15

103 14 11
                                    


Tiga orang laki laki, satu seorang dewasa, satu seorang anak laki-laki berumur 9 tahun, dan satunya lagi seorang anak laki-laki berumur 7 tahun.

Mereka begitu riang setelah keluar dari sebuah toko sepatu. Kedua anak itu baru saja di belikan sepatu bola baru oleh sang Papa, hadiah karena sudah memberikan kado ulang tahun.

Si anak laki-laki berusia 7 tahun terlihat begitu aktif dan riang, berjingkrak jingkrak kesenangan.

"Papa, Angkasa mau makan es-krim!!" Anak itu menunjuk sebuah toko es-krim tepat di sebrang jalan toko sepatu yang baru saja mereka datangi.

"Kamu baru sembuh sakit kan dek? Emang boleh sama mama?" Ucap si sulung.

Angkasa kecil menarik sudut bibirnya tersenyum masam, dengan mata berkaca.

"Adek, besok lagi ya ... nanti papa belikan, kalau kamu udah sembuh. Oke jagoan?" Papanya berjongkok, dengan manis mengusak puncak kepala Angkasa.

Angkasa melipat kedua tangannya seraya merajuk. "Kan udah sembuh!"

"Besok lagi ya, nanti sakit lagi, kan baru sembuh. Besok lagi juga bisa, nanti Papa belikan yang banyak." Ucap Papanya dengan kesabaran.

Angkasa mengangguk pasrah dengan helaan napas dan wajah sedihnya.

Melihat ekspresi adiknya, sang kakak merasa tidak tega. Anak laki-laki berusia 9 tahun itu menarik narik kecil jari jemari Papanya. "Papa, kita beli es krimnya ya? Satu aja, nanti abang bantuin Angkasa makan nya, biar gak banyak banyak."

Papanya menimbang nimbang ucapan si sulung. Akhirnya, permintaan si kecil Angkasa ter-acc saat itu juga.

"Oke. Tapi Angkasa makan nya jangan banyak banyak ya, harus berbagi sama Abang." Ucap Papanya.

"Okey papa!!" Angkasa berjingrak senang lagi.

"Kalau gitu kalian tunggu sini, jangan kemana-mana, Papa mau beliin kesana." Tunjuk Papanya pada toko es-krim di sebrang.

Dua anak kecil itu mengangguk paham. Mereka menunggu dengan patuh di depan toko sepatu.

"Dek, Papa baik banget ya? Kaya superhero." Ucap Antariksa.

Angkasa mengangguk. "Iya."

"Nanti kalo abang besar, abang juga mau kaya Papa, jadi superhero buat Mama, buat Angkasa, buat Adek Runa juga."

"Mau jadi superman, atau batman?" Angkasa meletakan telunjuk dan ibu jarinya di dagu dengan keryitan berpikir.

Antariksa terkekeh. "Bukan kartun. Yang beneran."

"Emang ada?" Tanya Angkasa.

"Adalah kaya Papa."

"Yaudah aku juga mau, jadi superhero! Punya kekuatan!" Ucap Angkasa.

"Iya, nanti kita sama-sama lindungin Mama sama Runa." Ucap Antariksa.

Dua anak itu menunggu cukup jenuh kembalinya sang Papa.

Sebelum Angkasa melihat seekor anak kucing, yang terserempet motor yang melaju di tengah jalan.

Anak berusia labil seperti Angkasa, yang masih rentan pemahaman tentang hal hal berbahaya disekitar, seorang anak yang belum bisa berpikir jernih, yang masih mengikuti intuisi kata hatinya, melangkah begitu saja ketengah jalan berlalu-lalang kendaraan, menghampiri si anak kucing malang yang terluka disana.

Karena Angkasa bergerak cepat dan tiba-tiba, Antariksa tidak sempat menahan sang adik.

Jalan itu lumayan ramai berlalu-lalang kendaraan, Angkasa menyebrang jalan ketengah jalan, tanpa tahu jika ada mobil truk melaju kencang dari arah sampingnya.

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang