16

90 13 11
                                    


Sebelum baca, pencet dulu bintangnya jangan lupa komentarnya ya😉👍.

Happy reading😊....

Di pagi hari ini, seorang gadis sudah siap dengan seragam sekolah yang ia kenakan. Rambut hitam panjang nya tergerai lurus. Ia melangkah menuruni tangga menghampiri anggota keluarga yang sudah menunggu di ruang makan.

Raya mengeryit, begitu melihat kehadiran seseorang yang bukan anggota penghuni rumah ini.

"Good morning sayang. Padahal bunda baru mau panggil ke atas, udah turun aja."

Raya tersenyum sekilas pada bundanya. Kemudian ia mengambil duduk tepat berhadapan dengan orang yang ia pandangi sejak tadi.

"Mas Yudha, tumben?" Raya bertanya dengan kening berkerut. Ia memicing curiga jangan jangan Yudha telah mengadukan semuanya pada Jevano dan Ayahnya.

Yudha tersenyum manis, yang menurut Raya patut untuk di curigai.

"Mas Yudha ngapain disini?" Raya menatap Yudha memicing.

"Mau ketemu adeknya Mas Yudha. Kan udah lama gak ketemu, baru sempet mampir sekarang." Yudha bersandiwara, padahal mereka baru bertemu beberapa hari lalu.

Jevano berdecak. "Halahh sok sibuk."

"Gapapa dari pada bucin gak tau waktu." Yudha berucap santai, namun berhasil menohok Jevano.

"Lo aja jomblo." Balas Jevano tak mau kalah telak.

"Jomblo lah, orang gebetan gue milihnya lo Jev."

"Bajingan." Gumam Jevano dengan lirikan tajam pada Yudha yang duduk di sampingnya.

"Bercanda bro." Yudha terkekeh saat berhasil membuat Jevano tersulut. Pemuda itu menepuk nepuk bahu sepupunya.

"Jev ngomong nya loh yang bagus." Peringat Frans.

"Iya maaf ... gara gara manusia ini nih, ngapain kesini? Kaya gak ada kerjaan aja." Sinis Jevano.

Yudha merangkul Jevano. "Ada lah, gue mau anterin Qalesya sekolah."

"Supirnya adek gue lo sekarang?" Sarkas Jevano, yang sebenarnya tidak serius. Cara bercanda Jevano dan Yudha memang seperti ini, mencari tempat di tepi jurang.

"Ouh ... adek lo emang Jev?"

Jevano menatap Raya. "Bukan Yud, kayanya dia anak pungut."

Raya mendelik hampir aja ngelempar sendoknya ke arah Jevano kalo aja bundanya nggak nahan tangan dia. Yudha terkekeh puas.

"Bercanda dek." Jevano tersenyum lebar yang terlihat menyebalkan.

"Padahal pagi ini niatnya abang yang mau anter kamu. Tapi tiba tiba ini curut dateng." Tunjuk Jevano pada Yudha.

"Yaudah gapapa Jev, kalo lo mau anter Raya. Gue bisa sih berangkat ke kampus sekalian jemput Kanaya." Ucap Yudha dengan santainya.

Jevano menghadap Yudha kemudian mencekram bahu sepupunya itu. "By one di ring kita malem ini."

Yudha sedikit meringis kala cekraman Jevano mengeras. Jika di suruh by one lawan Jevano, jelas Yudha kalah telak. Jevano pernah beberapakali memenangkan mendali di kejuaraan ajang beladiri.

"Wihhh keras juga, udah mulai work out?" Jevano menepuk bahu Yudha.

"Belakangan ini, kemaren ada yang ngajak gue duel, tapi dia nggak dateng." Yudha melirik ke arah Raya.

Raya balas menatap sebal. Nggak Jevano, nggak Yudha kadang-kadang suka sekali menguras kesabarannya.

"Bagus tuh, sebagai anak muda emang harus produktif, rajin olahraga, perempuan akan tertarik kalo body kita bagus." Saut Frans.

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang