11

88 12 6
                                    


Angkasa Naradipta Mavendra, seorang anak berusia 7 tahun, anak kecil yang baru saja menginjak jenjang pendidikan sekolah dasar.

Angkasa memiliki seorang kakak dan adik yang masing-masing berjarak dua tahun. Kakaknya, Antariksa Satria Mavendra yang berusia 9 tahun. Dan adiknya, Aruna Niskala Mavendra yang berusia 5 tahun.

Saat itu sepulang sekolah, dua orang anak laki-laki berjalan pulang bersama di koridor kelas sekolah mereka.

"Dek, kamu udah siapin kado buat Papa belum?" Ucap si bocah laki-laki berusia 9 tahun pada adiknya.

"Kado?"

"Papa kan ulang tahun dek... masa kamu lupa?"

"Emang kakak udah beli kado?"

Antariksa mengangguk pada Angkasa. Bocah kelas 3 SD itu mengeluarkan sebuah kotak hadiah

"Isi nya apa kak?" Tanya Angkasa.

"Bola salju."

"Angkasa mau liat!!" Bocah laki-laki berusia 6 tahun itu melompat lompat antusias.

"Boleh, tapi jangan sampe jatuh ya, kakak susah dapetnya." Peringat Antariksa kepada Angkasa.

Angkasa mengangkat bola salju yang di dalamnya terdapat tiga action figur laki laki yang sedang bermain bola.

"Waahhh bagus banget kak!"

Antariksa mengulas senyum senang. "Ini Papa, ini kakak sama Angkasa. Kalo udah gede nanti, kakak mau jadi pemain bola, biar kita bisa main bareng sama Papa juga bertiga."

"Angkasa juga kak!!"

"Ayo nanti kita kasih ke Papa bareng bareng kalo udah sampe rumah..."

~▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪~


Angkasa tidak menyangka jika ia akan meluapkan beban yang mengganjal malam ini, dihadapan Papanya dan juga Raya.

Rasanya meledak ledak, amarahnya, kesedihanya, keputusasaan, dan rasa sakitnya.

Raga yang senantiasa berdiri tegap nan gagah itu terlampau lelah. Angkasa juga manusia, ia memiliki kapasitas, tidak harus terus-terusan dipaksa kuat, tidak bisa terus-terusan menanggung siksa. Dirinya rapuh, terlampau lelah, tidak memiliki tempat untuk istirahat.

Angkasa kehilangan tempat pulang, semenjak perceraian kedua orangtuanya. Seperti ia kehilangan arah, tidak menemukan jalan pulangnya.

Sorot mata itu menatap kosong, setelah sosok pria yang baru saja melayangkan pukulan serta menghunuskan ucapan menyakitkan pada dirinya pergi begitu saja.

"Sa..." Raya menghampiri Angkasa.

"Kamu baik baik aja?" Ujar Raya dengan selipan tatap khawatir.

Angkasa tersadar dari lamunan nya. Ia menatap Raya kemudian mengangguk.

"Gue anter pulang sekarang."

Raya menggeleng. "Kamu baik baik aja nggak?"

"Maaf, udah ngajak lo nyaksiin hal buruk..." Angkasa menatap kearah lain. Mata pemuda itu masih berkaca kaca.

Raya menghela napas kemudian gadis itu menggeleng. "Nggak ada yang tau apa yang akan terjadi, kamu juga pasti nggak bakal nyangka."

Angkasa menggeleng. "Gue emang udah biasa... tapi nggak ekspect kalo gue bakal kelepasan."

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang