20

119 19 16
                                    


Angkasa duduk di salah satu tribun sirkuit. Pemuda itu terdiam sembari menyesap rokok elektrik yang belakangan ini tidak ia sentuh. Pikiran Angkasa melayang teringat ucapan Nakula tadi sore.

"Nggak ada salahnya lo coba buka hati lo buat Raya Sa. "

Angkasa menghembuskan asap beraroma vanilla yang menguar di udara.

Tak bisa dipungkiri belakangan ini isi kepalanya sering di bayang-bayangi oleh gadis itu, Rasanya Angkasa hampir gila setiap ia hendak memejamkan mata, gadis itu langsung muncul dengan senyuman manisnya di depan Angkasa, tetapi ia tak menyangkal jika dadanya merasa berdebar ketika mereka sedang bersama.

Ada sesuatu di dalam diri Raya, yang membuatnya langsung tertarik, seakan ada magnet di dalam dirinya, Angkasa merasa tidak bisa mengacuhkan gadis itu seperti ia menghadapi orang lain.

Bahkan di suasana ramai suara deru motor dari arah arena balap tidak bisa membuyarkan bayang bayang Raya dari kepala Angkasa. Suara sorakan teman-temannya saat salah satu perwakilan mereka berhasil mencapai garis finish lebih dulu juga tak Angkasa gugu.

Angkasa sibuk merenung dengan isi pikirannya.

"Gue sebenernya marah banget saat tau kalo lo manfaatin adek gue Sa. Rasanya gue mau mukul muka lo. Raya terlalu berharga buat kami, dia satu-satunya bungsu perempuan di keluarga."

"Kalo lo berniat mempermainkan Raya, gue minta lo berhenti secepatnya."

Angkasa menghela napas. Ia menatap rokok elektrik yang berada di genggamannya dengan tidak minat.

Apa Angkasa harus mengakhiri kontrak ini? Ia tidak bisa terus terusan memaksa Raya.

Kehidupan Raya begitu sempurna, berbanding terbalik sekali dengan kehidupan Angkasa yang selalu di kelilingi konflik.

Angkasa menatap telapak tangannya, apa ia pantas untuk gadis dengan kehidupan sempurna seperti Raya?

Angkasa yang hidupnya penuh luka, apa pantas bersama gadis dengan kehidupan sempurna?

"Sa, kenapa diem aja? " Tegur Yudha yang sejak tadi sempat memperhatikan rekan nya itu.

Angkasa menunduk, pemuda itu menggeleng, helaan napas berat terdengar berhembus membuat Yudha semakin memperhatikan temannya itu.

"Lo ada masalah?"

"Bang, gue pantes gak?" Angkasa masih menunduk, Yudha memperharikan Angkasa, mencoba mendengarkan Angkasa dengan baik.

"Kalo gue sama Raya, menurut lo gue pantes gak?" Angkasa menoleh menatap Yudha.

Yudha mengernyit. "Kenapa gak pantes? Kalo kalian sama-sama saling suka?"

Angkasa kembali menunduk. "Lo tau kehidupan kita berbanding terbalik banget.... Gue anak broken home yang gak di inginkan keluarga, Raya anak baik-baik yang keluarganya sayang sama dia, dijaga seperti berlian, menurut lo, dunia memandang kita akan seperti apa, kalo kita bersatu?" Ucap Angkasa

"Setiap orang punya hak buat memperjuangkan cintanya. Di keluarga kita, kepantasan dilihat gimana cara dia berjuang, nggak peduli latar belakang kondisi keluarga lo, kalo lo beneran tulus dan beneran cinta sama Raya, gue yakin kalian akan di restuin. " Ucap Yudha.

"Lo juga harus mastiin bener bener perasaan lo, jangan sampai setelah memutuskan sekarang, nanti  kedepannya lo malah berubah pikiran dan berujung nyakitin Raya, gue nggak mau itu terjadi." Yudha menatap Angkasa dalam.

~••••••••••~


"Adek, jujur sama kita. Apa yang terjadi di sekolah?"

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang