***
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Kehidupan rumah tangga Arga dan Rhea pun semakin harmonis setiap harinya. Arga menjalani peran layaknya seorang suami sebagaimana mestinya, begitu juga dengan Rhea, melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri yang mentaati suaminya serta mengambil peran dalam berbagai urusan rumah tangga.
Seperti yang terlihat pagi ini. Sembari membawa plastik berisi bekal makan siang untuk Arga, Rhea berjalan mengekori suaminya. Mengantarnya sampai depan rumah, untuk melepasnya berangkat bekerja.
"Ini bekalnya, jangan sampai lupa dimakan loh!"
Rhea memberikan kotak yang terbungkus plastik dipegangnya pada Arga. Sekaligus mengingatkan karena kebiasaan suaminya yang kadang suka lupa, jika sudah terlalu serius dengan pekerjaannya.
"Iya sayang! Pasti aku makan, kok. Kamu dirumah aja ya hari ini, jika ada apa-apa atau terjadi sesuatu, segera hubungi aku," Pesan Arga saat berpamitan.
"Pasti mas. Kamu juga hati-hati di jalan."
"Tentu sayang, Kalau begitu aku berangkat sekarang, takut telat nanti."
Rhea menyalim dan mencium punggung tangan Arga dengan takzim, dibalas kecupan hangat mendarat ke keningnya, sebelum kemudian suaminya menuju mobil yang dikendarai dan melaju meninggalkan kediamannya.
Barulah selepas kepergian Arga, Rhea hendak masuk kedalam lagi, namun langkahnya tertahan kala mendengar suara yang begitu teramat dirindukannya selama hampir sebulan ini, memanggil namanya.
Rhea berbalik badan dan mendapati Nara berdiri di luar sembari mengulas senyum terbit. Kaget sekaligus bahagia, itulah yang dirasakan Rhea begitu melihat kedatangan sahabatnya itu.
Langsung saja Rhea meluapkan kerinduannya, dengan membawa sahabatnya itu kedalam pelukan. Tanpa terasa bulir bening jatuh begitu saja dari pipinya namun dengan cepat dia hapus.
"Lo kemana aja selama ini, Nar? Kenapa gak pernah ngabarin gue sih! Gue kangen banget, tahu. Banyak yang ingin gue ceritain sama Lo."
Cecar Rhea tanpa henti. Merasa tak ada jawaban dari sahabatnya, Rhea menjauhkan sedikit badannya agar bisa memandangi wajah Nara yang sedikit pucat.
"Ada apa, Nar?"
"Bisa kita bicara, Rhe? Sebenarnya ada yang pengen gue omongin jujur sama Lo!" Imbuh Nara, menampakkan keseriusan. Namun senyumnya belum juga pudar.
Rhea yang antara bingung dan awkward itu hanya bisa mengiyakan meski turut diliputi penasaran.
"Ya udah, masuk dulu, yuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
Tâm linhPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...