6

109 17 3
                                    


Malam itu, saat sampai di rumah, Raya bahkan tidak menyadari jika ia masih mengenakan jaket milik Angkasa. Ia tersadar saat baru sampai kamar nya.

Raya berniat mengembalikan jaket tersebut kepada sang pemilik. Namun sayang sekali, hari selanjutnya, Raya tidak menjumpai pemuda itu selama seharian penuh, entah dimana keberadaan Angkasa.

Pagi ini, barulah ia bertemu dengan Angkasa di koridor. Raya segera menghampiri si pemilik jaket, yang tengah berjalan bersama dua orang pemuda lain.

Raya menghadang jalan Angkasa, membuat ketiga pemuda yang di segani seantero Andromeda, refleks menghentikan langkah nya.

Hiro dan Januar sempat terkejut, namun tak lama mereka terkekeh meledek Angkasa.

"Ekhem, pagi pagi... udah ada aja yang mau confes?" Ucap Januar di dekat Angkasa.

"Gue ingetin, jangan terlalu kejam sama anak orang." Hiro menepuk bahu Angkasa.

"Duluan ya Sa. Good luck cantik." Hiro menyeret Januar untuk pergi dari sana, namun sebelum nya ia sempat mengedipkan sebelah mata pada Raya.

Angkasa menatap datar Raya. "Apa?"

Raya mengeryit menatap wajah Angkasa. Ia melihat lebam yang belum sepenuh nya hilang di beberapa titik wajah pemuda itu.

Angkasa berdecak. "Kalo nggak penting, gak usah ganggu gue jalan." Angkasa melewati Raya begitu saja.

Raya menghela napas. Ia kembali mengejar Angkasa, dan menghadang nya.

"Oke sorry, ganggu kamu jalan. Aku cuma mau balikin ini." Raya memberikan sebuah paper bag berisi jaket milik Angkasa.

Angkasa menerima paper bag itu. "Udah?"

Raya mengangguk. "Makasih ya, maaf waktu itu pergi nggak pamitan."

"Hm." Angkasa berdehem singkat. Kalo di ingat ingat, jujur aja waktu itu, Angkasa agak panik karena tiba tiba Raya nggak ada di tempat nya. Bahkan sebelum pulang ke rumah, Angkasa sempet nyariin Raya di sekitar sana, ia sampai masuk kedalam komplek perumahan. Tetapi karena tidak kunjung menemukan, akhirnya Angkasa mencoba berpikir positif, memilih pulang ke rumah nya, karena hujan juga makin turun deras. 

"Yaudah kalo gitu aku duluan." Raya berbalik pergi lebih dulu. Membiarkan Angkasa terdiam menatap punggung nya sembari memegang paper bag.

Beberapa langkah, Raya berbalik meninggalkan Angkasa. Tiba tiba sessorang memanggil Raya.

"Raya." Galaksi menghampiri gadis itu, ia berjalan di samping Raya.

Pemandangan tersebut tak luput dari tatapan Angkasa, yang mengekor beberapa langkah di belakang mereka.

"Nanti siap kan? Jadwalnya udah gue kirim semalem."

"Iya, aku udah izin kok mau ada kelas tambahan." Ucap Raya menoleh pada Galaksi.

"Good, jangan sampe lupa."Galaksi tersenyum pada Raya.

Raya terkekeh kecil. "Enggak, udah aku tempel jadwalnya."

Angkasa mendengus. Pemuda itu memperlebar langkah nya. Ia menyela di antara Galaksi dan Raya.

"Minggir. Kalian ngalangin jalan." Ucap Angkasa dengan datar berada di antara keduanya, padahal jalan di koridor masih cukup luas.

Raya dan Galaksi refleks memberikan celah lewat untuk Angkasa. Angkasa melewat begitu saja dengan cuek nya.

Raya mengeryit heran. "Aneh banget? Jalan masih lebar kan?" Ucap nya sedikit dongkol, karena bagaimana pun yang di lakukan Angkasa sangatlah tidak sopan, ia pikir sekolah ini milik nya?

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang