***
Rhea sudah terlelap dua jam lalu, namun kembali terjaga saat mendadak ingin buang air kecil.
Dia beringsut turun dari tempat tidur dan berjalan menuju toilet yang berada paling ujung dekat dapur .
Tepat melewati satu kamar yang dipakai Arga sebagai ruang kerjanya, langkah Rhea terhenti sejenak. Secara tak sengaja dia mendapati pintu ruangan itu sedikit terbuka dengan kondisi lampu masih menyala.
Pandangnya beralih pada jam dinding diatas meja televisi, tidak jauh dari kamar, dimana sudah menunjukkan pukul satu malam.
"Tidak biasanya si kutub begadang sampai larut begini!," Batin Rhea bermonolog.
Dalam hatinya timbul rasa penasaran, dengan apa yang sedang dilakukan pria itu, namun juga ada penolakan, yang terjadi secara bersamaan.
"Ah, kenapa juga aku harus peduli. Toh itu bukan urusan ku,"
Rhea mencoba mengabaikan rasa penasarannya dan tak mau ambil pusing. Dia lebih memilih melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, sedang didalam sana Arga masih sibuk bergelut depan laptopnya. Dengan posisi melungguh di kursi, pria itu mengecek satu persatu rekapan data yang akan diberikan pada bosnya besok.
Meski matanya sudah lelah dan ingin segera diistirahatkan, namun Arga juga harus menuntaskan pekerjaannya yang sebentar lagi akan rampung.
Dia hanya perlu bersabar sedikit lagi sampai semuanya benar-benar beres.
--
"Gimana hubungan lo sama Arga?"
Rhea yang sedari tadi tengah sibuk dengan ponselnya menoleh, saat Nara sahabatnya menghampiri dan menanyakan.
Kondisi butiknya saat ini memang sedang sepi, sehingga Rhea dan Nara bisa sedikit bersantai di meja kasir seraya menunggu pelanggan datang.
"Ya, gitu deh Nar, ngadepin si kutub, bawaannya emosi mulu." Curhat Rhea, nafasnya berhembus berat.
"Sabar aja Rhe, namanya juga hubungan, pasti ada pasang surutnya, kan! Sahut Nara dengan enteng, duduk disebelah Rhea.
"Ya iya lah, Lo bisa bilang kayak gitu, karena bukan Lo sendiri yang ngalamin! Coba kalau lo ada di posisi gue dan harus tiap hari berurusan sama orang paling menyebalkan kayak Arga, bisa stress tahu gak!!"
Wanita berambut panjang itu hanya tertawa geli mendengar curhatan dari sahabatnya. Ditambah lagi dengan raut wajah Rhea yang begitu tampak kesal, seolah benar-benar mewakili perasaannya pada satu nama yang tentu sudah tidak asing lagi ditelinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
SpiritüelPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...