanah yang seolah tak berujung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend Of Bakeneko
FantasyMereka ada didekatmu hingga kamu sulit menyadarinya.