***
“Astaghfirullah, mas Arga!!”
Rhea mencoba menahan kesal kala melihat pemandangan di depan matanya yang bikin geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, ketika memasuki kamarnya hendak bersih-bersih badan, dia malah mendapati isi kamarnya sudah berantakan seperti kapal pecah.
Pakaian Arga seperti baju, celana dan kolor, berhamburan begitu saja dilantai. Handuk yang habis dipakai pun ditaruh asal diatas tempat tidur. Tak hanya itu, bahkan lemari yang telah dibukanya hanya tertutup setengah. Pakaian didalamnya yang awalnya terlipat rapi pun, kini sudah berantakan kembali setelah Arga mengambil pakaian.
Ingin marah juga percuma, karena sang pelaku utama kini tak ada lagi didekatnya. Arga sudah lebih dulu berangkat bekerja usai menikmati sarapan paginya, bahkan tanpa sedikitpun merasa bersalah. Sehingga mau tak mau, Rhea harus membereskan sendiri semuanya.
Dia menghembuskan nafas sebentar, lalu memulai pekerjaannya. Dari menjemur handuk yang basah, lalu beralih memungut satu persatu pakaian Arga dan menyimpannya di keranjang cucian. Lanjut merapikan tempat tidur yang masih acak-acakan sisa pertempuran subuh tadi. Menyusun bantal-bantal serta selimut. Dan Terakhir melipat beberapa baju yang berantakan di lemari dan menutupnya seperti semula.
“Akhirnya selesai juga, semuanya,"
Rhea menepuk kedua tangannya lalu beralih mengambil handuk kimono yang tergantung di belakang pintu. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu, Karena rencananya setelah ini dia akan menemani Nara, berbelanja perlengkapan bayi, sebagaimana janjinya kemarin.
“Rhe liat deh! ini lucu banget kan. Pasti gemes banget deh kalau anak gue nanti yang pake!” Seru Nara memperlihatkan sebuah baju bayi model jumper dengan motif garis-garis serta pita biru didepannya. Wanita muda itu sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Kini dia begitu semangat mempersiapkan perlengkapan untuk menyambut kehadiran bayinya, yang tidak lama lagi hadir ke dunia.
Rhea yang berdiri tidak jauh dari Nara hanya mengangguk dan mengangkat jempolnya, pertanda setuju. Fokusnya lalu teralihkan pada benda bulat dihadapan matanya. Berbagai jenis bandana dengan berbagai rupa dan model tergantung di besi rak. Dia memegangnya satu dan mengulas senyum terbit. Berandai-andai jika nanti dirinya memiliki anak perempuan pasti akan sangat menyenangkan.
Sebab dia bisa mendadaninya secantik mungkin. Memakaikan baju dress yang lucu lengkap dengan bandana seperti ini. Juga tak lupa hiasan pita dan rambut palsu, pasti akan semakin menambah kesan menggemaskan pada bayinya. Membayangkan itu semua, tanpa sadar sudut bibir Rhea terangkat naik.
“Lamunin apa sih Rhe, sampai senyam-senyum sendiri begitu?!” Bisik Nara ditelinganya hingga Rhea terkesiap dan kembali tersadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
Tâm linhPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...