7

112 15 1
                                    


Permainan tidak berakhir dengan cepat. Angkasa tentu saja bermain-main dulu dengan Raya, ia akan membiarkan gadis itu kelelahan terlebih dahulu.

Raya benar benar di buat kewalahan, ia sadar jika ia tidak akan bisa menang, mengingat Angkasa sangat berambisi sekali di permainan kali ini, apalagi angkasa bertaruh untuk perjanjian mereka, entah apa isi surat perjanjian yang ia lihat sekilas tadi.

Hingga detik detik akhir permainan, Angkasa berhasil mengalahkan Raya, dengan lemparan bola yang tidak terlalu kencang mengenai bahu gadis itu.

Angkasa tersenyum miring, "Permainan selesai."

Angkasa berdiri di hadapan Raya. Kemudian menyodorkan kertas perjanjian yang niat sekali ia buat.

Raya membaca perjanjian itu dengan seksama. Beberapa saat kemudian Raya membulatkan mata, terkejut dengan permintaan pertama Angkasa.

"Kamu gila?" Ucap Raya terang terangan di depan seluruh murid yang kini terpaku menatap mereka berdua dari pinggir lapang. Berani sekali Raya mengatakan Angkasa gila di depan wajah nya langsung...

Angkasa terkekeh, "Permintaan pertama gue."

"Nggak. Selain hal gila ini."

"Tapi lo udah janji, menuruti apa pun permintaan gue."

"Ya tapi nggak yang macem macem." Ucap Raya jengah.

Angkasa menatap Raya lekat. "Gue nggak macem macem. Gue cuma mau lo menandatangani perjanjian itu. Terus jadi pacar gue." Ucap Angkasa lugas. Murid lain yang mendengar nya tercengang. Seorang Angkasa, meng-confes seorang gadis di depan umum? Luar biasa sekali.

Angkasa mendekat pada Raya kemudian berbisik di telinga gadis itu. "Cuma pura pura." Bisik Angkasa.

Raya menghela napas jengah. Ia kemudian menarik Angkasa pergi begitu saja keluar dari lapang indoor sekolah. Raya membawa Angkasa ke rooftop.

"Aku nggak mau main main tentang status." Ucap Raya.

Angkasa menatap gadis itu frustasi. "Yaudah, terima gue selayaknya pacar."

"Gak bisa Angkasa. Aku gak punya perasaan apa apa sama kamu."

"Gak usah pake perasaan Ray, cukup lo ada di samping gue kalo di sekolah, kita cukup berangkat dan pulang bareng." Baru kali ini Angkasa menatap Raya memohon.

"Kasih aku alasan. Kenapa kamu meminta permintaan ini?" Raya menatap lekat Angkasa.

"Bantu gue move on."

"Move on?"

Angkasa mengangguk. "Besok, akan ada murid baru cewek pindahan dari California, gue mau menjauh dari dia. Lo nggak perlu memperlakukan gue seperti pacaran pada umumnya, cukup jadiin gue temen aja, gue nggak akan ngekang lo, gue juga janji nggak akan macem macem tanpa seizin lo."

"Kamu yakin aku bisa bantu kamu?" Tanya Raya memastikan.

"Yakin, lo nggak kalah cantik dari Hazel." Ujar Angkasa lugas.

"Tapi aku juga punya syarat." Ucap Raya menatap Angkasa.

"Apa?"

"Jangan sampai, keluarga aku tau."

Angkasa mengangguk. "Oke, terus apa lagi?"

"Kamu gak boleh macem macem seperti apa yang tadi kamu bilang, kalo itu terjadi, aku berhak buat mengakhiri semua persetujuan?"

Angkasa menghela napas. Kemudian mengangguk setuju.

"Satu lagi!" Ucap Raya.

Angkasa menatap Raya sepenuhnya. Mendengarkan dengan seksama syarat gadis itu.

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang