Di sebuah ruangan tamaram kini sedang di selimuti kabut amarah dari seseorang pria paruh baya di sana "SIALANN!! Sedari awal seharusnya aku membunuh si Choi itu. Sudah mati saja masih merepotkanku!"
"Tenangkan dirimu! masih banyak rencana yang bisa membuat Seo itu hancur, emosi tak akan membuat Johnny mati!" Salah seorang pria di sana mencoba menenangkan adiknya.
Orang itu menuruti kata yang lebih tua. Dia dudukan dirinya dengan kasar pada kursi yang ada di sana. Dengusan keluar dari mulut orang itu.
"Kita mundur untuk saat ini, Johnny mulai mengerahkan anggotanya untuk mencari kita" Perintah pemimpin di sana.
"Apaa!? Kau pikir aku takut pada bajingan itu? Tidak, aku akan tetap maju!" Orang itu kembali mengajukan protesannya.
"KIM JAY SEONG!!"
"APAAA!! HAAA?! Bertahun tahun aku mendukungmu, mengikuti seluruh permainanmu tapi apa?? Kau selalu bersembunyi dalam diam! Tak ada langkah berani yang kau ambil untuk menghancurkan Johnny sialan itu!!" Marah nya, terasa aura mencekam semakin terasa memenuhi ruangan itu.
"LALU??? APA? APA? YANG BISA KAU LAKUKAN? Apa kau akan mengorbankan anggota kita lagi?! Cukup dengan kebodohanmu kita seperti ini! Jangan memperumit keadaan lagi! Cukup diam dan ikuti semua perintah ketua Kim!" Bukan sang pemimpin yang menjawab tetapi salah satu orang yang ada di sana.
"KAUU!!" Tunjuk Jay pada orang tadi.
"Cukup! Tenangkan dirimu Gwon! Dan kau-"
"Jangan macam macam lagi kali ini, Kita mulai terpojok sekarang ini. Semenjak pembantaian di penampungan itu kita sudah kalah! Jadi jangan berlagak kita sekuat dulu!" Marah sang ketua.
"Cihh-" Ucapan itu berhasil membuat keduanya diam.
"Dengar! Kita akan maju lagi bila si Seo itu mulai lengah, jangan gegabah dan tetap awasi dari jauh" Kata pemimpin itu lalu meninggalkan ruangan yang penuh dengan aura permusuhan itu.
Kim Jihyung.
Dia adalah ketua dari aliansi yang mendirikan penampungan anak Skywitha, tempat Mark dan Haechan di besarkan dulu.
Kim Jay Seong.
Adik kandung dari Kim Jihyung. Si sumbu pendek serta si psikopat gila yang telah mendirikan penampungan anak itu. Dirinya selalu berlindung di balik bayang bayang kakaknya, Kim Jihyung karena hanya kakaknya lah yang selalu mendukung semua permintaannya. Hanya kakaknya lah yang mau menerima dirinya.
Akibat ulahnya sendiri dirinya tak sebebas dulu. Dulu dirinyalah yang membunuh kedua orang tua mereka dengan sadis. Apakah Jihyung marah? Tentu tidak, dirinya yang paham akan kegilaan adiknya itu hanya memaklumi. Memang gila kedua kakak beradik ini.
Park Gwon Han.
Gwon menganggap Jihyung sebagai penyelamatnya. Jihyung lah yang membantunya keluar dari kesengsaraan yang di sebabkan keluarganya sendiri. Jihyung lah yang mau menerima kekurangannya, sebab itu lah Gwon berjanji akan mempertaruhkan nyawanya untuk Jihyung, dirinya akan setia pada Jihyung, dirinya akan mengikuti kemanapun Jihyung pergi, dirinya akan membunuh siapa saja yang berani menyentuh Jihyung. Karena dia adalah Jihyung sang penyelamatnya.
•
•
•"Kenapa mukamu tiba tiba seperti itu? Sangat menakutkan!" Seru Renjun pada Haechan karena sedari tadi sejak memasuki kelas anaknya tersenyum sendiri dan anehnya menyapa seluruh anak yang dia temui. Apa otak anak ini sedang bermasalah? Pikir Renjun.
"Hehe aku sedang senang tau" Ucap Haechan dengan cengengesan.
"Nanaa~~" Panggil Haechan sembari memeluk lengan Jaemin dengan manja.
Renjun dan Jaemin saling pandang. Beberapa hari kemarin Haechan terlihat seperti makhluk hidup yang tak bernyawa, selalu murung, tak bersemangat. Tapi? Kenapa dengan dirinya hari ini?
"Nana! Hari ini aku ingin traktir kalian karena aku sedang bahagia!" Kata Haechan dengan bermanjaan dengan Jaemin.
"Tumben" Kata Renjun membuat Haechan meliriknya sekilas tetapi dirinya kembali bermanjaan dengan Jaemin.
"Yakk! Ceritakan dulu kau ini kenapa! Jangan membuat ku merinding!" Sinis Renjun.
"Apaan si njun, Nana saja tidak marah marah. Ya kan nya?"
Jaemin mengangguk "Mana bisa aku marah dengan beruang imut ini?? Aku senang kamu manja dengan ku!" Jaemin memeluk Haechan dengan erat sambil mencubit gemas pipi Haechan.
"Astagaa!! Hentikan! Bisa bisa aku mati melihat tingkah laku kalian berdua!" Sungguh Renjun yang anti dengan skin ship itu di buat merinding dengan adegan di depannya ini.
"Cihh! Bilang saja Injun juga mau"
"Mana ada! Sudah cepat katakan! Jangan membuatku penasaran" Marahnya.
"Ihh iya iya!" Haechan melepaskan pelukannya dengan Jaemin lalu menatap ketiganya dengan serius.
"Jadi apa?" Jaemin pun juga sangat penasaran dengan Haechan.
"Mark Hyung sudah maafin aku!" Ucapan Haechan membuat Renjun melunturkan senyum nya tapi tidak dengan Jaemin, Jaemin ikut senang jika adik kakak ini tak bermusuhan lagi.
"Cihh ku kira kau mendapat undian Jacpot!" Pupus sudah harapan Renjun. Memang nya seharusnya dirinya tak berekspetasi tinggi dengan orang bernama Seo Haechan.
"Njun ga boleh gitu, harusnya ikut senang dong" Tegur Jaemin yang di setujui oleh Haechan.
"Yaelah, terserah kalian lah aku lelah" Renjun pun beranjak dari duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Haechan.
"Katanya mau traktir! Niat tidak sih" Jaemin dan Haechan saling pandang lalu mereka tertawa bersama menertawakan tingkah tsundere Renjun.
"Kajja?" Ajak Jaemin lalu mereka menyusul kepergian Renjun menuju kantin sekolah.
•TBC.
Hallo aku update!!
HAPPY 8RB READERS!!
HAPPY 800 VOTE!!
Makasih banyak buat kalian yang udah setia nungguin ini cerita walaupun update an nya ga nentu terus alurnya amburadul tapi kalian tetep excited nungguin ceritaku!
Makasihh banyakkk!! I love you!!
💚🌻Aku ada beberapa book yang aku publis, siapa tau kalian ada yang pengen baca bisa kepoin profil ku yukk!
Banyak cerita yang ga kalah seru juga sama cerita Blind Space!
Oh iyaa!! Aku bakalan publis book baru kalo dapet 50 followers! Jadi kalian jangan lupa follow aku ya!!
Okeyyy dehh!! Jangan lupa vote dan komen ya!!
Disclaimer buat cerita di atas! Aku ga kasih visual Kim Jihyung, Kim Jay Seong dan Park Gwon Han ya, jadi sesuai sama imajinasi kalian aja visualnya mau gimana.
Stayy Tunedd~~
Payy payy~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Space | Mark & Haechan
Short StoryDari kecil mereka tumbuh di sebuah tempat penampungan anak, tapi itu bukan sekedar tempat penampungan anak biasa banyak hal kelam yang ada di tempat itu banyak tangisan, jeritan, penyiksaan. Mereka tidak pernah keluar dari tempat itu. Mereka di perk...