23.

686 64 5
                                    

"Bagaimana dengan perkembangan kasusnya?"

Jerico menumpukan kakinya di atas kaki sebelahnya dengan sebuah kertas di tangannya.

Suho hanya diam sambil berdecak melihat informasi informasi itu "Sepertinya tidak ada peningkatan dad"

Suho menatap sinis informasi yang Kai dapat "Mereka masih diam, sepertinya karena kematian Seungcheol dan adiknya di tangan Johnny" Ucap Kai.

Bragg

Kertas kertas itu di lempar dengan kasar oleh Jerico "Bedebah itu!!"

"Mereka sudah terpojok, kenapa Johnny lamban sekali. Johnny sangat keras kepala kenapa tidak ingin menerima bantuan dari kita?" Suho menatap ayahnya dengan raut wajah bertanya.

"Biarkan adikmu mengurus masalahnya, kita cukup jadi bayang bayang darinya" Suho menghela nafas pasrah.

"Dia selalu seperti itu. Jika begini aku hanya bisa diam, mau memaksanya pun dia tetap pada pendiriannya" Jeriko mengangguk.

"Kai" Panggil Jerico pada orang yang berdiri tegap di depannya.

"Ya tuan" Jawab Kai.

"Terus awasi bajingan ini, jangan sampai Johnny tau" Kai membungkuk sejenak lalu keluar dari ruang Jerico setelah dirinya di persilahkan untuk keluar.

"Apa Johnny punya rencana lain dad?" Jerico berjalan ke arah dinding kaca yang menampikkan pemandangan tengah kota.

"Kau kenal adikmu Suho, seharusnya kau sudah tau bagaimana dia"

Suho mengangguk "Aku jadi rindu keponakanku"

"Jangan menemui mereka dulu. Itu berbahaya dan jaga anak anak mu, tidak menutup kemungkinan mereka tidak mengincar anakmu juga" Jerico kembali melangkah menuju sebuah rak lalu membuka rak tersebut. Sebuah pistol kesayangannya kini sudah berada di tangan Jerico.

"Mereka bisa menjaga dirinya sendiri" Jawab Suho dengan santai sedangkan Jerico hanya tertawa mendengar perkataan Suho.

"Kenapa kau sangat mirip sepertiku?" Jerico berjalan ke tempat duduknya tadi dengan menatap Suho.

"Kau pikir aku anak siapa?" Jerico tertawa dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan terlalu keras dengan cucu cucuku, mereka masih anak anak" Suho menegakkan tubuhnya dengan menatap Jerico.

"Aku tidak keras dengan mereka dad. Mereka saja yang suka adrenalin, aku sampai pusing di buatnya. Apa lagi Jaemin, dia bener bener seperti ibunya" Suho menghembuskan nafasnya pasrah.

"Ulang tahun mereka sebentar lagi tiba. Di saat itu aku akan memberikan itu kepada mereka seperti mu dan Johnny dulu" Suho membelalakkan matanya.

"Dad.. apa tidak papa? Maksudku mereka masih kecil kan" Memang benar Suho akan selalu menatap Jeno dan Jaemin masih anak kecil. Kembar kesayangannya.

"Kau pikir dulu aku memberimu di umur berapa! Bahkan lebih kecil dari pada mereka. Dan sepertinya Mark akan ku berikan bersama dengan Jeno Jaemin" Suho menurunkan bahunya dengan lemah.

"Padahal aku ingin anak kembar ku hanya memiliki pikiran lugu. Huhh aku tak ikhlas bila bereka menjadi sepertimu dad" Lagi dan lagi Jerico terkekeh mendengar ucapan anak sulungnya.

"Kau sendiri yang bilang jika mereka sama seperti ibunya" Suho kalah telak kali ini.



Dulu Mark sangat suka bila Haechan yang menempelinya dan memohon mohon untuk di maafkan tetapi tidak untuk orang ini.

Sudah hampir satu bulan Jungwoo menempelinya dan berharap bisa jadi temannya. Jujur saja Mark risih tetapi mau di beri ucapan pedas maupun perlakuan kasar si Jungwoo ini tetap pada pendiriannya. Apa lagi adiknya Haechan, dia terlihat senang bermain dengan Jungwoo!! Apa apa an ini! Padahal ada dirinya di sini tetapi Haechan lebih senang bermain dengan Jungwoo! Yang benar saja!!

Bragg

Gerbarakan meja mengalihkan pandangan mereka kepada si empu "Ada apa Hyung?" Tanya Haechan.

Semua orang di sana melihatnya lalu Mark menghembuskan nafasnya dan kembali duduk "Tidak papa"

"Ohh oke" Mark menatap Jungwoo dengan tatapan tajam, Jungwoo yang merasa di tatap tiba tiba saja merasa canggung kepada Haechan yang ada di sebelahnya.

"Ehh Chan, hyung mau kelapangan dulu ya" Haechan menatap Jungwoo dengan pandangan bertanya.

"Mau ngapain?" Tanya Haechan.

Jungwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, memikirkan alasan yang pas supaya tidak di tatap Mark lagi "Eee.. itu.. mau basketan sama Jeno, iya kan Jen"

Jeno yang tiba tiba di tarik oleh Jungwoo itu pun terkejut tetapi dengan sepontan dia mengangguk "Wahh!! Echan mau ikut dong"

Haechan mengandeng sebelah tangan Jungwoo dan itu semakin membuat Mark geram "Ehh, kamu di sini aja Chan sama yang lain"

"Chan mending kamu sini aja deh, takut nanti tiba tiba ada yang gigit Jungwoo Hyung" Itu Renjun yang sedari tadi menatap Mark.

"Hah? Siapa?" Renjun ingin sekali memukul kepala mungil milik Haechan. Kenapa anak itu sangat tidak peka!!

"Udah deh, mending kamu duduk aja! Ini makanannya habisin" Renjun menarik tangan Haechan untuk kembali duduk.

"Habisin dulu makannya echan, nanti Nana anterin ke Jungwoo Hyung" Lagi.. Renjun merasa ingin memukul kepala Jaemin juga! Kenapa dua temannya ini tidak merasakan aura dingin yang menyelimuti Mark! Punya dua teman gak peka semua!!

"Gak mau ah, mau main sama Jeno Hyung sama Jungwoo Hyung" Haechan kembali mengandeng tangan Jungwoo.

"Echan! Duduk makan!" Kini Mark sudah tidak tahan lagi, dia menatap Jungwoo dengan tatapan lapar. Jungwoo yang semakin di tatap tajam itu pun kelimpungan karena Haechan.

"Ishh kan mau main Hyung" Rengek Haechan yang masih belum paham dengan situasi itu pun membujuk Mark supaya mengizinkannya.

Jungwoo memberikan kode pada Lucas dan Hendery yang sedari tadi diam memperhatikan mereka. Dengan gerak bibir tanpa suara Jungwoo meminta tolong pada kedua orang itu. Lucas yang peka pun beranjak untuk membantu Jungwoo "Ehh udah mau mulai, ayo ke lapangan" Lucas menarik tangan Jeno lalu Jeno menarik tangan Jungwoo "Nanti ketemu lagi ya Chan, Hyung latihan dulu"

Haechan ingin mengusul Jungwoo tetapi sebelah tangannya di tarik oleh Renjun supaya anak itu kembali duduk "Ish apaan si njun!"

"Makan!" Renjun menyuapi Haechan dengan kasar membuat mulut anak itu belepotan. Haechan pun hanya pasrah menerima suapan itu.

"Jangan kayak macam ketemu buruannya Mark" Hendery berbisik di telinga Mark.

Mark hanya menatap Hendery lalu kembali memakan makanannya.

"Posesif banget" Ucap Hendery dengan lirih.

Merasa ada sesuatu yang dingin sedang menatapnya Hendery menengok dengan perlahan orang di sampingnya "Peace bercanda kok"

Mark hanya berdecih "Untung ga di makan kayak Jungwoo"



•TBC.




Yang ringan ringan dulu ya!! Guehnya lagi happy!!
Jangan lupa vote sama komen!!!

Okeyy bhay!

Stayy tunedd~~

Payy payy~~

Blind Space | Mark & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang