Cklek...
Pintu kamar terbuka, menampakkan Marsella yang memasuki kamar Adhisty saat ini. Sang pemilik kamar merasa heran, ia menghentikan kegiatannya itu, meletakkan kuas kecilnya di atas palet lukisnya.
“Kak Acel, kapan pulang?” Tanya Adhisty.
Marsella melangkah menghampiri Adhisty, “Barusan”
“Tumben banget kesini, mau ngomong apa?” Tanya Adhisty tatkala Marsella memilih duduk disampingnya, kemudian menghela nafasnya panjang.
“Lani sakit lagi, dan gue nggak tau kenapa gue nggak ngerasain hal yang sama” Cicit Marsella.
Adhisty mengerutkan keningnya, “Kak Lani sakit lagi? Kemaren udah gue kasih air minum bekas lo, kok”
Marsella meliriknya tajam, kemudian menghela nafasnya panjang, “Gue juga nggak ngerti, kenapa dia sakit lagi sementara gue nggak ngerasain apa-apa. Apa dia kecapekan?”
Adhisty tersenyum tipis, ia berniat menggoda saudarinya itu.
“Lo khawatir ya, kak?” Terang-terangan sekali Adhisty, ini.
“Hah, gimana?” Beo, Marsella. Entah mengapa, ia merasa kikuk dan gugup.
“Lo khawatir, kan?” Tanya Adhisty sekali lagi.
Marsella terdiam sejenak. Aneh sekali bahwa ia mengkhawatirkan Maulani, padahal ia selalu acuh seperti biasanya. Memang sih, namun egonya terlalu tinggi untuk mengakui bahwa dirinya khawatir.
“Nggak, sih. Gue heran aja karena dia sakit-sakitan mulu, karena ujung-ujungnya kalian pasti resek mintain obat gue lagi” Jawaban yang bagus, Marsella!
“Peka banget, sih. Gue emang berniat mau mintain obatnya ke lo sih, Kak” Sahut Adhisty, tangannya seakan-akan meminta obat kepada Sang pemilik.
Marsella merotasikan matanya, “Gue nggak sudi, jadi jangan harap gue bakal kasih”
Gadis itu berdiri, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamar Adhisty sebelum si pemilik kamar mengejarnya untuk meminta obat.
Sementara Adhisty hanya tersenyum tipis, menatap punggung gadis itu. Lalu terkekeh geli, seraya menggelengkan kepalanya.
***
Nishala melangkah keluar dari kamarnya, ia berniat untuk turun dari tangga guna mengisi air di botol minumnga. Namun, ia mendengar suara erangan lirih tatkala ia melewati kamar Maulani. Karena ia begitu penasaran, gadis itu memilih untuk memasuki kamar saudarinya itu.
“KakㅡKak Lani?!” Betapa terkejutnya Nishala tatkala ia melihat Maulani yang tengah memukul dadanya sendiri dengan isakan sesaknya itu. Maulani tampak kacau, ia berkali-kali memukul dadanya bahkan kepalanya.
“Kak Lani, istighfar!” Nishala menggenggam tangan Maulani guna mengehentikan pergerakan tangan Maulani.
“Lepas, La! Kepala gue sakit banget, sesek di dada gue nggak bisa hilang!” Pekik Maulani, memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Historia Corta𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...