13

110 13 8
                                    


"Sa, gue mau ngomong." Begitu bel istirahat berbunyi, Nakula menarik Angkasa menuju taman belakang.

"Apa?" Tatap Angkasa datar.

"Lo serius jadian sama Raya?" Nakula memicing pada Angkasa.

Angkasa memberi jeda, menatap Nakula sejenak. Kemudian kembali berucap. "Kenapa?"

"Kalau lo cuma manfaatin Raya buat move on dari Hazel ... please stop, cara lo salah."

Angkasa diam menatap kedepan, ia mengeluarkan rokok elektrik dari saku celananya.

"Lo nggak akan ngelupain Hazel, tapi lo narik orang lain buat masuk ke masalah lo." Ucap Nakula.

"Gue bukan gak dukung keputusan lo, dari dulu lo belum nyoba ungkapin ke Hazel, Sa. Seenggaknya coba ngomong dulu."

"Tanpa ngomong pun gue udah tau jawaban nya." Ucap Angkasa datar.

"Gue muak." Sambungnya.

Nakula menghela napas. "Gue udah peringatin lo Sa. Jangan sampai lo nyakitin orang lain terus nyesel."

"Gue nggak akan nyakitin Raya. Kita udah sepakat." Jawab Angkasa santai.

~●●●●●●●●●~


"El? Kenapa baso nya di aduk aduk nggak dimakan?" Raya bertanya pada sahabatnya.

Gaviella mengaduk ngaduk mangkuk baso pesanannya dengan raut wajah lesu.

"Ay, kayanya gue udah gila." Ucap gadis itu.

Raya mengeryit menujukan raut heran terhadap Gaviella yang tak ada angin tak ada hujan, menyebut dirinya sendiri gila.

"Masa gue cemburu liat Nakula sama Hazel hari hari nempel terus?"

Raya terkekeh kecil. "Makanya kalo suka, jangan denial."

Gaviella menatap Raya. "Gue nggak denial tuh perasaan."

"Iya di depan gue. Di depan Nakula?"

"Gila kali kalo gue ngaku sama dia?! Nggak nggak. Bisa di ejek mampus." Gaviella bergidik membayangkan wajah meledek Nakula yang menyebalkan. Emang benci sama cinta tuh beda tipis.

Raya udah nggak aneh sama tabiat sahabatnya yang punya gengsi tingkat akut.

"Lo sama Angkasa gimana? Udah ada peningkatan, Ay?" Gaviella menaik turunkan alisnya.

Raya mengedikan bahunya acuh. "Biasa aja."

"Ah yang bener?... katanya terbayang bayang, keinget bau parfum nya, lo mulai jatuh cinta kan?" Gaviella terus memancing Raya sembari berucap pelan hampir seperti berbisik.

"Kayanya nggak mungkin El. Kemaren tuh, cuma perasaan sesaat aja. Sekarang udah ngerasa biasa aja kok."

Raya terus berusaha menekan perasaannya agar tak menjadi seperti apa yang Gaviella bicarakan. Sebisa mungkin. Meski pertahanan nya mulai goyah.

"Emang lo habis ngapain hayo semalem?" Gaviella memicing sembari terus menggoda Raya.

"Apasih... nggak ngapa ngapain."

"Nggak ngapa ngapain tapi kok bisa kebayang wangi parfum nya tuh gimana? Jangan jangan..." Gaviella mencondongkan badan nya sedikit ke arah Raya kemudian berbisik pelan. "Kalian habis ciuman?"

"Ngaco!!!" Raya terkejut dengan penuturan nalar Gaviella sehingga ia dengan refleks sedikit mengeraskan suaranya membuat beberapa murid di kantin menatap mereka.

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang