***
Hanya duduk termenung dengan tatapan kosong, dilakukan Rhea saat ini. Sesekali menyesap teh yang dibuatkan oleh Ratna, ibunya. Matanya masih sembab dan sayu. Ardan yang baru datang lima menit lalu bahkan sampai heran melihat kedatangan Kakak perempuan satu-satunya itu dengan sikap tidak seperti biasanya.
"Mbak Rhea kenapa Bu, kayaknya galau gitu? habis berantem sama Mas Arga ya?"
Ardan menanyakan. Menghampiri ibunya yang tengah mencuci tomat dan wortel di wastafel, tidak jauh dari kursi makan dimana Rhea kini duduk.
"Hus! kamu gak usah ikut campur, Dan! Ini urusan orang dewasa." Imbuh Ratna menegur Ardan.
"Lah, umur aku udah 19 tahun Bu, berarti udah dewasa dong," protes Ardan dengan polosnya.
Mendengar jawaban dari putra bungsunya, Ratna menggeleng pelan."Kita tidak harus ikut campur dalam masalah yang dihadapi mbakmu itu, Dan. Ada waktunya nanti, dia akan bercerita atau mungkin menyelesaikannya sendiri."
Ardan mengangguk mengerti. "Terpenting sekarang, kamu nggak usah tanya yang macam-macam dulu sama mbakmu, biarkan dia menenangkan dirinya." Lanjut Ratna lagi memperingatkan.
Sekali lagi Ardan memberi anggukan sebagai jawaban. Mengikuti perintah Ratna, Ardan memilih untuk tidak mengganggu kakaknya itu dan berlalu pergi, masih dengan tas ransel dikenakannya.
"Aku mau masuk ke kamar dulu, Bu." pamit Rhea, beranjak dari duduknya.
"Kamu istirahat aja, Nduk! Nanti kalau makanannya sudah siap Ibu panggil ya,"
"Iya, Bu." sebisa mungkin Rhea menarik bibirnya untuk sekedar tersenyum, sebelum meninggalkan ibunya sendiri di dapur, menuntaskan pekerjaannya.
Rhea memasuki kamarnya yang sudah cukup lama dia tinggalkan. Terakhir dia menempati kamar ini ketika Ayahnya meninggal, dan dia juga ingat bahwa Arga pernah tidur disini. Saat itu hubungan mereka belum begitu baik.
Dia mengeluarkan pakaiannya dari dalam koper dan menyusunnya di lemari pakaian. Sepasang netra coklatnya tanpa sengaja tertuju pada sebuah kemeja putih lengan panjang yang tergantung rapi di hanger.
Kemeja yang tempo hari dikenakan Arga ketika datang kesini dan belum sempat dia ambil setelah dicuci. Rhea mengambil kemeja itu dan memeluknya. Bahkan sisa bau maskulin dari parfum biasa dipakai oleh Arga masih melekat pada baju tersebut.
Seketika Rhea mengingat kembali bagaimana masa-masa kebersamaan dengan pria itu yang telah mereka habiskan berdua. Akan tetapi kejadian di rumah Danira juga tak pelak menghantui pikirannya, membuat hatinya semakin tak menentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
SpiritualPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...