24.

488 62 7
                                    

"Kenapa?" Mark menatap tak percaya pada benda di depannya.

"Untukmu Mark" Mark merasa tak puas dengan jawaban dari Jerico.

"Apa maksudnya ini, opa? Kenapa opa memberikan ini kepada Mark?" Jerico menggeleng lalu memberikan sebuah senapan yang di ukir sebuah inisial Mark dengan khusus.

Senapan itu terlihat sangat berkilau dan indah "Ini sudah turun temurun dari keturunan Seo, Mark. Keturunan Seo akan mendapatkan senapannya masing masing di usianya ke 18 tahun. Namun opa baru memberikanmu ini sekarang karena opa rasa kamu sudah siap dengan ini"

Mark mengambil senapan itu dari tempatnya. Menyesuaikan ukuran tangannya dengan senapan itu. Sebenernya Mark sangat senang, dia suka dengan senapan di tangannya "Bukan hanya kamu yang memiliki ini, Jeno dan Jaemin juga baru saja mendapatkannya beberapa bulan lalu setelah ulang tahun mereka. Kamu bisa belajar bersama mereka setelah ini"

Mark nampak senang dengan ucapan Jerico "Apa Mark juga bisa mendapatkan misi misi seperti Uncle Yuta?"

Jerico menyunggingkan senyumnya merasa puas "Mark ingin?"

Mark mengangguk dengan semangat "Tentu saja! Ini yang ku tunggu tunggu. Memusnahkan monster monster jahat yang masih berkeliaran" Mark sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari senapan pertamanya.

"Bagaimana jika opa juga memberikan ini pada Haechan?" Setelah Jerico mengucapkan itu, nampak Mark yang tiba tiba menatap Jerico tak suka.

"Aku tak mengizinkannya. Adikku tak akan menggengam barang menjijikan seperti ini" Mark menggertakkan giginya.

Jerico bersemirik "Walaupun benda lain yang berhubungan dengan ini" Nampaknya Jerico sengaja memancing amarah Mark.

"Tidak akan! Cukup Adikku tersiksa saat itu dengan barang barang bodoh itu! Aku tak ingin dia ketakutan lagi, Mark mohon jangan libatkan Haechan" Mark menatap Jerico dengan tatapan tajam namun juga ada raut takut di sana.

"Haechan juga harus bisa melindungi dirinya sendiri Mark. Dia tidak bisa selalu berada di belakang mu" Mark menunduk, tangannya bertaut dengan gelisah.

"Mark bisa menjaga Haechan opa. Jangan biarkan Haechan sama seperti kita" Jerico melihat kegelisahan dari Mark namun anak itu tetap menampilkan penampilan yang masih tegas dan tegap. Jerico menyukai Mark yang sekarang. Dia sudah tumbuh dengan baik. Didikan Johnny benar benar membuat Mark, yang dulu lemah sekarang dirinya lebih kuat dan berwibawa, sama seperti Johnny.



"Gimana kalo ini?" Saat ini Haechan berada di toko buku bersama dengan Jungwoo. Jungwoo yang mendapatkan sodoran sebuah buku dari Haechan nampak menimang nimang buku itu.

"Bukannya ini genre Fantasy?" Pertanyaan Jungwoo mendapat anggukan dari Haechan.

"Emm??" Jungwoo membaca sekilas cerita di buku novel itu.

"Hyung tidak suka Fantasy?" Tanya Haechan dengan khawatir.

"Suka, tapi.." Jungwoo nampak sibuk mencari sesuatu pada rak di depannya. Haechan menunggu Jungwoo yang sedang sibuk mencari sesuatu.

"Nah! Ini" Jungwoo menyodorkan sebuah novel dan di terima baik oleh Haechan.

"Action?" Jungwoo mengangguk.

"Aku sudah baca ini. Ceritanya seru! Kamu harus baca Chan" Haechan membolak balikan novel itu dan melihat beberapa gambar yang ada di dalam nya.

"Okey aku beli ini!! Aku belum pernah membaca genre ini, sepertinya seru juga" Haechan senang hari ini karena dapat menjelajah di berbagai penjuru toko buku bersama Jungwoo. Haechan terlihat nyaman bersama Jungwoo, dia merasa jika selera mereka berdua itu sama!

"Ini punya beberapa seri, mau beli juga?"

"Beli! Beli!" Jungwoo mengangguk lalu menggeret tangan Haechan menuju kasir untuk menanyakan seri seri buku ini dan membayarnya.

"Terima kasih sudah berbelanja di toko kami. Silahkan datang lagi" Mereka mengangguk sopan dan berjalan menuju parkir untuk pulang.

"Ada yang tertinggal?" Haechan mengecek beberapa barang belanjaan mereka.

Dia membuka sebuah paper bag yang berisi novel novel tadi. Namun, dia mengerutkan keningnya kala mendapati sebuah kertas yang tak asing bagi nya.

Haechan merilik tempat di sekitarnya guna mencari seseorang yang mencurigakan bagi nya. Nihil. Tak ada siapapun di dekatnya. Dia berfikir sejenak, apakah dia bertemu seseorang yang menurutnya mencurigakan tadi.

Tingkah laku Haechan yang aneh tentu membuat Jungwoo heran "Kenapa? Ada yang ketinggalan?" Haechan tersentak oleh pertanyaan Jungwoo "Gak ada kok, ayo pulang" Haechan nampak biasa saja di depan Jungwoo namun tak menutup kemungkinan jika dirinya masih memikirkan sebuah amplop di selipan novel novel yang dia beli.



"Echan pulang!!!" Johnny yang fokus dengan laptop nya di depan layar televisi yang menyala mengalihkan pandangannya ke seseorang yang baru saja tiba. Siapa lagi jika bukan anak manis nya?

"Malam uncel" Jungwoo menunduk sopan kepada Johnny.

Haechan berlari menubruk tubuh Johnny "Habis dari mana? Kenapa sampe malam?" Pertanyaan Johnny mencapat cengiran dari Haechan.

"Hehe, tadi kita mampir ke toko buku dulu dad, keasikan nyari buku jadi lupa waktu. Sorry daddy" Mana bisa Johnny marah kepada beruang manisnya yang saat itu sedang menampilkan wajah yang sangat menggemaskan.

Dirasa Jungwoo tidak di anggap, dirinya segera pamit dari sana "Jungwoo pamit dulu uncle. Selamat malam" Johnny hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Jungwoo.

Saat ingin memasuki mobilnya, Jungwoo berpapasan dengan Mark yang sepertinya baru saja sampai di rumahnya "Mark-" Mark hanya melengos, tak menghiraukan atensi Jungwoo.

Jungwoo menghembuskan nafasnya lalu mulai menjalankan mobilnya keluar dari perkarangan massion keluarga Seo.

Mark menatap beberapa belanjaan di meja ruang keluarga itu "Mark pulang"

Haechan yang masih bercerita antusias dengan Johnny kini mengalihkan pandangannya kepada Mark "MARK HYUNG!!" Haechan menubruk tubuh Mark, untung saja Mark dengan sigap menerima pelukan tiba tiba dari Haechan, jika tidak ntah apa yang terjadi.

"Habis dari mana? Kenapa Jungwoo di sini" Haechan mengerucutkan bibirnya lalu melepaskan tautan di antara mereka.

"Kenapa si? Emang ga boleh?" Haechan sedikit kesal dengan Mark karena hingga saat ini Mark tetap saja tidak suka dengan Jungwoo.

"Hyung kan bertanya" Johnny yang mulai merasa akan ada aura permusuhan mulai menengahi "Sudah sudah. Mark sudah bertemu opa?" Johnny mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sudah dad. Mark ke kamar dulu" Mark berjalan meninggalkan Haechan dan Johnny di ruang keluarga.

Johnny menatap Haechan dan yang di tatap merasa tak tau kenapa Daddy nya itu menatapnya "Kenapa?"

"Kenapa masih di sini?" Haechan paham sekarang, dia hanya menyengir dengan wajah tanpa dosa.

"Hehe, ini mau mandi kok" Haechan berlari menuju kamarnya supaya tak mendapat amukan dari Johnny. Sebenarnya juga Johnny tidak mungkin memarahi baby bear nya.

Johnny menggeleng kan kepalanya dengan tertawa kecil. Lalu matanya tak sengaja melihat beberapa belanjaan anak bungsunya.

Dia membuka beberapa belanjaan itu. Dia mengerutkan keningnya pada salah satu belanjaan di sana "Surat?"








•TBC.








Setelah sekian purnama ga up, akhirnya bisa up ni cerita!!

Semoga suka ya sama chapter ini, rada gaje but Yaudah lah..

Aku nulis ini cuma butuh waktu 1 jam, padahal biasanya butuh 3 jam lebih per1 chap Wkwk.. jadi kalo aneh maapin ye

See you next chap!

Jan lupa vote and komen!

Stayy Tunedd~~

Payy payy~~

Blind Space | Mark & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang