Paginya Haechan berangkat sekolah dengan keadaan sangat lesu dan itu membuat Renjun dan Jaemin terheran dengan kelakuan Haechan. Tidak seperti biasanya Haechan terlihat lesu seperti ini, biasanya Haechan akan terlihat ceria dan sangat berisik bila bersama mereka.
Renjun mengkode Jaemin bertanya menggunakan gerakan mata perihal anak itu dan Jaemin hanya menggerakkan bahunya tanda dia pun juga tidak tahu.
"Kenapa si Chan?"
Suara Jaemin membuat Haechan yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya kini dia melirik Jaemin sekilas lalu kembali menenggelamkan wajahnya tanpa menjawab pertanyaan Jaemin.
Renjun dan Jaemin hanya saling pandang lalu mereka membiarkan Haechan sesuai kemauan anak itu hingga bel istirahat berbunyi.
"Channn.." Jaemin menggoyang goyangkan salah satu lengan Haechan yang sedari tadi di jadikan bantalan olehnya.
Sepanjang Jam pelajaran Haechan hanya menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan tanpa memperhatikan guru yang sedang mengajar dan guru itu pun hanya pura pura tidak tahu karena dia tau Haechan adalah anak dari Seo Johnny, donatur terbesar di sekolahan itu.
"Ayok ke kantin Chan" Ajak Renjun.
"Duluan aja, aku males" Haechan menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.
"Kamu harus makan Chan, nanti maag mu kambuh kan istirahat kedua masih lama" Jaemin terlihat khawatir dengan Haechan.
"Biarin aja"
Renjun jengah dengan Haechan lalu menarik lengan Jaemin untuk keluar dari kelas itu menuju kantin.
"Ihh njunn nanti kalo Haechan sakit gimana?" Jaemin yang terseret karena renjun terus menggeretnya hanya pasrah mengikuti langkah renjun.
"Nanti bawakan makanan ke kelas saja, dia itu sangat keras kepala" Renjun terlihat marah, si kecil bersumbu pendek ini membuat Jaemin meringis ngeri.
Tak lama kemudian mereka kembali ke kelas dengan membawa beberapa makanan untuk Haechan.
Brugg
Makanan itu di letakan dengan kasar oleh renjun.
"Makan"
Memang dasar Haechan ini pencinta makanan jadi dia langsung mengambil salah satu makanan yang ada di meja nya. Mana tahan dia melihat makanan enak di depannya. Huhh Renjun dan Jaemin ini menggagal kan rencananya saja untuk mogok makan. Jika begini mana bisa Haechan menganggurkan makanan makanan lezat ini. Menyebalkan.
Jaemin tersenyum kala Haechan mulai memakan makanannya tetapi tidak dengan Renjun dia jengah dengan kelakuan Haechan.
"Idihh sok sok an mogok makan" Renjun menyindir Haechan dan orang yang disindir hanya melirik sinis.
"Diam kau dasar pendek"
"Apa kau bilang!!! Dasar gendutt!!!" Renjun tidak terima dengan Haechan yang menyebutnya pendek dan perkelahian mulut tidak dapat terelakkan lagi.
Jaemin hanya menghembuskan nafas melihat kedua sahabatnya bertengkar.
•
•
•Bragg
"Mark!!"
Mark merubah posisinya yang tadi nya fokus dengan laptop kini menjadi posisi waspada melihat orang yang membuka pintu ruang rawatnya dengan kencang.
"Ingin apa kau ke sini" Mark menatap tajam orang di depannya.
"Mark dengarkan aku, adikmu-"
"Kau apakan adikku!" Belum selesai orang itu menyelesaikan ucapannya kini sudah di potong oleh Mark.
Mark mulai menghampiri orang itu, menghiraukan luka luka di tubuhnya yang masih belum sepenuhnya sembuh.
"De-dengarkan aku dulu" Orang itu gelagapan kala Mark mencengkram kerahnya.
"Ku tanya sekali lagi, kau apakan adikku!! Jungwoo" Mark terlihat sangat ingin membunuh Jungwoo saat ini.
"A-adikmu di culik"
"Apaaa!! Di mana dia sekarang!!"
Sungguh Jungwoo merasa ingin menghilang saja dari sini, melihat Mark yang sepertinya sangat benci dengannya.
"D-di gedung tua dekat sungai Han"
Tanpa merasa curiga Mark pun langsung menyambar kunci mobil yang sengaja di tinggal di ruang rawatnya dan meninggalkan Jungwoo untuk menuju tempat yang Jungwoo sebutkan.
"T-tunggu Markk!!" Jungwoo yang seakan sudah kembali pada kesadarannya kini mengejar Mark.
•
•
•"Apa tidak terlalu berlebihan?"
•TBC.
Okeyy cutt!!
Semoga suka Yaa!!
Jangan lupa vote, luv yu😘
Stayy tunedd~~
Payu payy~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Space | Mark & Haechan
Short StoryDari kecil mereka tumbuh di sebuah tempat penampungan anak, tapi itu bukan sekedar tempat penampungan anak biasa banyak hal kelam yang ada di tempat itu banyak tangisan, jeritan, penyiksaan. Mereka tidak pernah keluar dari tempat itu. Mereka di perk...