Seperti pagi biasanya, Raya selalu melaksanakan rutinitas sarapan bersama keluarga di meja makan.Namun pagi ini, gadis itu menyelesaikan sarapan nya lebih cepat.
"Bun, Yah, Raya berangkat sama Pak Rudi ya?" Ucap Raya setelah menyelesaikan sarapan nya.
"Cepet banget sarapan nya? Tumben." Ujar Jevano menatap sang adik.
"Iya... soalnya ada piket kelas hari ini." Jawab Raya beralasan.
"Nggak mau bareng abang, dek? Biar sekalian." Ucap Jevano.
"Enggak bang, takut kesiangan."
"Emang pernah, kamu telat setiap abang anter?"
"Nggak pernah, tapi abang bawa mobil nya ngebut."
"Yaudah, adek di anter Pak Rudi aja. Mau berangkat sekarang, apa gimana?" Ujar bundanya.
"Sekarang bun." Raya kemudian berpamitan, mengecup pipi Bunda dan Ayah nya.
"Belajar yang rajin anak bunda..."
"Hati-hati dek, awas jangan bergaul sama anak anak brandalan." Ucap Ayah nya.
Raya menghela napas. "Mana ada anak berandalan Ayah..."
"Ada aja, kemaren Ayah liat ada anak anak SMA, keliaran di mall waktu jam sekolah pake seragam, kamu jangan ikut ikutan."
Raya tersenyum, dalam hati ia berdoa semoga, soalnya Angkasa tuh keliatan... gak meyakinkan.
"Enggak Yah... Raya tau mana yang bener, mana yang salah kok."
"Halahh, bohong banget." Cibir Jevano meledek.
"Apasih? Abang gak di ajak." Ketus Raya.
"Abang udah, adek nya jangan di ledekin terus." Lerai Bundanya.
"Yaudah Raya berangkat ya.... bye Jevano Jelek Darmawangsa!" Ucap Raya sembari berlalu cepat sebelum tangan Jevano menjitak nya.
"Bun, Raya masukin perut lagi aja!" Seru Jevano terdengar oleh Raya yang sekarang cekikikan sambil jalan ke arah halaman.
"Pak Rudi, udah siap?" Raya menghampiri supir pribadinya, yang baru saja selesai memanaskan mobil, sebelum nya Raya udah bilang mau minta anter Pak Rudi, jadi pria yang udah mengabdi belasan tahun sama keluarga nya itu udah siap siap.
"Siap non, mau langsung berangkat?"
"Iya pak." Raya masuk ke dalam mobil, mobil pun segera melaju meninggalkan pekarangan kediaman Darmawangsa.
"Ehm... Pak Rudi, bisa anterin ke taman ini aja nggak?" Raya menunjukan map yang dikirim Angkasa. Karena jadinya, pemuda itu yang menunggu Raya di sana.
"Bisa non, jadi nggak langsung ke sekolah nih?"
"Iya pak, anterin nya sampe situ aja, nanti Raya ke sekolah bareng sama temen..." Ucap Raya ragu, sebenernya dia ngerasa gak enak sama Pak Rudi.
"Kenapa nggak langsung saya anter ke sekolah aja non?"
"Ehm, Raya udah janji sama temen Raya." Jawab Raya hati-hati.
"Tapi Raya boleh minta tolong gak sama Pak Rudi?"
"Tolong gimana, non?"
"Jangan bilang orang orang rumah kalo Raya minta di turunin di taman, terus jangan bilang kalo Raya berangkat sama temen..." Raya merutuki dirinya dalam hati. Ia merasa berdosa sekali, sudah berniat membohongi orang orang.
"Temen nya non, cowok?" Tanya Pak Rudi.
"Jangan bilang siapa siapa ya pak..." Jawab Raya merasa tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA Untuk RAYA
Teen FictionSi bungsu dari keluarga kaya raya, di jaga seperti berlian yang berkilau, sangat berharga. Hidup Raya sangat sempurna. Tanpa celah. Di anugerahi paras ayu bak sang dewi, penuh bakat, pintar, berprestasi, dan hidup di tengah keluarga cemara yang begi...