06. Siang itu dengan lelahnya ✓

27 9 2
                                    

“Kak Lani udah sembuh?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kak Lani udah sembuh?”

Nishala dibuat heran karena Maulani terlihat sangat cantik dengan seragam sekolahnya, pagi ini. Wajahnya tak sepucat kemarin, sekarang terlihat lebih segar sepertinya sehari-harinya. Maulani dengan rambut setengah berponi yang sudah ia tata rapih, cardigan hitam yang ia pakai, bahkan memakai parfum seperti biasa, kini tengah menuruni tangga dengan senyuman tipisnya.

“Lumayan enakan. Udah nggak selemes kemarin, sih”

“Terus Kakak mau kemana? Hari ini kan Sabtu” Tanya Nishala penasaran.

“Kelas tambahan, buat Olimpiade. Hari ini disuruh ke sekolah pake seragam” Maulani menghampiri Nishala dan mengelus kepala adiknya itu.

“Makasih udah jaga gue dari kemaren” Lanjutnya.

Nishala tersenyum dan mengangguk, “Sama-sama, Kak”

“Adhis sama Shelin dimana?” Maulani menelisik seluruh ruangan, namun netranya tak menemukan kedua adiknya itu sejak pagi.

“Kak Adhis diruang lukis dari pagi. Kalo Kak Shelin kayaknya pergi sama temennya, Kak Aqsa sama Kak Naomi. Denger-denger sih mau cari buku di perpustakaan”

Maulani mengangguk paham, “Yaudah. Gue mau samperin Adhis dulu, deh”

Nishala mengangguk pelan, “Aku ke kamar ya, Kak” Gadis itu langsung pergi meninggalkan Maulani disana. Kali ini dirinya yang harus bersikap lebih berani, ia tak mau dianggap lemah oleh saudari-saudarinya.

Maulani mengerutkan keningnya, “Tumben dia ninggalin duluan?”

Gadis itu menggeleng cepat, “Ah, masa bodo. Gue mau ke ruang lukis aja”

Maulani pun melangkah menuju Ruangan lukis pribadi milik Adhisty. Tempat biasanya Adhisty melampiaskan kekesalannya selalu ada disana, bahkan saat Adhisty sedang bosan juga selalu berada di ruangan itu sendirian.

***

Di ruangan gelap itu hanya terisi oleh seorang gadis berparas bak Dewi Yunani dengan sedikit campuran blasteran, yang tentu saja kita ketahui bahwa ia adalah Adhisty. Gadis itu tak pernah menyalakan lampu ruangan, ia hanya menyalakan lampu di meja kecil yang hanya menerangi kanvas dan palet lukisnya. Adhisty mendengarkan lagu lewat radio, mendengarkan lagu-lagu milik Nadin Amizah.

Di Akhir Perang - Nadin Amizah

Gadis pecinta Nadin Amizah itu pernah berkata bahwa lagu Sang idola terdengar sangat estetis, seperti berada di dunia peri. Apalagi jika mendengarkan lagu milik Sang idola saat tengah melukisㅡbeuh! Adhisty sudah merasa bak bidadari yang pandai melukis.

Kedatangan seseorang mengganggu ketenangannya saat ini. Terlihat Maulani yang menampakkan wajahnya dengan senyuman kecil.

Adhisty menoleh dan tersenyum lebar, ia menaruh kuas lukisnya dan berdiri dari duduknya.

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang