***
Sunyi dan sepi menyusup dalam kegelapan malam. Disambut cahaya rembulan dan bintang yang saling menyapa disela keheningan. Mengantarkan manusia pada peristirahatan sebelum esok kembali beraktivitas.
Dibalik itu, seorang wanita berhijab segitiga dengan piyama serba pink dikenakan, tengah mengasah keterampilan dimilikinya. Melalui tangan cekatannya, dia memainkan pena diatas kertas. Menarik garis demi garis lalu menyatukan menjadi satu hingga membentuk sebuah pola diinginkan.
Puas melihat hasil desainnya, sudut bibir wanita 26 tahun tersebut terangkat naik. Namun tak bertahan lama, manakala mendengar suara mobil terparkir di halaman rumah, wajahnya kembali ke mode datar .
Tanpa perlu mengecek, wanita itu sudah tahu siapa yang baru saja datang. Jam di dinding kamar menunjukkan pukul 20 lewat 15 menit, sama seperti biasanya si pria menyebalkan akan tiba di rumah, setelah pulang dari kantor jika ada lembur.
Jangan coba tanyakan, siapa pria menyebalkan dimaksud, sebab dia pun malas setiap kali berurusan dengannya.
Dengan malas, Rhea beranjak menuju ruang tengah untuk menemui pria yang berstatus sebagai 'suaminya'.
"Sudah pulang!" Ujarnya dengan malas, memandangi Arga yang tengah duduk di sofa sembari membuka sepatu pantofel serta kaos kakinya.
"Apa seperti itu cara menyambut suami pulang," balas Arga tak kalah dinginnya. Tangannya beralih membuka satu kancing kemeja dan melonggarkan sedikit dasinya.
Rhea memutar bola matanya, jengah. Seolah muak dengan kalimat yang barusan diucapkan pria itu padanya.
"Lalu harus bagaimana? Apa aku harus berpura-pura menjadi istri bahagia yang menyambut kepulangan suaminya, sama seperti istri pada umumnya!" sindirnya dipenuhi kesal.
"Setidaknya dengan sedikit senyuman mungkin jauh lebih baik," Ucap Arga lagi, tidak begitu serius.
Rhea menatap wajah Arga dengan nanar." Apa kamu lupa, kalau pernikahan ini karena terpaksa bukan atas keinginan Kita," terang Rhea mengingatkan.
"Memang benar terpaksa tapi jangan lupa, awal mula masalah ini terjadi, itu karena kamu juga kan penyebabnya," Sindir Arga penuh penekanan.
"Tapi semua tanpa disengaja!! Rhea berdalih. Dirinya mulai terbawa emosi. Tangannya bersedekap didada.
"Sengaja atau tidak! Andaikan insiden tidak terjadi, kita pun pasti tak akan pernah berada di situasi seperti sekarang dan terjebak dalam pernikahan konyol seperti ini," sahut Arga lagi masih bersikap sama .
Rhea mendadak bungkam. Apa yang dikatakan Arga memang benar adanya. Kalau saja bukan karena kecerobohannya sendiri, pasti semua kenyataan buruk yang menghantuinya saat ini tidak benar-benar dialaminya. Tapi tetap saja, bagaimana pun pria itu juga ikut andil di dalam kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
SpiritualPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...