“Bangsat!”
Jasinda memukul bibir Marsella pelan, sementara yang dipukul hanya mengerucutkan bibirnya kesal dan bersedekap dada.
“Masih pagi udah ngumpat aja, lo” Celetuk Jasinda seraya menggeleng pelan.
Jasinda mengambil sebungkus permen dari kantung seragamnya, ia memberikan sebungkus permen itu kepada Marsella. Tentu saja, gadis pecinta makanan manis itu tak akan menolak.
“Makasih...”
Jasinda tak menjawab, melainkan beralih mengganti pertanyaan lainnya yang acapkali muncul dalam benaknya.
“Kenapa lagi, lo? Ngiri lagi sama Si Lani?”
Marsella merotasikan matanya malas, ia terlalu muak mendengar nama itu diucapkan kembali.
“Ck, kagak! Jangan bahas dia, dah. Gue enek denger namanya”
Jasinda mendengus remeh dan merangkul Marsella yang tengah duduk disampingnya, gadis itu menepuk bahu Marsella pelan.
“Udah ketebak inimah, nggak mungkin lo bisa tiba-tiba Badmood kalo bukan gara-gara Si Lani. Baru gitu aja udah ketauan banget” Ejekan Jasinda, membuat Marsella semakin kesal. Gadis itu menepis lengan Jasinda yang bertengger di bahunya.
“Ck, bacot!”
“Harusnya lo hari ini seneng, dong. Lo tiba-tiba diturunin duit sama Sang Pencipta, karena dia tau lo lagi butuh duit. Selain itu, duit gue jadi aman lagi, hehe” Jasinda menyengir pelan, sementara Marsella mencubit pinggang gadis itu kesal.
“Bacot lo, Kunti!”
“Aduh! Sakit asㅡ”
“Marsella”
Marsella menghentikan pergerakannya tatkala tengah asyik mencubit pinggang Jasinda. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara, ternyata Safira tengah berdiri di depan mejanya dengan raut wajah datar dan serius.
Marsella merapihkan posisi duduknya kembali, begitu juga dengan Jasinda yang kini terlihat mengerutkan keningnya tatkala melihat tatapan dari Safira.
Safira menghela nafasnya pendek, kemudian ia duduk di kursi tepat di depan meja yang ditempati Marsella.
“Gue mau ngomong, mungkin agak serius?”
Marsella mengerutkan keningnya, “Kenapa?”
“Lo nyadar sama sikap Lani akhir-akhir ini, nggak?ㅡmaksud gue, dia keliatan aneh”
Marsella mendengus remeh, “Hah, aneh gimana?”
“Dia keliatan nahan sakit akhir-akhir ini, dan gue nggak tau penyebabnya karena apa. Gue, selaku temen sebangku dia, selalu merhatiin Lani yang tiba-tiba sesek nafas sambil mukul dadanya sendiri. Mukanya pucet parah, dan dia juga suka jambak rambutnya sendiri karena dia bilang kalo kepalanya sakitㅡ” Safira menjeda kalimatnya sejenak untuk melihat reaksi dari Marsella.
KAMU SEDANG MEMBACA
°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|
Kurzgeschichten𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚, 𝐉𝐚𝐮𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐧𝐚𝐦𝐮𝐧ㅡ ❝𝑮𝒖𝒆 𝒔𝒆-𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐, 𝑴𝒂𝒖𝒍𝒂𝒏𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒍𝒐 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒅�...