"Besok gue jemput di taman komplek depan." Ucap Angkasa setelah mobil nya sampai di depan gerbang rumah Raya."Naik motor lagi?" Tanya Raya.
"Iya. Bawa jaket, dingin."
Raya mengangguk. "Chat aja kalo udah stay."
"Ini aku balikin coat nya, makasih." Ucap Raya.
Angkasa mengangguk. Kemudian Raya keluar dari mobil Angkasa.
Angkasa menatap punggung Raya yang berjalan ke pintu gerbang rumah. Rasanya ada yang mengganjal. Angkasa belum mengucapkan terimakasih pada Raya.
Angkasa keluar dari mobil nya. "Raya!"
Panggilan Angkasa membuat Raya yang hendak masuk ke gerbang terhenti dan kembali menoleh.
"Kenapa Sa?"
Angkasa menghampiri Raya. "Makasih buat malem ini." Angkasa menarik senyum tipis.
Raya mengeryit. Angkasa menghampiri cuma buat ngucapin makasih? Kalo gitu nanti di chat juga bisa. Ngapain harus turun?
"Iya... sama-sama. Udah itu aja?"
Angkasa mengangguk. "Gue mau liat lo masuk."
Raya mengangguk heran. Liat tinggal liat kenapa harus bilang? Aneh... pikir Raya.
Satu langkah Raya masuk. Angkasa tiba-tiba menarik Raya sehingga gadis itu tergeret kembali keluar gerbang, yang membuat Raya shock, Angkasa mendekap tubuhnya secara tiba-tiba menenggelamkan badan Raya di pelukan Angkasa sepenuhnya.
Raya terbujur kaku saat harum Angkasa menguar sepenuhnya di indra penciuman Raya. Jantungnya berdebar kencang seolah hampir mendobrak keluar. Demi apa pun, Raya nggak pernah berkontak fisik sejauh ini dengan lawan jenisnya kecuali Ayah dan Jevano.
"Sorry gue nggak izin... gue butuh seseorang menyakinkan gue malem ini, buat tetap hidup." Bisik Angkasa pelan dengan helaan napas berat.
Kepala Angkasa bertumpu di bahu Raya yang berada dalam dekapan nya.
Raya tau Angkasa tak memiliki maksud lain sebab suara pemuda itu benar benar terdengar putus asa. Ia perlahan mengulurkan tangannya mengusap punggung Angkasa pelan.
"Tetap hidup Angkasa... Jangan nyerah." ucap Raya membuat Angkasa mengeratkan pelukannya.
~●●●●●●●●~
Raya bisa dengan aman sentosa saat memasuki rumahnya. Mobil Ayah dan Bunda sudah ada di garasi. Tetapi rumah nya terlihat sepi. Mungkin kedua orangtuanya sudah tidur. Jevano belum pulang, karena kendaraan nya belum ada di garasi.Raya dengan selamat tanpa ketahuan ayahnya masuk kedalam kamar. Gadis itu segera membersihkan diri, berganti pakaian dengan piyama tidurnya.
Raya duduk di kursi meja belajarnya. Ia merenungkan kejadian tadi. Jantungnya tak mau kembali berdetak normal. Bahkan ketika Angkasa sudah tak lagi berada di depan mata, kenapa aroma Angkasa masih terasa di indra penciumannya?
Apa Raya mengalami gangguan halusinasi?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA Untuk RAYA
Teen FictionSi bungsu dari keluarga kaya raya, di jaga seperti berlian yang berkilau, sangat berharga. Hidup Raya sangat sempurna. Tanpa celah. Di anugerahi paras ayu bak sang dewi, penuh bakat, pintar, berprestasi, dan hidup di tengah keluarga cemara yang begi...